Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Bab 261 Pernikahan Di Atas Kertas

Novel berjudul Pernikahan Di Atas Kertas adalah sebuah novel yang bergenre romantis banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas.

Novel ini dapat membuat guncangan emosi yang kuat bagi pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat pembaca semakin ingin tau kelanjutan dari cerita nya.

Teman – teman pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada kali ini saya akan memperkenalkan dan memberikan novel Pernikahan Di Atas Kertas, Kami yakin anda pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak bersama novel berikut ini

Novel Pernikahan Di Atas Kertas Bab 261


Tini harus kembali ke apartment, acara resepsi kakak nya telah selesei satu jam yang lalu.

Saat ini wanita itu sedang berkemas untuk pindahan besok.

Vian melihat kekasih nya sangat sibuk, tangan nya langsung merampas cepat salah satu barang yang di pegang tini.

"Vian, cepat berikan ini sudah sangat larut aku harus segera menyelesaikan," kata Tini mencoba mengambil barang yang di rampas paksa pria itu.

Tapi bukan vian jika langsung memberi dengan muda. Pria itu semakin mengangkat tinggi barang tersebut sengaja karena tini tak akan mengapai.

Tinggi tini sebahu dari nya jadi sulit untuk wanita itu menjangkau.

Tini tidak menyerah dia terus berusaha mengambil kembali, berkali-kali dia melompat tetap tidak mengapai.

"Ambil lah jika bisa," kata Vian semakin membuat tini kesal.

"Oke, aku pasti bisa," balas Tini dengan semangat menggebu-gebu yakin bisa.

Hap....

Tini meloncat lebih tinggi dan berhasil meraih, tapi siapa sangka jika keberhasilan nya malah membuat nya jatuh.

Buft....

Kedua jatuh di atas kasur.

Deg....

Deg....

Jantung tini mendadak berdegub kencang, wajah kedua begitu dekat, tubuh tini berada di bawah dan vian di atas.

Kedua lama saling pandang, senyum vian seketika mengembang.

Tangan nya mengelus wajah cantik tini dengan lembut, mengikis anak rambut yang menghalangi melihat sempurna wajah kekasih nya.

"Aku beruntung memiliki mu baby, pertama kali kita bertemu aku langsung jatuh cinta padamu. Rasa nya sekarang aku masih belum bisa percaya bisa mendapatkan mu dan dekat seperti ini tanpa ada jarak. Dan bibir ini," Vian menyentuh bibir tini. "Sudah aku nikmati, aku sekarang malah menjadi candu dengan semua yang ada pada diri mu terutama bibir seksi ini," lanjut Vian menatap lekat apa yang di pegang sekarang.

"Sebelum ke sini, aku sudah menghubungi mami papi menyiapkan pernikahan kita minggu depan, jadi minggu depan aku, kamu dan keluarga kakak mu bisa langsung terbang ikut dengan ku ke negara X."

"Apa? kamu becanda kan Van?" tanya Tini dengan wajah kaget dengan apa yang barusan di dengar.

"Tidak, aku serius lagian aku pikir sekarang barang-barang tidak perlu di kemas lagi, karena kita akan pergi," jawab Vian serius tidak terlihat berbohong di wajah nya dalam berkata.

"Tapi bagaimana bisa secepat itu Van? aku saja belum mengatakan apapun pada kakak ku, aku yakin besok saat tiba nanti pasti akan langsung di interogasi."

"Jangan khawatir aku akan ikut bersama mu, aku juga akan mengatakan minggu depan kita akan menikah."

"Van, bukan itu masalah nya, tapi ini terlalu cepat."

"Bukan nya cepat lebih baik dari pada lama, untuk apa menunda-nunda niat baik baby. Aku tidak ingin khilaf, berdekatan dengan mu seperti ini saja senjata ku sudah beraksi, apa kamu mau jika kita melakukan ha-"

"Tidak, baiklah aku setuju," ucap Tini cepat memotong perkataan vian.

Tini tidak ingin mendengar lanjutan perkataan pria itu, karena dia sudah tau arah mana perkataan nya itu.

"Gadis pintar, menurut lah seperti ini aku akan tambah mencintai mu," Vian sekilas mencium bibir manis tini.

"Aku akan melanjutkan kemas-kemas, bangun lah," kata Tini.

"Tidak perlu baby, tetap lah di sini aku janji tidak akan melakukan sesuatu yang nakal sebelum kita menikah," ucap Vian memohon agar kekasih nya tetap menemani nya.

"Van, kakak ku tidak akan memberi izin, biarkan aku melanjutkan oke."

