Bab 257 Pernikahan Di Atas Kertas
Novel berjudul Pernikahan Di Atas Kertas adalah sebuah novel yang bergenre romantis banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas.
Novel ini dapat membuat guncangan emosi yang kuat bagi
pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat pembaca semakin ingin tau
kelanjutan dari cerita nya.
Teman – teman pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada kali
ini saya akan memperkenalkan dan memberikan novel Pernikahan Di Atas Kertas,
Kami yakin anda pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak bersama novel
berikut ini
Novel Pernikahan Di Atas Kertas Bab 257
![]() |
Malam pun tiba kini hotel tempat yang mereka adakan resepsi
pernikahan farel dan tiara perlahan penuh terisi oleh tamu hadirin.
Tiara tampak cantik dengan gaun yang di kenakan berwarna
putih dengan pernak pernik menambah kecantikan pada gaun tersebut.
Rambut tiara di biarkan terurai begitu saja karena rambut
tiara pendek sebahu, wanita tersebut lebih nyaman rambut pendek dari pada
panjang.
Meski berkali-kali adiknya tini meminta nya memanjangkan
rambut, tiara menolak. Menurut tiara rambut panjang merepotkan.
Aqila sudah tampil cantik di bantu dandan oleh MUA yang di
sediakan mommy untuk keluarga adijaya khusus nya para perempuan yang berada di
hotel.
"Sayang kamu cantik sekali, aku makin cinta dan rasanya
aku tidak ingin siapapun melihat kecantikan mu," ucap Arka menatap penuh
kekaguman pada aqila.
"Gombal kamu bie."
"Aku serius sayang, kamu sangat cantik bahkan aku rasa
pemilik acara hari ini kalah cantik nya dari kamu. Sekarang aku jadi ragu
membiarkan mu keluar bagaimana jika semua terpana dengan kecantikan mu?"
"Gak usah alay deh bie, aku masih marah sama kamu
tau," ucap Aqila mengingatkan Arka.
"Sayang bukan nya sudah ku jelas kan tadi itu sudah
lama lagian saat itu aku sedang gabut dan iseng menonton, mana aku tau kalau
Abi juga melihat adegan dewasa yang tak pernah aku harapkan," jelas Arka.
"Bohong kamu bie, bilang aja saat kamu melihat adegan
itu kamu jadi pengen kan?"
"Iya sih saat itu aku menginginkan."
"Kan benar sudah ku duga tadi nya saja gak mau
ngaku," kesal Aqila lalu pergi meninggalkan Arka.
Arka mengutuk mulut ember nya ini, bagaimana bisa
keceplosan.
"Dasar mulut kenapa tidak bisa kerja sama sih, lihat
karena ember bocor mu itu istri ku marah dan pergi meninggalkan ku," marah
Arka pada mulut nya.
Pria itu segera mengejar aqila, dia tidak ingin jatah malam
hari nya gagal jika aqila masih marah.
Sedangkan di sisi lain, Dewi sedang menunggu tiara yang
hingga sekarang belum juga datang.
"Wi, kamu sedang apa? kenapa aku merasa sepertinya kamu
sedang menunggu seseorang apa ada orang yang kamu nanti kan
kedatangannya?" tanya Bian.
"Iya nih Yan, aku sedang menunggu tini tapi sepertinya
hingga sekarang dia belum juga datang," jawab Tiara sedikit sedih padahal
dia sudah merencanakan mendekatkan tini dan bian.
"Apa ada hal penting yang ingin kamu bicara kan pada
tini sehingga kamu terlihat sedih begitu mengetahui dia belum juga
datang?"
"Iya ini sangat penting menyangkut kebahagiaan
kamu."
"Maksud kamu apa Wi? kebahagiaan ku apa? kenapa di
sangkut paut dengan tini yang kamu tunggu belum datang?" bingung Bian
tidak paham maksud perkataan dewi.
"Akan aku jelaskan tapi tidak di sini, kita ke kamar
saja, ayo," ajak Dewi tidak ingin ada orang tau.
Setiba di kamar dewi masih diam, dia bingung harus memulai
menjelaskan dari mana, bagaimana jika bian menolak?
Dewi harus memutar otak mencari alasan yang tepat agar bian
tak dapat menolak keinginan nya.
"Katakan Wi apa maksud perkataan kamu tadi?" tanya
Bian membuka suara sejak lama menunggu dewi berbicara tak juga berbicara,
hingga dia memutuskan untuk memulai duluan.
"Oke, aku akan menjelaskan, aku harap kamu jangan marah
semua yang ku lakukan untuk kebahagiaan mu, bukan karena aku tak lagi cinta,
tapi semua itu karena aku sangat dan sangat mencintai mu melebihi apapun di
hidup ku Yan," ucap Dewi panjang lebar yang mana membuat Bian bingung arah
pembicaraan Dewi.
