Bab 96 Pernikahan Di Atas Kertas
Novel berjudul Pernikahan Di Atas Kertas adalah sebuah novel yang bergenre romantis banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas.
Novel ini dapat membuat guncangan emosi yang kuat bagi
pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat pembaca semakin ingin tau
kelanjutan dari cerita nya.
Teman – teman pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada kali
ini saya akan memperkenalkan dan memberikan novel Pernikahan Di Atas Kertas,
Kami yakin anda pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak bersama novel
berikut ini
Novel Pernikahan Di Atas Kertas Bab 96
![]() |
Aqila kini sedang menunggu Arka bersiap untuk menemani nya
menemui Siska.
Sesekali memainkan ponsel ia teringat sahabat nya Dewi, apa
kabar nya? sudah lama mereka tidak ketemu, bahkan sudah jarang bertukar kabar.
Aqila berinisiatif mengirim pesan pada Dewi.
^^^Dewiku💘^^^
^^^Assalamu'alaikum, Wi, apa kabar? gimana kerjaan lancar
gak? lusa aku ke kantor. Luangkan waktu untukku. Bye bye👋👋😘^^^
Setelah pesan terkirim, ia tersenyum sendiri membaca pesan
nya.
"Aku kayak pemaksaan." Ucap nya lalu tertawa. Arka
yang baru keluar melihat anehnya Aqila tertawa menatap ponsel jadi curiga.
Mendekati dan merampas ponsel dari genggaman nya.
"By, apa yang kamu lakukan?" Kaget Aqila mendadak
ada seseorang merampas paksa ponsel nya.
"Kenapa senyum-senyum sendiri? apa kamu lagi chating
sama pria lain?" Memicingkan mata curiga.
"Aduh By, kenapa kamu jadi kayak gini, cemburu boleh,
tapi gak kayak gini. Sini kembalikan ponselku." Minta Aqila menggeleng
kepala melihat tingkah Arka.
"Tidak." Tolak Arka, lalu mengecek siapa yang
sedang Aqila chat hingga membuat nya tersenyum dan tertawa seperti orang gila.
Aqila membiarkan Arka mengecek, mata nya lekat menatap pria
di depannya ini, kelakuan nya berubah 180° derajat setelah ia memberi
kesempatan kedua.
Aqila bahagia kesempatan kedua yang ia berikan tidak
sia-sia. Pria di hadapan nya ini kini menjadi pria buta. Menatap wajah pria
yang pernah memberi luka kini berbalik memberi kebahagiaan.
"Bagaimana? apa ada pria yang aku chat?" Tanya
Aqila menaikan alis mengejek.
"Tidak ada." Jawabnya memberi ponsel pada Aqila
yang sudah mengulur tangan.
"Makangnya By, cemburu gak usah berlebihan gitu."
Kata Aqila melihat wajah Arka tidak merasa bersalah. Entah pria seperti apa
yang sedang Aqila hadapi ini, kenapa terlihat santai setelah menuduh dan jelas
terbukti tuduhan nya salah.
"Apa masih mau di situ? ayo berangkat?" Ajak Arka
melangkah maju duluan. Aqila melihat tingkah aneh Arka binggung, kenapa lagi
dengan nya.
Papa dan Mama melihat kedua anaknya sudah rapi seperti ingin
pergi, menghentikan langkah mereka.
"Kalian berdua mau kemana? kok sudah rapi begini?"
Tanya Mama.
"Ke cafe Ma, ada janji sama teman." Jawab Aqila.
"Ya sudah hati-hati di jalan." Pesan Mama, di
angguk Arka dan Aqila lalu berjalan pergi meninggalkan mereka.
"Sayang, kenapa kamu berbohong? kenapa tidak jujur ingin
bertemu Siska bukan teman?" Tanya Arka menoleh lalu kembali fokus
menyetir.
"Itu tidak mungkin By, Papa dan Mama pasti
khawatir." Jawab Aqila menatap Arka.
"Kalau kamu tau mereka bakal khawatir, kenapa kamu
nekat ingin bertemu sama Siska?"
"Ayolah By, masalah ini jangan di bahas lagi. Aku minta
maaf sudah bohongi kamu."
"Oke oke, aku maafin, tapi lain kali jangan
ulangi."
Kedua kembali diam, dengan Arka fokus menyetir, Aqila
memandang sekeliling jalan. Tidak ada percakapan lagi antara kedua, selain diam
dalam pikiran masing-masing.
Beberapa menit melintasi jalan, akhirnya mobil mereka telah
tiba di area mall dan kini telah terparkir rapi.
Banyak pasang mata menatap Arka dan Aqila terlihat serasa
satu tampan dan satu lagi cantik.
