Bab 256 Pernikahan Di Atas Kertas
Novel berjudul Pernikahan Di Atas Kertas adalah sebuah novel yang bergenre romantis banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas.
Novel ini dapat membuat guncangan emosi yang kuat bagi
pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat pembaca semakin ingin tau
kelanjutan dari cerita nya.
Teman – teman pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada kali
ini saya akan memperkenalkan dan memberikan novel Pernikahan Di Atas Kertas,
Kami yakin anda pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak bersama novel
berikut ini
Novel Pernikahan Di Atas Kertas Bab 256
![]() |
Acara resepsi akan di mulai beberapa jam lagi, semua kembali
masuk ke kamar masing-masing untuk istirahat.
Keluarga Adijaya sudah memboking full 1 hotel dari lantai 1
sampai lantai 5 untuk acara pernikahan farel.
Farel adalah putra pertama keluarga adijaya, jadi pesta nya
sengaja di besar-besarkan karena ini akan menjadi pernikahan terakhir buat
keluarga adijaya, kedua anaknya sudah menikah dan hanya tinggal farel.
Semua keluarga besar adijaya dari LN dan juga luar kota
datang menghadiri.
Arin dan Abi tidak ingin di tinggal sendiri kedua bocah
tersebut masuk ke kamar mommy dan ingin tidur bersama mommy dan daddy.
Aqila tidak masalah dia malah bersyukur karena saat ini dia
lagi malas meladeni arka dan kedua malaikat kecil nya datang sebagai penyelamat
dalam kecanggungan yang mungkin bisa terjadi.
"Sini sayang dekat mommy," panggil Aqila menepuk
samping ranjang duduk nya.
"Mom, kita kapan liburan? arin sudah gak sabar bukan
nya kata mommy kalau Arin dan Abi nurut kita bakalan liburan?" tanya Arin
menatap aqila.
"Arin udah gak sabar ya?"
"Iya Mom, Abi juga kan?" Arin menyenggol lengan
kembaran nya agar tak hanya dia yang menginginkan tapi juga abi.
"Arin sakit," kesal Abi meringis ulah kembaran nya
yang bar-bar.
"Tuh kan Mom Abi sampai ngeluh sakit karena mommy lama
ajak jalan-jalan," ucap Arin dengan wajah polos tanpa dosa.
Aqila melihat kelakuan Arin selalu menindas Abi kembaran nya
sekaligus kakak meski beda beberapa menit tetap saja kakak bukan?
Aqila bingung bagaimana sifat Arin dan Abi bisa berbeda
jauh.
"Arin, abi sakit karena arin memukul abi bukan ingin
pergi liburan lagian sekolah belum libur," ucap Abi menatap kesal kembaran
nya.
"Jangan dengar Mom, Abi bohong Arin tidak menyenggol
lengan abi kok," elak Arin.
"Itu kan Mom, Abi gak nyebut arin nyenggol lengan Abi,
tapi arin sendiri yang ngaku."
Aqila menggelengkan kepala melihat tingkah lucu kedua
anaknya yang tidak pernah akur di mana pun berada selalu saja ada yang di ribut
kan.
Sedangkan arka hanya melihat istri dan anak-anak dari sofa
yang duduki itu tanpa mendekat.
Pria tersebut mengeluarkan ponsel dan mencari kesibukan
dengan mengecek email yang masuk meski sekarang dia sedang libur kerjaan tidak
bisa di tinggal kan begitu saja.
Beberapa minggu lagi perusahaan nya akan mengadakan pesta
besar-besar memperingati hari berdirinya perusahaan Dirgantara.
Arka bangkit dari duduk nya dan keluar dari kamar sambil
menempelkan ponsel di dekat telinga.
Aqila melihat arka pergi tanpa pamit begitu saja menjadi
penasaran siapa yang menghubungi arka?
"Siapa yang menghubungi arka? kenapa wajah nya terlihat
serius?" monolog Aqila penasaran.
"Sayang-sayang nya mommy yang cantik dan tampan, kalian
bobo duluan dulu ya, mommy keluar sebentar mau nyusul daddy kalian, ingat
jangan ribut," pesan Aqila lalu mencium kening anak-anak bergantian
sebelum meninggal kedua bocah tersebut.
"Iya Mom, Arin janji tidak akan ribut kalau Abi tidak
duluan," jawab cepat Arin menampilkan wajah imut nya.
"Ya sudah mommy tinggal dulu ingat yang akur langsung
tidur jangan ngobrol setelah ini," ucap Aqila lalu bangkit meninggalkan
mereka.