"Langsung pada inti nya Wi jangan berbelit-belit kamu
hanya membuat kepala ku pusing menerka-nerka," balas Bian.
"Baiklah aku akan pada intinya, tapi sebelum itu kamu
harus janji padaku tidak marah dan menuruti permintaan ku, lakukan ini demi
anak dalam kandungan ku jika kamu tidak melakukan demi ku."
Lagi dan lagi perkataan dewi membuat Bian merasa aneh, ada
sesuatu yang tidak beres.
"Aku tidak bisa berjanji sesuatu yang tidak aku ketahui
apa yang ingin kamu bicarakan, lebih baik kamu katakan dulu setelah itu baru
aku putuskan."
"Tidak Yan, aku ingin kamu berjanji terlebih dahulu
sebelum mendengar apa yang ingin ku katakan."
"Tap-"
"Please Yan, lakukan ini demi aku jika tidak demi anak
kita yang ada di dalam kandungan ku," ucap cepat Dewi memotong ucapan
bian.
Huftt...
Bian menghembus nafas kasar tidak ada pilihan lain selain
mengiyakan, melihat betapa ngotot nya sang istri membuat nya tak tega menolak.
"Baiklah aku janji tidak akan marah dan akan menuruti
apa keinginan kamu."
Dengan spontan perkataan bian tersebut membuat nya loncat
kegirangan bahagia dan memeluk suaminya itu.
"Terimakasih Yan, kamu memang suami terbaik, tertampan
yang pernah aku miliki, aku beruntung bisa mengenal dan hadir di dalam hidup
mu," ucap Dewi memeluk erat bian tanpa bisa di cegah tetesan bening sudah
jatuh membasahi wajahnya.
"Kamu bicara apa Wi? kenapa perkataan mu ini seperti
akan pergi jauh?" tanya Bian melonggarkan pelukan dan menatap lekat dewi.
"Kamu menangis wi?"
"Iya ini tangisan bahagia apa tidak boleh?"
"Boleh."
"Aku yakin pasti ada sesuatu, apa ini ada kaitannya
dengan dengan masalah kehamilan mu?" monolog Bian menatap Dewi mengusap
membersihkan sisa tetesan bening air mata ya.
Setelah merasa yakin, Dewi menatap nian dan mulai
menjelaskan niat nya yang ingin menjodohkan bian dengan tini adik ipar nya
sendiri.
Ya memang semua terdengar konyol seorang istri menjodohkan
sang suami nya pada orang lain dan orang lain itu adik ipar suaminya sendiri.
Dewi terlihat gila, tapi semua yang di lakukan karena dia
berpikir hidup nya gak akan lama lagi.
Bian mendengar dengan cermat satu kata demi kata yang keluar
dari mulut dewi, dan saat wanita itu mengatakan pada inti keinginan nya betapa
terkejut nya bian tidak menyangka dewi bisa meminta hal konyol yang tidak
mungkin bisa dia lakukan.
Di hati nya hanya ada dewi seorang tidak ada orang lain yang
bisa menggantikan posisi dewi di hati nya hingga kapanpun.
"Permintaan apa ini Wi, jangan gila! bagaimana bisa
kamu meminta ku hal yang sampai kapan pun tidak akan mungkin bisa aku
lakukan," tolak keras Bian tidak mau mengikuti permintaan bodoh dewi
menurut nya sangat gila.
"Kamu sudah janji Yan, aku harap kamu tidak lupa
itu," ucap Dewi mengingatkan bian, hati nya pun ikut sakit mengatakan hal
gila ini pada suaminya, tapi ini jalan terbaik.
Dewi tidak tau apakah masih ada kesempatan untuk nya hidup
setelah melahirkan nanti atau tidak, dokter mengatakan kecil keajaiban itu
hingga dia tidak ingin banyak berharap apapun.
"Aku tau aku sudah berjanji tapi permintaan mu ini
sangat konyol Wi, bagaimana bisa kamu meminta hal ini?" tanya Bian.
"Aku tidak bisa selalu ada menemani mu Yan, kamu ingat
bukan kata dokter kesempatan ku hidup setelah melahirkan sangat kecil, dan aku
tidak ingin saat aku pergi nanti kamu sendiri mengurus bayi kita, aku ingin ada
seseorang yang membantu mu dan bayi kita tidak kekurangan kasih sayang orang
tua."
"Tidak begini juga Wi, dokter bukan Tuhan dan aku
sangat yakin kamu bisa melalui ini dan kita akan sama-sama mengurus anak kita
hingga besar," kata Bian sedih mendengar perkataan Dewi yang pasrah dengan
hidup nya.
Air mata bian sudah jatuh, pria tersebut tidak mampu menahan
kesedihan nya lagi, rasanya begitu sesak mendengar kata-kata Dewi………(Bersambung
Bab 258)
Posting Komentar untuk "Bab 257 Pernikahan Di Atas Kertas "