Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Bab 258 Pernikahan Di Atas Kertas

Novel berjudul Pernikahan Di Atas Kertas adalah sebuah novel yang bergenre romantis banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas.

Novel ini dapat membuat guncangan emosi yang kuat bagi pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat pembaca semakin ingin tau kelanjutan dari cerita nya.

Teman – teman pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada kali ini saya akan memperkenalkan dan memberikan novel Pernikahan Di Atas Kertas, Kami yakin anda pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak bersama novel berikut ini

Novel Pernikahan Di Atas Kertas Bab 258


Tini baru tiba, tidur nya begitu pulas hingga dia tidak sadar hari sudah malam.

Wanita itu tak membutuhkan waktu lama untuk bersiap-siap.

30 menit itu sudah lebih cukup untuk nya, mandi 20 menit dan 10 menit dandan.

Lagian tini tak terlalu suka dengan make-up, dia kebalik dari wanita lain di luar sana yang menyukai make-up dan bahkan mengoleksi tapi tidak dengan nya.

Menurut Tini cantik wajah belum tentu cantik hati, banyak di luar sana yang paras cantik, tapi di gunakan dengan salah kecantikan nya tersebut.

Tini duduk menikmati hidangan makanan dengan nikmat, namun kenikmatan yang di rasakan seketika terhenti dengan kedatangan Dewi dan bian.

"Tini, kamu baru datang?" tanya Dewi langsung duduk di samping kursi kosong sebelah tini.

"Iya kak, barusan emangnya kenapa? apa kakak mencari ku?"

"Ya aku mencari mu sejak tadi, apa boleh aku minta tolong sesuatu sama kamu?"

"Minta tolong apa kak, katakan saja aku akan membantu jika aku bisa."

"Terimakasih kamu memang adik yang terbaik, aku tidak salah memilih mu," ucap Dewi.

"Pilih? maksud kakak pilih apa?" tanya Tini bingung.

"Iya pilih kamu menjadi adik ku, aku tidak salah pilih," bohong Dewi.

Hampir saja dia keceplosan, tapi syukur rem nya lekat hingga mampu berhenti tepat waktu.

Tini hanya mengangguk percaya apa yang di katakan Dewi tanpa menaruh curiga.

Dan Bian melihat bodoh nya Tini merasa gemas ingin rasanya dia melempar wanita itu ke pluto katanya pintar tapi hal seperti ini saja tidak paham, dasar bodoh.

"Jadi aku ingin minta tolong sama kamu temani Bian hari ini menyapa tamu dan rekan kerja nya, keadaan ku kurang fit kamu tau kan aku sedang mengandung jadi tidak boleh kelelahan atau itu akan sangat berpengaruh pada kesehatan bayi ku," ucap Dewi hanya beralasan.

"Aku? kenapa harus aku kak? Pak Bian bisa sendiri kenapa harus di temani?" tanya Tini yang menolak tidak ingin menemani bian.

"Bukannya kamu berjanji padaku, lagian aku hanya meminta mu menemani bian semua itu ku lakukan agar kamu dapat mengenal mana rekan bisnis perusahaan, bagaimana juga sekarang kamu adalah sekretaris bian jadi kamu harus."

"Turuti saja apa yang di katakan Dewi, dia tidak meminta kita menikah jadi untuk apa kamu menolak," ucap Bian kesal tini banyak bicara.

"Saya tau itu Pak, lagian siapa juga yang ingin menikah dengan bapak? sorry ya tipe saya bukan bapak," balas Tini tidak kalah kesal perkataan Bian benar-benar membuat kesal.

"Ya sudah karena kalian sudah sangat akrab aku tinggal dulu, sekali lagi terimakasih sudah mau menolong ku," ucap Dewi lalu pergi begitu saja.

Tini yang belum mengeluarkan penolakan nya tidak jadi mengatakan apapun karena dewi sudah pergi terlebih dahulu.

"Kamu ikut saya ada yang ingin saya katakan padamu," ajak Bian.

"Kemana? kenapa tidak bicara di sini saja?" tanya Tini enggan mengikuti bian.

"Tidak di sini tidak aman, kamu jangan khawatir saya tidak akan macam-macam padamu," jawab Bian menyakinkan wanita tersebut yang masih ragu dengan nya.

"Percayalah saya hanya ingin berbicara sebentar tidak lama, bukannya kamu penasaran dengan sikap istri saya itu? dan saya akan menjelaskan apa yang terjadi," lanjut Bian.

"Baiklah saya akan ikut, awas jika bapak berbohong siap-siap terima balasan dari kebohongan bapak itu," ancam Tini serius.

"Ya saya terima balasan apapun jika saya berbohong, tapi jika saya berkata jujur kamu harus menuruti saya, bagaimana dill?"

"Oke dill siapa takut," balas Tini.

Bian mengajak tini ke ke belakang agar dia bisa leluasa bercerita apa yang terjadi dan apa yang di ingin kan istri nya itu.

Setelah tiba yang di rasa bian aman, pria tersebut menarik nafas dalam-dalam mengumpul keberanian untuk mengungkapkan apa yang alami dewi saat ini.