Aqila membuka pintu di luar dia tak melihat seorang pun di
mana-mana.
"Dimana hubby?" batin Aqila bertanya menjadi
semakin penasaran pergi suaminya itu.
Di tempat lain arka yang baru menyelesaikan panggilan telepon
segera balik dan masuk ke kamar hotel.
Setiba di dalam dia tak melihat keberadaan aqila, kedua
anak-anak nya sudah tidur di bawah kasur tanpa di selimuti.
Arka menyelimuti anak-anak lalu pergi mencari keberadaan
sang istri yang terlihat di dalam kamar hotel mereka.
Aqila lelah mencari arka tidak juga menemukan akhirnya
memilih untuk kembali, dalam perjalanan dia melihat Siska di depan pintu kamar
hotel nya.
"Kak," panggil Aqila.
"Qila, kamu ngapain di sini?" tanya Siska berbalik
menatap wanita yang memanggilnya.
"Kebetulan Kak, tadi aku sedang mencari arka tapi gak
ketemu aku ingin balik saja, ets tau nya ketemu kakak."
"Oh, emang arka kemana? kenapa harus kamu cari?"
tanya penasaran Siska.
"Gak tau Kak, tapi sekarang udah gak penting, kakak
dari mana?"
"Aku dari depan baru ketemu orang suruhan yang ku minta
mencari keberadaan papa dan mama," jawab Siska.
"Lalu bagaimana apa sudah ada perkembangan?" tanya
penasaran Aqila menatap serius Siska.
Siska menggeleng kepala pertanda tidak ada, orang suruhannya
hingga sekarang belum juga bisa menemukan papa mama.
"Kakak yang sabar aku yakin papa dan mama akan
baik-baik saja di mana pun mereka berada, lagian mereka tak sendirian ada Kak
roland bukan bersama papa dan mama?"
"Aku tidak bisa yakin apa roland bersama mereka atau
tidak," jawab Siska ragu.
"Ya sudah kakak jangan sedih lagi, aku akan minta
tolong sama arka dan daddy mencari keberadaan papa lion dan mama ana."
"Terimakasih Qila, aku bersyukur bisa mendapat maaf dan
kesempatan kedua dari kamu."
"Sama-sama, ya sudah sekarang kakak masuk istirahat
sana, aku akan kembali kasihan anak-anak di tinggal sendiri di kamar entah
daddy nya sudah kembali atau belum aku khawatir mereka akan ribut seperti
biasa. Kakak tau bukan abi selalu menjadi bulan-bulanan arin dalam hal apapun,
aku jadi kasihan sama putra ku itu," cerita Aqila mengingat abi tak pernah
memarahi arin atau meninggikan suara pada adik kembaran nya itu.
"Untuk apa kamu kasihan, putra mu itu sangat pandai
berakting seolah-olah di tindas, nyatanya setiap berbicara dengan ku selalu
saja ketus dan dingin, lagian aku mendukung 100% arin menjahili bocah tengil
itu sifat nya benar-benar menyebalkan sama seperti arka," monolog Siska.
"Iya, kalau begitu aku masuk kamu cepat lah balik
kasihan kedua bocah mu jika benar daddy pemarah nya itu belum juga balik,"
balas Siska.
"Ya sudah aku pergi dulu."
Di kamar pengantin Farel dan tiara masih tidak percaya hari
ini mereka sudah resmi menikah, bahkan gaun yang di kenakan saat ijab kabul
belum juga di lepaskan tiara.
Kedua orang tersebut masih duduk di bawah ujung tepi tempat tidur.
Mata tiara masih menatap lekat cincin yang tersemat cantik
di jari manisnya.
Rasanya semua seperti mimpi, jika benar ini mimpi dia tidak
ingin bangun lagi.
"Sayang apa kamu tidak ingin ganti baju?" tanya
Farel menatap sang istri yang setia terdiam tunduk duduk di samping nya.
"Kamu duluan saja Mas, aku rasanya masih tidak percaya,
tapi ini benar nyata kan bukan mimpi? coba kamu cubit aku jika benar ini tidak
mimpi aku pasti akan merasakan sakit?" pinta Tiara konyol yang mana
membuat Farel mendengar itu tersenyum.
"Sayang aku tidak bisa melakukan itu, jika kamu masih
tidak percaya ini nyata atau bukan aku punya cara sendiri agar kamu yakin ini
nyata," ucap Farel dengan senyum menggoda………(Bersambung Bab 257)
Posting Komentar untuk "Bab 256 Pernikahan Di Atas Kertas "