Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Bab 252 Pernikahan Di Atas Kertas

Novel berjudul Pernikahan Di Atas Kertas adalah sebuah novel yang bergenre romantis banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas.

Novel ini dapat membuat guncangan emosi yang kuat bagi pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat pembaca semakin ingin tau kelanjutan dari cerita nya.

Teman – teman pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada kali ini saya akan memperkenalkan dan memberikan novel Pernikahan Di Atas Kertas, Kami yakin anda pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak bersama novel berikut ini

Novel Pernikahan Di Atas Kertas Bab 252


Aqila di larikan ke rumah sakit, arka dan farel begitu khawatir melihat keadaan aqila tak sadarkan diri.

Dalam perjalanan kedua pria tersebut terus berdoa memohon perlindungan agar aqila baik-baik saja.

Arka merasa menyesal telah membentak aqila, dia tidak menyadari jika tindakan nya tadi sudah begitu menyakiti bahkan dia baru menyadari genggaman tangan nya ternyata membekas di pergelangan tangan aqila.

"Maafkan aku sayang, aku tidak menyadari sikap dan tindakan ku tadi menyakiti mu, aku memang suami yang tidak peka, aku melukai istri ku sendiri, aku tidak bisa mengontrol emosi jika sudah berkaitan dengan ular itu, aku khawatir kamu di celakai ular itu lagi, aku benar-benar tidak ingin kamu celaka sayang," batin Arka sedih merasa bersalah.

"Kamu lihat sekarang Ar? semua ini karena kamu jika saja kamu bisa menahan diri aqila tidak akan seperti ini, dan sekarang jika sudah begini apa yang bisa kamu lakukan? ya saya akui tindakan saya tadi salah, tapi kamu lebih salah. Semuanya bisa di bicarakan baik-baik dengan kepala dingin bukan dengan cara marah-marah di depan umum," ucap Farel menatap arka yang setia menggenggam tangan aqila.

"Ya saya salah, semua itu karena saya sangat mencintai aqila saya tidak ingin aqila percaya dan di celakai ular berbisa itu, bagaimana juga siska bukan perempuan baik-baik," balas Arka.

"Kamu tidak boleh berkata seperti itu? bisa saja siska sudah berubah sekarang, bukti nya aqila mempercayai nya? ayolah Ar, buka mata mu lebar-lebar lima tahun wanita itu menerkam di penjara dan satu tahun dia menghirup udara bebas, saya yakin sekarang dia sudah berubah. Dan untuk masalah kenapa baru sekarang mendatangi aqila, mungkin dia baru tau jika aqila masih hidup sama halnya dengan kita yang baru tau beberapa bulan ini. Stop berprasangka buruk semua manusia pasti akan berubah menjadi baik tidak selalu menjadi jahat," tegas Farel menasehati arka.

Tak lama kemudian mereka tiba di rumah sakit dan aqila langsung di larikan ke ruangan di tangani doker di dalam.

Arka dan Farel menunggu di luar pintu mondar-mandir khawatir dengan keadaan aqila sekarang.

"Ya Allah bantu jaga istri ku jangan Engkau ambil aqila dari ku," batin Arka memohon.

"Ya Allah sembuh kan adik ku, jaga dia, jangan berikan adik ku penyakit serius, dia adalah satu-satu princess kecil keluarga adijaya sekarang dan selamanya," batin Farel berdoa khawatir hingga sekarang dokter belum juga keluar.

Keduanya sama-sama memutuskan untuk tidak mengabari keluarga nya dulu, mereka tidak ingin keluarga cemas, karena sekarang keluarga pasti pada lagi sibuk mengurus pernikahan yang akan di selenggarakan lusa.

Farel menyetujui perkataan Arka ada benar nya juga.

"Saya minta padamu Ar, lain kali jangan melakukan hal seperti ini, semuanya masih bisa kamu bicara kan baik-baik, qila bukan wanita yang pembangkang saya kenal qila dia adik saya. Saran saya lebih baik kamu turuti kemauan qila, pantau dari jauh jika kamu masih takut siska akan berulah, tapi menurut saya siska tidak akan berulah dia pasti sudah jerah," kata Farel menyakinkan arka.

"Akan saya usahakan untuk mencoba demi qila," balas Arka mengikuti saran farel.

"Nah, kalau dari tadi seperti ini semua akan baik-baik saja, apa kamu harus di tonjok dulu agar otaknya berpikir jernih?" ejek Farel sedikit bingung suami dari adiknya ini sangat aneh.

"Stop mengatai ku Kak, sekarang bukan waktu yang tepat untuk kakak mengejek," ketus Arka tidak mood meladeni ejekan Farel.

"Ya, ya, ya."

Beberapa menit kemudian dokter yang menangani aqila keluar.