Mereka kagum dan tabjuk pasangan di hadapan mereka ini
begitu serasi.
Arka kesal banyak pria menatap Aqila seperti kelaparan
seakan ingin menyantap. Ia segera merangkul pinggang Aqila dengan mesra seakan
berkata wanita di samping adalah istri nya dan milik nya seorang.
"Apa yang kamu lakukan by? ini tempat umum?" Malu
Aqila, kini menjadi pusat perhatian.
"Biarin, siapa suruh kamu dandan secantik ini. Lihat
lah sekarang mata pria sedang menatap lapar mu. Lain kali tidak usah keluar
jika berdandan cantik seperti ini!" Kata Arka yang lagi mode cemburu.
"By, kamu ini ada-ada saja." Geleng Aqila
mendengar penuturan Arka menurut nya berlebihan.
"Aku serius sayang, kamu hanya boleh tampil cantik di
hadapan ku."
"Iya iya, hanya di hadapan mu." Mengalah Aqila
malas berdebat di tempat seperti ini, banyak pasang mata tidak melepaskan arah
pandang nya. Hal tersebut membuat Aqila melangkah maju lebih cepat.
***
Siska sudah menunggu Aqila sejak tadi, ia tiba 15 menit dari
waktu janjian mereka, menunggu lama ia memesan minum duluan untuk menemani kesendirian
nya.
Memandang segala arah belum muncul tanda kedatangan Aqila.
Ia kesal, kenapa jam segini belum juga datang.
"Kemana Qila? kenapa belum datang? apa dia tidak berani
menemui ku?" Pikir Siska menduga-duga.
"Tidak masalah, jika dia tidak ingin menemui ku?"
Senyum Siska tidak masalah, tidak terlihat kecewa atau marah.
"Hai Kak." Sapa Aqila datang bersama Arka
mendekati meja Siska.
Siska kaget melihat kedatangan Aqila bersama Arka, kedua
berjalan dengan mesra.
Mata Siska tidak lepas menatap tangan Arka merangkul mesra
pinggang Qila, bahkan yang membuat dirinya kaget kenapa bisa ada Arka di sini?
apa Aqila mengajak nya, tidak menutup kemungkinan iya, Aqila mengajak nya.
Hati Siska terasa panas melihat pertunjukan yang sangat di
benci. Dirinya meremas kuat tangan dengan menatap penuh kebencian pada Aqila.
"Kakak kenapa? maaf lama menunggu, jalan macet jadi
lama nyampe nya." Ucap Aqila menatap wajah Siska menatap benci padanya.
Ia sadar kakak nya panas melihat sikap Arka padanya. Namun
semua ini bukan mau nya.
"Apa kami tidak di persilahkan duduk?" Tanya Aqila
menatap Siska yang masih lekat menatap nya. Entah tatapan benci apa yang akan
di lakukan padanya, Aqila akan selalu siap menghadapi. Ia bukanlah wanita dulu
yang lemah dan akan selalu menurut, sekarang dirinya berbeda.
"Bukan nya kamu tidak punya malu, jadi untuk apa
meminta izin untuk duduk." Hina Siska pedas.
"Apa kakak sedang mengatai diri sendiri?" Tanya
balik Aqila santai membalikkan keadaan, bukan dirinya di permalukan, tapi
sebaliknya.
"Maksud kamu apa?" Tatap lekat dengan perkataan
Aqila membalikkan perkataan nya.
Aqila santai tidak seperti Siska terbawa suasana. Dirinya
lebih bersikap tenang.
"Kakak tidak mengerti? atau sengaja tidak mengerti?
bukannya itu perkataan kakak sendiri?" Tanya Aqila memandang Siska.
Dirinya kesal pada Aqila yang semakin berani padanya.
Sepulang dari Amerika ternyata nyali Aqila semakin berani, namun hal tersebut
tidak membuat nya takut atau mundur menghancurkan nya, melainkan membuat nya
semakin yakin untuk membalas.
Arka diam menyimak, dia tidak akan ikut campur sesuai
permintaan Aqila. Ia akan turun tangan jika Siska sudah kelewat batas.
Dirinya kesal mendengar Siska mengatai Aqila, namun hal
tersebut hilang mendengar Aqila membalikkan perkataan sendiri. Ia tidak
menyangka, 2 tahun lebih berada di Amerika banyak perubahan Aqila yang belum di
ketahui.
"Kamu benar itu perkataan ku, tapi bukan untuk diriku,
lebih tepatnya untuk wanita yang tidak memiliki malu merebut calon suami orang
di hari pernikahan." Kata Siska sedikit menaikan nada bicara, agar di
dengar pengunjung lain nya………(Bersambung Bab 97 )
Posting Komentar untuk "Bab 96 Pernikahan Di Atas Kertas "