Bab 267 Pernikahan Di Atas Kertas
Novel berjudul Pernikahan Di Atas Kertas adalah sebuah novel yang bergenre romantis banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas.
Novel ini dapat membuat guncangan emosi yang kuat bagi
pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat pembaca semakin ingin tau
kelanjutan dari cerita nya.
Teman – teman pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada kali
ini saya akan memperkenalkan dan memberikan novel Pernikahan Di Atas Kertas,
Kami yakin anda pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak bersama novel
berikut ini
Novel Pernikahan Di Atas Kertas Bab 267
![]() |
Tini sekarang sedang mencuci piring sebelum pergi menemui
kakak nya.
Namun gerakan nya terhenti saat tangan kekar melingkar di
perut nya.
"Baby, kamu sudah sangat cocok menjadi istri dan juga
ibu dari anak-anak ku. Aku tidak sabar menunggu waktu itu," bisik Vian
mengigit kecil telinga tini.
"Van, jangan mulai aku sedang mencuci piring, kembali
lah di tempat mu," Tini memperingati Vian agar tidak lagi.
"Siapa yang mulai baby, aku mengatakan sesuai fakta,
kamu begitu berbakat aku mengakui itu, tapi apa kamu berbakat juga dalam
olahraga menyenangi suami?" tanya Vian iseng menjahili tini.
"Vian, gak usah asal deh bicara nya," malu Tini
mendengar itu, bulu kuduk nya berdiri semua.
"Tidak kamu jawab dulu baby aku serius apa kamu
berbakat dalam hal itu?"
Vian semakin mengeratkan tangan di perut, dagu nya di
letakkan di bahu tini.
Tini tidak bisa bergerak, pria itu benar-benar menggunakan
semua tenaga nya.
"Aku juga serius, kembali lah di tempat mu Van."
Semua tidak boleh seperti ini, tini lama-lama bisa gila,
tubuh nya selalu merasa panas jika vian sudah bereaksi.
Tapi tini selalu mampu menahan diri agar tidak tergoda,
meski berkali-kali hampir terjadi.
"Yah sudah kalau kamu tidak menjawab aku akan tetap
seperti ini, kamu lanjut kan saja kerjaan mu baby aku tidak akan
menganggu," kata Vian santai.
"Terserah, awas kalau ganggu?" ancam Tini
memperingati Vian.
"Galak amat sih, belum juga jadi istri udah kayak singa
gimana kalau udah jadi istri?"
"Jadi harimau," jawab asal Tini kesal dengan
perkataan vian.
Kedua kembali terdiam tak ada pembicaraan lagi, karena tini
tak meladeni perkataan vian yang mana hanya akan membuat nya kesal.
Vian yang di acuhkan tini benar-benar kesal, akhir nya
melepaskan pelukan nya dan meninggalkan tini sendiri.
Dan tini tidak merasa bersalah sudah membuat vian kesal,
malah wanita itu biasa santai seolah tidak terjadi apa-apa.
"Dasar wanita gak peka, gak tau apa aku sangat
merindukan nya, tiga minggu gak bertemu rasa nya dunia ku hampir hancur,"
gerutu kesal Vian.
Pria itu terus mengomel tidak jelas, tapi suara nya di pelan
kan tak besar hingga tini tak menyadari.
...****************...
"Kak siska mau kemana?" tanya Aqila penasaran
melihat kakak angkat nya sudah rapi.
"Aku ingin temui kenalan ku yang akan membantu mencari
mama dan papa," jawab Siska.
"Maaf ya belum bisa bantu sekarang," ucap Aqila
sedikit merasa tak enak, bagaimana juga kemarin dia sudah mengatakan akan
membantu tapi hingga sekarang belum membantu.
Semua itu karena arka suami nya tak ingin mengerahkan orang
suruhan nya membantu mencari dan kakek adrian pun sama tidak ingin juga.
Aqila yakin kakek nya tak mau dan malah ikutan arka, karena
bujukan rayuan suami nya yang manis memburukkan nama siska hingga kakek adrian
enggan membantu.
"Tidak apa-apa, aku masih bisa sendiri. Ya sudah
sekarang aku langsung berangkat kasihan orang nya pasti sudah menunggu,"
pamit Siska beranjak pergi meninggalkan mansion.
"Bie, kenapa tidak kamu bantu saja kak siska , kasihan
tau dia cari sendiri," kata Aqila kasihan tidak tega.
