Bab 99 Pernikahan Di Atas Kertas
Novel berjudul Pernikahan Di Atas Kertas adalah sebuah novel yang bergenre romantis banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas.
Novel ini dapat membuat guncangan emosi yang kuat bagi
pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat pembaca semakin ingin tau
kelanjutan dari cerita nya.
Teman – teman pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada kali
ini saya akan memperkenalkan dan memberikan novel Pernikahan Di Atas Kertas,
Kami yakin anda pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak bersama novel
berikut ini
Novel Pernikahan Di Atas Kertas Bab 99
![]() |
Aqila menyiapkan pakaian yang akan dikenakan Arka hari ini.
"By, pakaian nya aku taruh di kasur, aku kebawah
dulu." Teriak Aqila agar bisa di dengar Arka yang berada di kamar mandi.
Mendengar suara Aqila yang ingin turun tanpa menunggu nya.
Arka langsung bergegas keluar.
"Kenapa tida tunggu aku, biarkan bareng kebawah?"
Tanya Arka keluar memandang Aqila yang ingin siap melangkah pergi.
Aqila melihat tubuh kekar Arka hanya menggunakan handuk
melingkar di pinggang, terperangkap menganga. Ia tak pernah melihat seperti ini
sebelum nya secara jelas. Arka menyadari Aqila mengagumi tubuh indah nya
tersenyum.
Ia berjalan mendekati Aqila yang masih berdiri
mematung."Kenapa sayang, apa kamu menyukai tubuh ku ini?" Tanya Arka
menatap Aqila yang kaget melihat keberadaan nya di depan.
"Sejak kapan kamu di sini?" Kaget Aqila, sejak
tadi matanya fokus tertuju pada tubuh elastis Arka yang berotot.
"Sejak kamu terus memandang ku?" Senyum Arka
menarik lembut Aqila lebih dengan dengan nya.
"Apa kamu menyukai?" Tanya Arka menatap Aqila yang
kini wajah nya bersemu merah malu.
"Suka apaan?" Tanya balik Aqila berusaha menutup
kegugupan nya.
Saat ini Aqila sangat gugup, selama menjadi istri Arka, tak
pernah ia berdekatan atau melihat seperti sekarang yang ada di hadapan nya.
Hubungan nya dan Arka dulu begitu jarak. Namun sekarang tak
ada jarak atau dinding pemisah antara kedua.
"Serius nanya aku nih?" Goda nya senang melihat
wajah Aqila bersemu merah.
"Sudah sana ganti pakaian, aku mau kebawah." Ucap
Aqila yang ingin menghindar dari Arka, lebih lama disini membuat jantung nya
tak baik.
Saat Aqila ingin kabur melarikan diri, Arka menahan."
Kenapa buru-buru sayang? temani aku disini. Kita sama-sama kebawah."
"Tapi,"
"Tidak ada tapian." Ucap Arka menolak bantahan
Aqila.
Aqila tidak ada pilihan lagi, selain menyetujui menunggu.
"Ya sudah, sana cepat masuk ganti pakaian." Usir
Aqila.
Beberapa menit kemudian, Arka dan Aqila turun dengan pakaian
yang sudah rapi, hari ini Arka tidak ke kantor. Ia dan Aqila akan pindahan dan
ia juga ingin menghabiskan waktu bersama Aqila meski masih harus puasa hingga
tamu pergi.
Papa dan Mama melihat serasi nya anak dan mantu menuruni
tangga tersenyum.
"Pagi, Pa, Ma." Sapa Kedua kompak.
"Pagi juga sayang." Balas kedua.
"Setelah sarapan, langsung mau pindah?" Tanya Papa
memandang Arka.
"Iya Pa, lebih cepat lebih bagus, biar gak ada
pengganggu." Sindir Arka dan langsung mendapat tatapan tajam dari sang
Mama, namun tak di peduli kan Arka.
Ia menikmati sarapan pagi dengan anteng tanpa merasa
terganggu.
"Jadi maksud kaka, Papa dan Mama Pengganggu gitu?"
Tanya Mama kesal dengan omongan asal Arka.
"Arka gak bilang, tapi barusan Mama yang bilang."
Jawab nya, lalu kembali mengunyah makanan.
"By." Panggil Aqila menggeleng kepala. Hanya
mendapat balasan senyum dari Arka.
***
Di kantor Farel sibuk dengan tumpukan dokumen tertata rapi
di meja.
Mata nya sakit melihat betapa banyak dokumen, perasaan baru
beberapa hari meninggalkan kantor, sekarang sudah banyak saja dokumen.
Farel mengambil ponsel mencari kontak yang ingin ia hubungi.
Tok... tok... tok...
Terdengar ketukan pintu.
"Masuk." Perintah Farel dari dalam masih melekatkan
ponsel di telinga.
Orang yang mengetuk pintu adalah Tiara, ia datang meminta
tanda tangan Farel.
"Pak, ini dokumen yang harus Bapak tanda tangan
sekarang." Kata Tiara, tapi tak di respon Farel.
