Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Bab 98 Pernikahan Di Atas Kertas

Novel berjudul Pernikahan Di Atas Kertas adalah sebuah novel yang bergenre romantis banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas.

Novel ini dapat membuat guncangan emosi yang kuat bagi pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat pembaca semakin ingin tau kelanjutan dari cerita nya.

Teman – teman pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada kali ini saya akan memperkenalkan dan memberikan novel Pernikahan Di Atas Kertas, Kami yakin anda pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak bersama novel berikut ini

Novel Pernikahan Di Atas Kertas Bab 98


Aqila termenung memikirkan kejadian tadi, ia yakin Siska tidak akan tinggal diam setelah semua yang terjadi hari ini. Ia cemas akan ada rencana jahat yang Siska lakukan.

Melihat diam tak bereaksi Aqila sejak balik. Arka yakin Aqila memikirkan kejadian tadi.

"Apa yang kamu pikirkan?" Tanya Arka duduk di samping Aqila.

"Aku cemas by, bagaimana jika Kak Siska lebih nekat setelah apa yang terjadi hari ini? Aku yakin Kak Siska tidak akan diam." Khawatir Aqila membalikkan wajah menghadap Arka.

"Jangan khawatir, aku akan selalu ada untuk melindungi kamu, tidak akan aku biarkan dia atau orang lain menyentuh mu, meski itu sekecil apapun." Janji Arka mengelus kedua pipi Aqila.

"Makasih By." Senyum Aqila menghambur peluk pada pria di depannya.

Kata-kata Arka seakan sedikit menghilangkan rasa cemas pada dirinya. Melihat sikap Arka tadi membuat nya yakin tidak ada cinta untuk Siska lagi.

Arka membalas pelukan Aqila, ia bersyukur akhirnya di beri kesempatan. Tidak pernah sedikit terlintas di benak nya dulu akan seperti ini, namun jalan takdir tidak ada yang tau.

Sebaik apapun rencana kehidupan yang dirancang kedepannya, jika tidak sesuai dengan jalan takdir sang kuasa, maka rencana itu akan hanya menjadi mimpi.

***

Setiba di rumah Papa dan Mama melihat dagu Siska merah terlihat bekas tangan cengkraman.

"Siska, apa yang terjadi kenapa dengan dagu mu?" Tanya Papa menatap wajah Siska yang kesal.

"Iya, Siska ada apa? ayo ceritakan sama Papa dan Mama, siapa yang berani melakukan ini padamu?" Menatap Siska yang masih enggan membuka mulut.

Siska kesal, ia tidak mood menjawab pertanyaan mereka, rasanya ingin sekali menghancurkan Arka dan Aqila saat ini juga.

Siska melangkah menuju kamar tanpa memperdulikan pertanyaan Papa, Mama nya.

"Siska." Panggil Mama. Siska tidak menoleh terus berjalan.

"Ada apa dengan anak itu, kenapa terlihat kesal? apa ada masalah?" Tanya Papa memandang kepergian Siska.

"Kayak nya begitu, lihatlah mukanya seperti itu." Jawab Mama, lalu berjalan duduk kembali.

Kamar yang awal rapi kini menjadi berantakan seperti kapal pecah, ia meluapkan amarah nya pada benda di sekeliling, tanpa memperdulikan mahal atau murah benda yang di hancurkan.

"Akkkks... Tidak akan aku biarkan kalian bahagia di atas penderitaan ku." Marah Siska membanting vas hingga pecah. Kedua orang tuanya yang sedang duduk mendengar bunyi pecahan dari kamar Siska saling pandang cemas langsung bergegas mengecek apa yang terjadi.

Tok... tok... tok...

"Siska." Panggil Mama mengetuk pintu khawatir.

"Siska, buka pintu nya nak, apa yang terjadi? cerita sama Papa dan Mama." Bujuk Mama cemas dengan keadaan Siska di dalam

"Tinggal kan aku sendiri Ma, aku tidak ingin di ganggu!" Usir Siska dari dalam.

Kedua nya terdiam mematung mendengar jawaban Putri nya. Mereka semakin khawatir dengan keadaan Siska yang mungkin saat ini tidak baik-baik.

"Tapi,"

"Jangan cemaskan aku." Kata Siska.

"Baiklah, Papa dan Mama pergi, tenangkan dirimu."

Mendengar tidak ada suara berisik kedua orang tua nya. Ia bangun mengecek, setelah memastikan tidak ada. Ia langsung menjatuhkan diri di tempat tidur, menatap atap langit kamar.

"Tunggu pembalasanku." Ucap Siska menekan setiap kata, nada ucap nya terdengar berbeda dari biasa.