"Tidak sayang biarkan saja, bukan nya kamu dengar apa
yang di katakan tadi? jika wanita ular itu bisa sendiri jadi untuk apa kita
bantu? orang nya saja masih bisa atasi," tolak Arka yang masih kekeh dengan
pendirian nya tidak berubah.
Membantu siska sama saja dengan menggali lobang kuburan
sendiri itu lah yang di pikirkan Arka, dan tentu dia tidak ingin.
"Ish kamu itu ya bie nyebelin deh, awas saja kalau
berani minta itu gak bakal aku kasih," ancam Aqila kesal keras kepala
suami nya.
"Emang kamu bisa gak kasih sayang?" tanya Arka
menantang, dia sangat mengetahui kelemahan istri nya hingga apapun ancaman
mengenai ranjang tak pernah dia takuti.
Glek....
Aqila menelan kasar saliva, dia lupa jika ancaman nya itu
tidak akan mempan, malah dia sendiri yang akan terjebak dengan ancaman nya itu.
Arka mendekati aqila yang kini sudah terlihat gugup.
"Bie, ini tempat umum," ucap Aqila memperingati
Arka.
"Aku tau ini tempat umum sayang, emang tadi ada ku
bilang jika ini kamar?" tanya Arka menggoda aqila.
Aqila ingin menghindari arka, namun belum juga berhasil,
pria itu menangkap nya.
"Kita lakukan di kamar sayang, aku tidak ingin kakek
melihat olahraga kita nanti yang ada kakek pengen merasakan yang kita
lakukan," bisik Arka mengendong Aqila membawa ke kamar.
Setiba di kamar, arka mengunci pintu, membaringkan aqila di
ranjang dengan perlahan.
Tak menunggu lama arka sudah menyambar bibir aqila.
Kedua saling membalas, aqila sudah bisa mengimbangi
permainan arka, dan semua itu berkat arka yang mengajari nya.
Arka begitu menyukai balasan aqila yang makin ke sini makin
nikmat.
Arka meny**ap rakus tengkuk aqila saat bibir berhasil
mendarat.
Sensasi aneh yang sama di rasakan aqila, tapi dia menyukai
dan menikmati.
Aqila sudah tidak bisa menahan lebih lama lagi, milik nya
sudah minta di mulai, tapi pria itu masih mencari kesenangan di setiap sisi.
"Kenapa aku selalu kalah, kenapa jika sudah mendapat
sentuhan aku menginginkan segera sampai gua," monolog Aqila binggung
bertanya-tanya.
Pria itu masih belum pindah dari posisi nya, tangan bergerak
bebas selagi belum mendarat di gua dia akan keliling sebentar.
Tangan arka memainkan gunung kembar aqila, mer*mas
melepaskan, dan sesekali dia mencubit kecil semangka besar itu, hingga wanita
itu tak menahan dan mengeluarkan suara nikmat yang di nantikan arka sejak tadi.
"Mmptt, bi," Aqila terus bersuara karena tangan
arka tak kunjung diam terus berjalan.
Malah semakin dia bersuara, arka semakin menjadi.
Pria itu menggunakan kedua tangan nya mer*mas semangka
aqila.
"Bi.... "
Suara Aqila kali ini semakin indah di telinga arka, wanita
itu bahkan sudah tak bisa menahan ingin secepat menuntaskan.
"Bi, sekarang bi" pinta Aqila milik nya sudah
begitu gatal.
"Sabar sayang aku belum selesei pemanasan, bagaimana
jika nanti aku cedera saat bermain nanti bisa gagal," kata Arka sengaja
ingin membuat istri nya merasa gejolak yang besar tak mampu menahan lagi.
"Bi lakukan, aku benar bisa gila sekarang," mohon
Aqila benar-benar sudah tidak tahan.
"Baiklah aku akan melakukan tapi dengan satu
syarat?"
"Aku akan melakukan apapun syarat nya, sekarang lakukan
saja," kata Aqila tidak peduli syarat apapun, sekarang yang di inginkan
sampai puncak.
Jawaban dari aqila membuat senyum di bibir Arka terukir.
"Semoga kamu tidak menyesal dengan perkataan mu sayang,
karena setelah ini aku tidak akan melepaskan mu lagi," monolog Arka senang
serius………(Bersambung Bab 268)
Posting Komentar untuk "Bab 267 Pernikahan Di Atas Kertas "