Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Bab 251 Pernikahan Di Atas Kertas

Novel berjudul Pernikahan Di Atas Kertas adalah sebuah novel yang bergenre romantis banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas.

Novel ini dapat membuat guncangan emosi yang kuat bagi pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat pembaca semakin ingin tau kelanjutan dari cerita nya.

Teman – teman pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada kali ini saya akan memperkenalkan dan memberikan novel Pernikahan Di Atas Kertas, Kami yakin anda pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak bersama novel berikut ini

Novel Pernikahan Di Atas Kertas Bab 251


Melihat arka terus memarahi siska kepala aqila mendadak pusing, entah kenapa dia merasa hal seperti ini pernah terjadi sebelumnya, lintasan masa lalu mendadak hadir namun masih samar-samar seperti biasa.

Aqila masih diam menahan rasa sakit di kepala.

"Tenang lah kenapa kamu jadi berlebihan seperti ini? ya, saya akui awal kedatangan saya tadi sebenarnya ingin memberi pelajaran sama aqila, tapi setelah berbicara banyak saya berubah pikiran, lagian jika di pikir perkataan aqila ada benar nya juga. Dan saya mau mengubur masa lalu dan membuka lembaran baru dari awal bersama-sama," ujar Siska menekan dua kata di akhir.

"Maksud kau apa? jangan coba merencanakan sesuatu yang jahat jika tidak ingin hidup mu berakhir hari ini," ancam Arka seraya berjalan mendekati Siska, dan saat ingin menarik tangan siska untuk mengusir aqila menahan.

"Bie, jangan kasar sama kak siska, apa yang kamu katakan itu salah, kak siska kemari dengan tujuan baik menjelaskan dan mengakui kesalahan yang di perbuat padaku, seharusnya kamu maafkan bukan berlaku kasar seperti ini, bagaimana juga kak siska kakak angkat ku orang tuanya sudah merawat ku sejak kecil, bahkan karena kesalahan di masa lalu keluarga dan suami kak siska pergi tinggalkan kak siska sendiri seorang diri, jadi sudah aku putuskan mengajak kak siska tinggal bersama kita, aku yakin kakek adrian gak bakal keberatan," ucap Aqila yang bulat dengan keputusan nya ini.

"Tidak qila aku keberatan dan sampai kapanpun tidak menyetujui ular ini tinggal bersama yang ada anak-anak kita di celakai ular berbisa ini, kamu mana ingat kejahatan di masa lalu? kamu lupa ingatan hingga sekarang dan semua itu karena ular ini dan apapun keputusan mu aku tolak keras," tegas Arka tidak peduli jika ujungnya aqila akan marah.

Arka cemas jika siska berada di dekat aqila dan keluarga nya, mengingat wanita ular ini bisa melakukan hal apapun yang di suka, tidak ada yang bisa menjamin jika sekarang ular itu tidak melakukan hal yang sama di suka.

Aqila mendengar penolakan Arka begitu kekeh tidak peduli dengan siska menjadi amat kesal.

"Kak siska tidak perlu khawatir, nanti sore kakak datang saja di alamat ini," Aqila menyodorkan alamat tempat tinggal nya.

"Terimakasih Qila kamu adik terbaik kakak, maaf sudah pernah jahat sama kamu di masa lalu," Siska menerima sodoran kartu nama yang di berikan aqila dan memeluk wanita tersebut.

Aqila membalas pelukan siska, kepala nya hingga sekarang masih teramat pusing, tapi sengaja di paksakan agar terlihat baik-baik saja.

Arka mendengar keputusan aqila tidak menuruti nya benar-benar marah, dan menarik sang istri menjauh dari siska si ular berbisa itu.

"Apa yang kamu katakan Qila? bukan sudah ku katakan tadi tidak menyetujui lalu kenapa masih menyetujui? aku ini suami mu dan tugas mu sebagai istri hanya perlu menuruti apa yang ku katakan bukan ngebantah seperti ini, dan keputusan ku sudah bulat tidak menyetujui titik," tegas Arka menggenggam erat pergelangan tangan aqila yang mana genggaman tangan tersebut menyakiti aqila tanpa di sadari arka sendiri.

"Dan kau ular berbisa pergi dari sini jangan pernah kau tunjukkan wajah mu di sini, di hadapan qila, dan juga sekitar keluarga ku, atau saat itu juga kau akan saya kirim ke neraka," sambung Arka lalu teriak memanggil security mengusir siska wanita ular berbisa banyak tingkah.