Farel, dan Arka langsung bangkit dari duduk mendekati dokter dan bertanya.

"Bagaimana keadaan isti saya dok?"

"Iya dok, bagaimana keadaan adik saya? adik saya baik-baik saja kan? tidak ada hal serius padanya kan? katakan dok, jangan diam seperti ini, dokter bisu ya?" cerocos Farel melempar tubian pertanyaan pada dokter.

Dokter wanita tersebut diam dengan rasa kesal yang di pendam di dalam hati pada farel mengatai nya bisu, bagaimana mau di jawab jika sejak tadi farel tidak memberi nya kesempatan, pria itu terus cerocos seperti emak-emak yang lagi menagih uang kosan.

Menarik nafas dalam-dalam, lalu menghembuskan secara perlahan, dokter tersebut mencoba merendam rasa kesal nya itu dan menjelaskan keadaan pasien pada pihak keluarga.

"Bapak bisa diam sekarang, bagaimana saya mau menjelaskan jika bapak saja cerocos sudah seperti petasan tidak henti-henti sekali di hidupkan bunyi nya terus menerus, syukur-syukur kalau gak buat orang frustasi," ucap Dokter tersebut tidak bisa menahan rasa kesal nya lagi.

Arka tersenyum tipis mendengar kakak ipar nya di katai petasan oleh dokter.

"Tidak usah menahan jika ingin tertawa silakan," kata Farel dapat melihat Arka yang menahan tawa karena perkataan dokter mengatai nya.

"Tidak, tidak ada yang ingin tertawa," bantah Arka.

"Terserah."

"Ini mau denger saya jelaskan atau tidak, kenapa pada bicara sendiri," ucap Dokter bingung dengan kedua pria di depan nya ini pada asyik sendiri.

"Kami bicara karena dokter tak menjelaskan apa-apa, jika saja dokter menjelaskan sesuatu kami akan diam, lalu sekarang salah siapa? ya salah dokter, masa salah kami, benar gak Ar?" tanya Farel santai dengan wajah cool nya.

Aqila kini sudah sadar dari pingsan nya, kepalanya masih sedikit sakit, dia mencoba mengingat kejadian apa saja yang terjadi hingga dia berada di sini.

"Hubby," ucap Aqila.

Hanya satu kata yang keluar dari bibir aqila, dia ingat terakhir kali jatuh pingsan farel terus memukuli Arka.

Dan saat Aqila ingin bangkit mencari keberadaan suaminya, suara seseorang menghentikan langkah nya.

"Qila apa yang kamu lakukan?" tanya Arka yang kaget saat masuk melihat aqila ingin bangun dari ranjang rumah sakit.

"Hubby."

"Stay di tempat mu, aku akan ke situ," perintah Arka tidak ingin aqila banyak bergerak.

"Benar yang di kata kan Arka dek," timpal Farel.

"Hubby." Aqila langsung menghambur peluk pada sang suami saat tiba di dekat nya.

Aqila begitu cemas dengan Arka, mengingat pukulan tubian farel tadi sangat membuat aqila takut.

"Iya sayang aku di sini, jangan khawatir aku baik-baik saja, aku tidak akan mati hanya di pukuli oleh kakak mu, tapi aku akan mati jika kamu pergi tinggal kan aku," ucap Arka membalas pelukan aqila.

"Maaf kan aku bie," ucap Aqila merasa bersalah sudah membuat kondisi Arka seperti sekarang.

"Tidak sayang, ini bukan salah mu, ini salah ku, aku jadi suami tidak peka, aku sudah menyakiti mu dua kali tanpa aku sadari itu," balas Arka menyesal.

"Aku setuju siska tinggal bersama kita, tapi kamu harus selalu berada di dekat ku, aku tidak ingin terjadi hal yang tidak di ingin kan padamu dan juga anak-anak," lanjut Arka.

"Kamu benar bie? gak bohong kan?" tanya Aqila memastikan.

"Aku serius, apapun untuk mu akan aku lakukan. Sekarang bagaimana keadaan mu apa ada yang sakit?" tanya Arka.

"Tidak bie aku baik-baik saja, malah sangat baik karena aku sudah mengingat semuanya," jawab Aqila dengan senyum bahagia di wajah nya.

"Ingat semua? aku tidak salah dengar ini kan sayang?"

"Jangan becanda dek, ini tidak lucu," timpal Farel sama hal dengan Arka kaget dengan wajah tidak percaya.

"Ih siapa yang becanda, aku serius kenapa ekspresi nya begitu kalian gak senang ya?" tanya Aqila bingung melihat tidak ada ekspresi bahagia di wajah kedua pria tersebut………(Bersambung  Bab 253)

 

 

DAFTAR ISI BAB NOVEL

Posting Komentar untuk "Bab 252 Pernikahan Di Atas Kertas "