"Hallo Qila, sekarang kamu dimana? apa sudah
pindahan?" Tanya Farel, tidak menjawab perkataan Tiara.
Tiara melihat pemandangan yang jarang ia lihat sebelum nya
merasa wanita yang bernama Aqila adalah wanita yang beruntung.
Tiara tak pernah melihat Farel berkata panjang pada
seseorang kecuali tentang pekerjaan. Dan sekarang melihat Farel begitu
perhatian dengan wanita bernama Aqila, hati Tiara sedikit sakit.
"Sungguh beruntung Aqila, bisa mendapat perhatian Pak
Farel. Hingga bisa meluluh kan seorang pria keras dan datar seperti ini."
Batin Tiara terus menatap Farel berbincang riang sesekali menggoda Aqila.
"Jangan lupa kirim alamat. Kakak tutup telpon dulu.
Jaga kesehatan."
Sambungan pun terputus dan Farel kembali ke sikap nya,
dingin tak banyak bicara selain tentang pekerjaan.
"Ada apa?" Tanya Farel memandang Tiara yang terus
menatap nya.
"Eehh, in_i Pak." Gugup Tiara salah tingkah
ketahuan terus menatap nya. Ia langsung menyodorkan berkas yang harus di tanda
tangan.
"Apa ini?" Menautkan alis.
"Berkas yang harus Bapak tanda tangan, hari ini juga
harus di kirim." Jawab Tiara meski sedikit gugup masih bisa ia atasi.
"Dimana?"
"Sini Pak." Tunjuk Tiara memberi arah.
"Hmm." Sahut Farel menandatangani.
"Kosong kan jadwal saya hari ini." Ucap Farel
menyodorkan berkas yang sudah di tanda tangan.
"Kenapa Pak? apa ada masalah?" Tanya Tiara
penasaran.
Tiara binggung kenapa selalu mendadak, baru saja kemarin
meminta mengosongkan jadwal, sekarang lagi. Apa hari ini juga ingin bertemu
Aqila? apa begitu penting wanita bernama Aqila, hingga seorang Farel selalu
mengutamakan Aqila dari kerjaan yang menjadi kewajiban sebagai atasan sekaligus
pemilik perusahaan.
Tiara iri, ingin sekali ia berada di posisi Aqila, namun apa
daya nya, hanya wanita yang hidup pas-pasan, memenuhi kehidupan pun harus
menggunakan uang gaji sendiri. Ia juga harus membiayai sekolah adiknya.
"Kenapa tanya banyak? lakukan saja apa yang saya
katakan? kau bekerja disini bukan untuk bertanya apa yang saya perintahkan,
tapi mengerjakan apa yang saya katakan!" Mengingatkan Tiara. Farel
binggung kenapa setiap ia memberi perintah, tidak ada kata absen Tiara bertanya.
"Maaf Pak, jika saya lancang." Tunduk Tiara.
"Sudah, sana keluar" Usir Farel, mood nya mendadak
rusak karena Tiara.
"Baik Pak." Tiara langsung melangkah pergi
meninggalkan ruangan Farel.
Dalam perjalanan menuju ruangan nya, Tiara terdiam
memikirkan perubahan Farel saat berbicara dengan Aqila dan dirinya.
Mengingat perubahan 180° Farel, membuat Tiara tidak percaya.
Ia baru kali ini melihat langsung setelah mendengar banyak gosip dari karyawan
lama bekerja disini.
"Perkataan mereka benar, hanya Aqila yang bisa mengubah
mood Pak Farel. Hubungan apa yang mereka jalani? tidak mungkin tidak ada
hubungan spesial di antara mereka." Batin Tiara terus melangkah maju.
Brukkk
Brukkk
Tiara tak sadar jika di hadapan nya ada orang, hingga ia
menabrak dan menjatuhkan barang bawaan orang tersebut.
"Apa yang sedang kamu pikirkan Tiara? kenapa tidak
melihat jalan selebar ini? Jangan bilang kamu mengulangi hal yang sama jalan
sambil melamun setelah dari ruang Pak Arka?" Tebak Dewi. Orang yang di
tabrak Tiara adalah Dewi.
"Heheheheh." Cengengesan Tiara menunjukkan senyum.
Dewi tidak kaget lagi dengan semua ini, ia sudah sering
melihat Tiara selalu melamun sambil berjalan setiap keluar dari ruang Pak
Farel, entah apa yang di pikir kan, Dewi tidak tau, karena Tiara tidak pernah
cerita setiap di tanya.
"Hilang kan, kebiasaan mu Tiara. Bagaimana jika orang
yang kamu tabrak orang penting dan tidak terima dengan kesalahan mu ini? bisa
di marahi, bahkan bisa terancam pecat." Kata Dewi memperingati Tiara agar
tidak membiasakan kebiasaan nya ini.
Melamun boleh? tapi tidak sambil jalan………(Bersambung Bab 100 )
Posting Komentar untuk "Bab 99 Pernikahan Di Atas Kertas "