Bab 268 Pernikahan Di Atas Kertas
Novel berjudul Pernikahan Di Atas Kertas adalah sebuah novel yang bergenre romantis banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas.
Novel ini dapat membuat guncangan emosi yang kuat bagi
pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat pembaca semakin ingin tau
kelanjutan dari cerita nya.
Teman – teman pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada kali
ini saya akan memperkenalkan dan memberikan novel Pernikahan Di Atas Kertas,
Kami yakin anda pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak bersama novel
berikut ini
Novel Pernikahan Di Atas Kertas Bab 268
![]() |
Tini dan Vian dalam perjalanan menuju rumah mertua kak
tiara.
Selama perjalanan tak ada obrolan, vian enggan mengajak tini
bicara pria itu masih kesal pada kekasih nya yang tidak peka-peka dengan nya.
Tini tidak tau jika kekasih tampan nya ini marah dan kesal
pada nya.
"Van, ingat nanti jangan asal bicara atau kakak ku
tidak merestui pernikahan kita," ucap Tini membuka suara memulai obrolan,
memperingati sang kekasih.
"Apa nya yang asal baby, kamu meragukan ku?" tanya
Vian.
"Tidak, aku sangat percaya sama mu, tapi mulut mu
tidak," jawab Tini santai.
"Baby, kamu selalu saja merendah kan ku, apakah di mata
mu aku ini tidak ada tinggi nya?"
"Ada, kamu adalah pria me*um yang gak pernah nahan
diri, lihat yang enak menggoda langsung sosor, dasar mata keranjang," kata
Tini mengatai Vian dengan nada kesal.
"Tap-"
"Aku belum habis bicara, jangan di potong dulu,"
ucap Tini cepat, memotong perkataan vian.
"Dasar wanita selalu saja mau di dengarin. Dia sendiri
yang potong lalu aku yang di salah kan," monolog Vian.
"Aku mau nanti kamu gak terlalu banyak bicara, bicara
saja pada inti yang ingin kamu katakan, tidak lebih dan tidak kurang, kamu
paham itu kan Van?" tanya Tini menoleh menatap pria di sebelah nya.
"Iya aku paham ibu negara, apapun yang di kata ibu
negara siap laksana kan," jawab Vian yang mana membuat tini tersenyum.
Tak lama kemudian, kedua nya tiba.
Kedua nya sama-sama masuk ke dalam, namun sebelum itu mereka
membunyikan bel.
Tak berselang lama pintu terbuka, di buka oleh salah satu
art yang bekerja di sini.
"Assalamualaikum," salam Tini lembut pada wanita
tua yang dapat di tebak usia pasti kisaran 45-an keatas.
"Walaikumsalam," sahut Art tersebut tak kalah
lembut dan juga sopan.
"Apa kak tiara nya sudah balik dari hotel?" tanya
Tini mematikan terlebih dahulu.
"Sudah Nona, sekarang berada di kamar bersama tuan
farel. Apa nona mau bibi panggilkan?"
"Boleh Bi, makasih sebelum nya."
"Sama-sama Nona, mari masuk," ajak bibi
mempersilakan adik dari istri tuan nya masuk.
Kedua di persilakan duduk, dan vian baru pertama kemari
sedikit tabjuk melihat dalam isi rumah mertua calon kakak ipar nya begitu
mewah.
Berbeda dengan tini biasa tak kaget lagi, meski pertama dia
sama dengan vian yang tabjuk.
"Baby, keluarga kakak ipar mu ternyata sangat kaya, aku
baru tau itu lho," ucap vian, mata nya masih melihat setiap sudut ruangan.
"Iya, aku pun sama hal dengan kamu Van tabjuk pertama
kali ke sini."
"Aku jadi penasaran sekarang, keluarga besan mu
memiliki berapa saudara? kenapa rumah sebesar ini terlihat sepi seperti tidak
berpenghuni. Dan itu, mana pria yang ku tonjok semalam? kenapa tidak ada? bukan
nya ini rumah nya lalu kenapa aku tidak melihat nya sama sekali?" tanya
Vian penasaran sejak tadi mencari-cari tidak menemukan sosok pria semalam.
"Oh, itu. Pak bian dan istri nya tinggal di rumah
mereka, dan di sini hanya ada kedua orang tua nya, kak farel dan juga kak
tiara," jelas Tini.
"Jadi mereka hanya dua bersaudara? dan itu laki-laki
semua?"