"Katakan, kenapa bapak masih diam?" tanya Tini melihat bian terdiam belum berniat menjelaskan apapun.

"Saya akan menjelaskan apa sebenarnya yang terjadi, tapi saya harap apa yang saya katakan ini cukup saya dan kamu yang tau, karena saya dan dewi sengaja menutupi ini dari keluarga karena kita tidak ingin mereka cemas."

"Maksud bapak apa? terus apa kaitan nya dengan yang ingin bapak jelas dengan ini?"

"Ada karena apa yang akan saya katakan ini tidak boleh di ketahui orang lain lagi, apa kamu bisa berjanji itu."

"Iya saya janji apakah sekarang Bapak bisa kata kan jangan membuat saya penasaran seperti ini."

"Kehamilan Dewi istri saya dalam bermasalah, dokter memvonis kecil harapan untuk dewi bisa selamat setelah melahirkan, dan hal tersebut membuat dewi berpikir dia akan meninggal setelah melahirkan, makanya sekarang dia sedang mencoba mendekati kita berdua," jelas Bian langsung pada inti tanpa berbelit-belit.

"Apa? aku gak salah dengar kan Pak? bagaimana semua ini bisa terjadi? kenapa kak dewi bisa pasrah begitu saja? kata dokter belum tentu terjadi, dokter bukan Tuhan," kata Tini kaget tidak habis pikir perempuan yang di lihat baik-baik saja ternyata sedang tidak baik-baik saja.

Dewi menyembunyikan semua rasa sakit dan kesedihan nya di balik wajah ceria, sungguh wanita malang. Tini tidak tau apa jadi nya dia jika berada di posisi dewi, apakah dia akan sanggup berpura-pura baik-baik saja atau tidak.

"Saya tidak tau, bagaimana apa kamu ingin bekerja sama dengan saya, kita cukup bersandiwara di hadapan dewi agar dia percaya, dan sementara itu saya akan berusaha mencari dokter terbaik untuk menangani kelahiran dewi," ucap Bian penuh harap tini menyetujui.

"Baiklah saya mau demi kak dewi," setujui Tini tidak tega dengan dewi yang sudah dia anggap kakak sendiri.

"Terimakasih, dewi tidak salah menganggap mu adik ternyata kamu memang perempuan baik, maaf selama ini saya sudah berpikir buruk pada mu hanya karena melihat penampilan tomboy mu itu," ucap Bian sedikit merasa bersalah pernah berpikir buruk tentang tini yang ternyata wanita di depan nya ini sangat baik.

"Tidak apa-apa Pak, saya tidak masalah karena itu pendapat dan penilaian orang mengenai saya, dan saya menerima itu, kita tidak bisa memaksa orang lain berpikir baik tentang kita bukan? semua manusia punya hak masing-masing dalam penilaian begitu pun dengan bapak dan juga saya," bijak Tini yang mana membuat bian merasa satu sifat tini ini sama dengan aqila adik kecil nya.

"Bapak kenapa?" tanya Tini melambai kan tangan pada pria di depan nya diam menatap nya.

Sedangkan di sisi lain seorang pria baru saja tiba di airport satu jam lalu, dan tanpa beristirahat dia langsung ke lokasi acara tersebut.

"Kejutan baby, sesibuk apapun aku kamu akan selalu menjadi prioritas ku nomor satu," gumam pria tersebut dengan senyum tak lepas dari wajah nya.

Mata pria tersebut menggeledah kiri kanan mencari sosok wanita yang membuat nya terbang ke indo karena rindu segudang tidak bisa dia tampung lagi.

Deg...

Rahang nya seketika mengeras melihat kekasih nya di peluk pria lain, tangan nya mengepal sembari menatap tajam kepada kedua orang tersebut.

Tanpa basi-basi pria tersebut menarik tini dari pelukan pria yang tak kenal dan meninju keras.

Bugh...

"Berani nya kau memeluk kekasih ku, dan kamu tini kenapa mau saja di peluk pria lain, apa kamu tidak menganggap ku lagi? apa karena kita LDR jadi kamu merasa bosan?" marah pria tersebut menatap kecewa tini.

"Jaga ucapan mu, seharusnya aku yang bertanya itu padamu, dimana kamu pagi tadi bukannya kamu sudah berjanji padaku untuk datang? apa sebenarnya kamu yang sudah bosan dengan hubungan LDR kita? jika iya katakan saja tidak usah mencari kesalahan ku Vian, aku muak menunggu mu sejak pagi, apa kamu tau betapa sedih nya aku tadi menunggu orang yang sangat berarti dalam hidup ku, orang yang berhasil meluluh hati ku tidak datang? dan sekarang apa kamu datang langsung marah-marah dan memukul orang yang tidak ada salah. Aku benar-benar kecewa sama kamu," ucap Tini panjang lebar muak dan langsung pergi meninggalkan mereka.

"Urusan kita belum selesai," ucap Vian berbalik mengejar tini.

"Dasar bocah, cemburu tidak lihat tempat," gumam Bian menggeleng kepala………(Bersambung  Bab 259)

 

 

DAFTAR ISI BAB NOVEL

Posting Komentar untuk "Bab 258 Pernikahan Di Atas Kertas "