"Pak usir wanita ini, ingat jangan pernah izinkan ular ini masuk lagi, hafal baik-baik muka nya karena ular ini sangat berbahaya."

"Bie, jangan berkata seperti itu, bag-"

"Sudah diam Qila! jangan ngebantah terus, keputusan ku sudah bulat!" bentak Arka cepat memotong perkataan aqila yang belum selesai berbicara.

Arka menarik kuat lengan aqila pergi, dan semua karyawan yang sejak tadi melihat keributan tersebut tidak menyangka pak arka yang begitu menyayangi bu aqila bisa marah sebesar itu.

Aqila terus berontak minta di lepas kan, tapi arka tak menuruti dan terus menarik hingga tiba di dalam ruangan baru di lepaskan.

"Kamu kenapa keras kepala Qila? kamu tidak ingat apa-apa tentang masa lalu bagaimana kamu dengan mudah berkata seperti itu? apa yang ular itu katakan sebenarnya hingga otak mu di cuci seperti orang bodoh begini?" marah Arka tidak habis pikir aqila begitu mudah memaafkan dan mempercayai ular berbisa itu.

"Bie, stop mengatai kak siska ular berbisa, kak siska sudah berubah, kak siska sudah mengakui semua kesalahan nya, dan aku percaya kak siska benar-benar menyesal ingin berubah," balas Aqila dengan air mata yang sudah tak mampu dia bendung lagi, akhirnya menetes begitu saja.

Genggaman tangan arka tadi begitu sakit, dan sekarang membekas.

"Qila kamu kenapa sayang? kenapa menangis? maaf aku bukan ingin memarahi mu sekeras ini, aku hanya tidak ingin kamu di sakiti lagi oleh ular itu, aku tidak bisa kehilangan mu ke tiga kalinya, aku sangat mencintai mu sayang," ucap Arka lembut khawatir dengan aqila yang masih terus menangis.

"Tapi tidak seperti itu juga bie, kamu bukan hanya menyakiti kak siska tapi aku, apa ini yang nama nya cinta?" tangis Aqila memukul dada bidang Arka kecewa.

Pria tersebut bahkan tidak menyadari telah membentak nya di depan umum, bahkan melukai dengan genggaman erat tangan nya itu.

"Maaf sayang? aku tidak tau jika perkataan ku sudah menyakiti mu," ucap Arka yang masih belum sadar.

Farel yang ingin keluar memberi dokumen di bagian keuangan tidak sengaja mendengar obrolan para karyawan nya.

Dengan rahang mengeras, kedua tangan nya sudah mengepal marah mengetahui adik nya di bentak di depan umum.

Brak...

Farel masuk dan melihat adiknya menangis sambil memukul arka langsung menarik dan memberi tonjokan di pipi arka dengan tangannya.

"Kurang ajar berani nya kau membentak Qila di depan umum, apa kau sadar dengan tindakan mu itu? saya saja sebagai kakak nya tidak pernah membentak qila, dan kau apa seenak jidat melakukan itu bahkan membuat qila nangis," marah Farel kembali memberi tonjokan di pipi arka.

"Kakak sudah kak, berhenti, kasihan arka kak," lerai Aqila memohon tidak tega melihat suaminya terus di pukuli farel.

"Tidak dek, pria seperti dia pantas mendapatkan ini, hal seperti ini bukan pertama yang kamu rasakan tapi sudah berkali-kali arka menyakiti kamu dan sekarang tidak akan kakak biarkan lagi," balas Farel.

"Kakak, aku mohon hentikan, please lakukan ini demi aku kak," mohon Aqila seraya berlutut meminta kakaknya tidak melanjutkan lagi, dengan menahan rasa sakit di kepala yang semakin terasa.

Aqila tidak tega melihat arka terus di pukuli dan pria tersebut tidak pernah membalas pukulan dari farel.

Entah apa yang di pikirkan arka sekarang benar-benar membuat aqila sedih.

Perkataan farel tadi berhasil menganggu pikiran nya dan perlahan pandangannya menjadi gelap dan.

Brak...

Aqila terjatuh pingsan

"Aqila!" teriak kedua bersamaan………(Bersambung  Bab 252)

 

 

DAFTAR ISI BAB NOVEL

Posting Komentar untuk "Bab 251 Pernikahan Di Atas Kertas "