"Tidak, mereka tiga bersaudara."
"Lalu satu nya kemana?" tanya Vian lagi dengan
penasaran ingin lebih tau tentang keluarga besan dari calon kakak ipar nya.
"Dia pun sama sudah menikah, nama nya kak aqila, tapi
semua lebih sering memanggil nya dengan qila. Tapi tidak dengan mommy dan daddy
nya yang memanggil kak qila dengan sebutan princess, padahal saat ini kak qila
sudah memiliki dua anak kembar," jelas Tini panjang lebar banyak
mengetahui keluarga kakak ipar nya.
Tini bahagia bisa mengenal keluarga adijaya yang memiliki
kasih sayang yang begitu besar pada semua orang.
Melihat besar kasih sayang mertua kakak nya pada aqila
membuat nya kembali mengingat orang tua nya.
Merindukan kasih sayang orang tua tidak perlu di tanya kan
lagi, tini setiap hari merindukan.
"Kak qila perempuan yang beruntung memiliki keluarga
yang begitu sangat menyayangi nya," monolog Tini.
"Perempuan yang bernama aqila itu pasti sangat cantik
hingga banyak di sayang orang."
"Kamu benar Van, kak qila memang sangat cantik, bahkan
aku sempat iri melihat nya pertama kali," jujur Tini mengingat ulang saat
pertama kali bertemu aqila.
"Aku jadi penasaran seperti apa wajah nya, hingga mampu
membuat kekasih cantik ku ini iri? tapi tetap saja di mata ku kamu lah yang
paling cantik," ucap Vian mengedipkan satu mata menggoda Tini.
"Dasar me*um," Tini mencubit perut vian hingga
pria itu meringis kesakitan.
"Auwh, sakit baby."
"Biarin siapa suruh ganjen."
"Siapa yang ganjen dek?" tanya Tiara dari
belakang.
Tiara dan farel baru tiba di ruang tamu, tapi langsung
mendengar suara sang adik yang mengatakan seseorang ganjen.
Tiara menjatuhkan bokong di sofa dan menatap lekat sang adik
karena penasaran tini tak kunjung jawab pertanyaan nya.
"Gak ada, kakak salah dengar itu. Orang aku gak ada
bilang apa-apa," bohong Tini.
"Masa sih? padahal kakak dengar jelas lho, Mas kamu
juga dengar kan?" tanya Tiara menoleh menatap sang suami.
"Iya honey aku mendengar nya juga," jawab Farel
mengiyakan.
"Itu kan dek, kakak gak salah dengar mas farel juga
dengar. Apa yang kamu bilang ganjen itu pria di samping kamu?" tanya Tiara
sambil melirik pria yang duduk di sebelah tini.
"Udah dek kak, lupakan saja aku ke sini bersama vian
karena ada sesuatu yang penting ingin kami katakan," ucap Tini mendadak
serius.
"Apa masalah semalam yang kamu katakan di pesta? jadi
benar kalian akan menyusul? kapan bulan depan? atau dua bulan lagi?"
cerocos Tiara terus bertanya tanpa jeda.
Tini tidak menjawab wanita itu malah menatap kakak nya
hingga orang yang di tatap senyum-senyum sendiri.
"Maaf, kakak penasaran saja dek, katakan saja
pelan-pelan kakak akan mendengar nya," ucap Tiara yang sadar pertanyaan
nya terlalu banyak.
"Kakak setelah menikah jadi cerewet deh."
"Hehehe, iya, iya, maaf. Silakan katakan hal serius apa
yang ingin kamu dan vian katakan?"
Tini menoleh pada vian agar pria itu saja yang mengatakan,
bagaimana juga ini adalah keinginan nya segera menikah.
Vian mengangguk paham dan membuka suara menjelaskan apa
tujuan dia kemari.
"Maaf kak jika apa yang saya katakan ini
mendadak," ucap Vian yang mana membuat tiara deg-degan penasaran.
Pria itu seperti sengaja membuat mereka penasaran seperti
sedang menunggu pengumuman yang akan di umum kan juri.
"Cepat katakan kenapa masih diam?" tanya Farel yang
ikut penasaran karena pria itu tak kunjung bicara lagi.
"Saya dan tini minggu depan akan menikah."………(Bersambung
Bab 269)
Posting Komentar untuk "Bab 268 Pernikahan Di Atas Kertas "