"No baby, aku yakin kakak mu akan memberi izin, aku sendiri yang akan mengatakan itu besok."

"Jangan nekat Van, tidak perlu melakukan hal itu."

"Ini perlu Baby, aku tidak ingin sendiri di sini, aku ingin selalu bersama mu seperti ini melihat wajah mu secara dekat, memeluk mu dan menikmati manis nya bibir ini," ucap Vian lalu mencium bibir tini.

Ciuman nya cukup lama, dia mel**mat dan menari-nari di dalam, lidah nya membelit lidah tini, menjilati langit atas mulut wanita nya.

Aktivitas ini adalah aktivitas yang sangat di sukai vian.

"Bibir ini sangat manis aku menyukai, rasanya seperti sedang mengunyah permen," kata Vian lalu mengusap lembut sisa saliva di ujung bibir tini.

"Jangan khawatir aku bisa mengendalikan diri selagi kamu tak memancing ku seperti tadi."

Vian seolah tau apa yang di pikirkan tini saat ini.

Tini mendadak merasa susah untuk menelan saliva nya sendiri, karena apa yang di katakan vian memang benar ada nya.

"Aku tau, tapi bisa kah kamu bangun, jika kamu tidak mengizinkan ku kembali berkemas tak masalah, tapi biarkan aku bersih-bersih untuk istirahat dan kamu bisa kembali ke kamar mu," kata Tini.

Tubuh nya saat ini sudah merasa panas, padahal udara malam ini sangat dingin, tapi entah kenapa dia merasa hal berbeda.

"Aku akan tidur di sini bersama mu," balas Vian santai.

"Tidak Van, kamu harus kembali ke kamar mu, jangan banyak mau, aku sudah mengikuti semua keinginan mu, sekarang giliran ku kamu harus mengikuti ku," tegas Tini.

"Baby, ayolah aku janji tidak akan macam-macan," pinta Vian memohon dengan wajah sedih.

"No, no, no, sekarang bangun dan kembali ke kamar mu Van," balas Tini tetap dengan pendirian nya.

"Baiklah aku akan kembali ke kamar ku, tapi kamu harus mencium ku di sini," Vian menunjukkan bibir nya sebagai syarat.

"Tidak, cepat bangun Van aku tidak ingin melakukan," tolak Tini.

"Ya sudah aku tidak akan bangun dan akan tidur di sini bersama mu."

Tini kesal lagi dan lagi vian keras kapala. Sekarang dia lagi yang harus mengalah, tapi tak ada pilihan lain selain menuruti permintaan vian dari pada tidur bersama bisa-bisa pria itu khilaf kapan saja saat dia tidur nanti.

Nama nya godaan dan bisikan setan mana ada yang tau dan bisa tahan.

Jika di pikir hanya ciuman bibir tidak masalah, asal tidak lebih yang membuat perut buncit.

"Baiklah, hanya ciuman tidak lebih," ucap Tini setuju setelah lama berpikir.

"Emang boleh lebih?"

"No."

"Iya deh enggak, buruan," Vian memonyongkan bibir.

Tini menarik nafas dan menghembus pelan lalu.

Mmptt....

Tini menempelkan bibir nya ke bibir Vian.

Saat tini ingin menyudahi ciuman nya, vian menahan dan memperdalam ciuman tersebut.

Tubuh tini yang sejak tadi panas dingin tak menentu kini semakin menjadi, wanita itu binggung ada apa dengan diri nya.

Aneh nya dia menyukai ciuman vian, rasa nya nikmat ingin lagi dan lagi tidak mau menyudahi.

"Astaga pikir apa aku kenapa malah berpikir hal kotor begini," monolog Tini binggung dengan otak nya makin ke sini makin gak jelas.

"Terimakasih baby aku menyukai ciuman mu, meski tak pandai tak masalah aku akan mengajari mu nanti," ucap Vian setelah menyudahi ciuman panas mereka.

Vian tidak melakukan hal lebih dari ciuman karena dia begitu mencintai tini, dia tidak ingin tini kecewa padanya.

"Aku kembali ke kamar, kamu bersih-bersih gih lalu langsung tidur," ucap Vian sebelum beranjak bangkit mengecup kening tini lalu pergi dari kamar.

Huft ....

Tini menghela nafas panjang lega.

"Pria itu benar-benar gila, kenapa tubuh ku bisa merasa panas dingin?" tanya Tini pada diri sendiri binggung sambil mengingat sentuhan bibir vian di bibir nya………(Bersambung  Bab 262)

 

 

DAFTAR ISI BAB NOVEL

Posting Komentar untuk "Bab 261 Pernikahan Di Atas Kertas "