***

Pagi hari, Aqila sudah bangun duluan dan langsung menuju dapur membantu art menghidangkan sarapan.

Mereka sudah menolak bantuan Aqila karena takut di marahi Arka jika mengetahui Aqila bekerja. Namun Aqila masih saja keras kepala menjamin semua akan baik-baik saja.

"Bibi, jangan khawatir, Arka tidak akan marah. Ayo kita lanjutkan saja. Bibi masak apa?" Tanya Aqila.

Arka yang tersadar dari bangun tidak melihat keberadaan Aqila di samping membuka mata.

"Sayang." Panggil Arka.

Tidak mendapat jawaban dari Aqila, ia bangun mengecek di kamar mandi, ruang ganti, namun hasilnya masih saja sama tidak menemukan nya.

Arka keluar mencari Aqila dan menemukan di dapur sedang memasak, Art menyadari keberadaan Tuan nya menunduk ketakutan.

Mendapat kode meninggalkan dapur, art langsung pergi. Aqila tidak menyadari hal tersebut ia fokus memotong wortel.

Arka berjalan perlahan, lalu memeluk Aqila dari belakang. Menghirup aroma tubuh wangi Aqila kini menjadi candu nya.

Aqila tidak kaget, karena dia mengetahui dari aroma parfum yang biasa di gunakan Arka sehari-hari.

"By, jangan ganggu, aku lagi motong wortel bagaimana kalau salah motong tangan." Tegur Aqila. Arka tidak mengindahkan ia menempel pada leher jenjang Aqila.

"By, geli, apa yang kamu lakukan." Ucap Aqila menghentikan potongan nya, karena takut terkena tangannya akibat gangguan dari Arka.

"Kamu harum sayang, prodak apa yang gunakan?" Tanya Arka. Aqila hanya menggeleng kepala mendengar pertanyaan modus Arka.

"By, hentikan, bagaimana kalau Papa dan Mama lihat." Aqila memperingatkan Arka yang tidak ingin melepaskan.

"Papa dan Mama masih di kamar sayang, jadi tidak mungkin mereka melihat nya." Arka langsung membalikkan tubuh Aqila menghadap nya.

Kini kedua saling pandang." Sayang, berjanjilah apapun kedepan yang akan terjadi, kita harus saling percaya. Aku sangat mencintaimu, tidak pernah sekali terlintas di benak ku untuk menghkianatimu. Berpikir untuk hidup tanpa mu saja, aku tidak bisa. Aku harap kamu tidak akan meninggalkan ku lagi, aku tidak tau apa yang terjadi dengan kehidupan ku tanpa kamu." Ucap Arka serius entah kenapa ia ingin berkata seperti itu. Aqila mendengar semua ucapan Arka terharu.

"Iya By, aku janji akan percaya sama kamu, tapi jangan menganggap kepercayaan ku padamu sebagai awal kebohongan, karena aku tidak akan memaafkan apapun jenis kebohongan itu." Balas Aqila.

"Iya sayang aku janji." Arka langsung menarik peluk Aqila ke dalam dekapannya.

Kedua berpelukan, tanpa menyadari Papa dan Mama yang datang langsung di beri tontonan drama indah.

"Hmmm, terasa dunia milik berdua ya Ma, kita di sini hanya ngontrak." Ucap Papa mengangetkan keduanya.

Aqila mendorong Arka, hingga pelukan terlepas. Ia menunduk malu, berbeda dengan Arka terlihat santai seperti tidak terjadi apapun.

"Iya, Pa, kita ngontrak. Ya sudah kita balik kamar saja, jangan menganggu pasangan yang lagi kasmaran." Kata Mama mengajak suami nya untuk kembali.

"Mama mau kemana? kita sarapan dulu, bentar lagi sudah jadi." Tahan Aqila melihat mertuanya ingin melangkah maju.

"By, sana mandi, aku mau lanjut masak dulu." Usir Aqila.

"Tidak, biarkan Bibi yang lanjutkan, untuk apa aku membayar art jika mereka hanya menerima gaji buta." Protes Arka.

"Sekali-kali by, ini juga yang terakhir. Sebelum pindah, aku ingin memasak untuk Papa dan Mama. Sana mandi, nanti aku nyusul siapin pakaian nya." Bujuk Aqila. Arka dengan berat hati menyetujui nya.

"Baiklah." Jalan Arka malas, kedua orang tuanya melihat pertunjukan di depan geleng kepala.

Mama diam mengingat kembali sikap Arka sama persis dengan Papa nya. Ternyata menurun dari suaminya. Melihat sikap Arka pada Aqila seperti melihat pantulan nya pada masa muda………(Bersambung  Bab 99 )

Posting Komentar untuk "Bab 98 Pernikahan Di Atas Kertas "