Bab 249 Pernikahan Di Atas Kertas
Novel berjudul Pernikahan Di Atas Kertas adalah sebuah novel yang bergenre romantis banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas.
Novel ini dapat membuat guncangan emosi yang kuat bagi
pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat pembaca semakin ingin tau
kelanjutan dari cerita nya.
Teman – teman pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada kali
ini saya akan memperkenalkan dan memberikan novel Pernikahan Di Atas Kertas,
Kami yakin anda pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak bersama novel
berikut ini
Novel Pernikahan Di Atas Kertas Bab 249
![]() |
Tini membantu bian mengerjakan beberapa proposal yang akan
di jadikan bahan meeting dengan klien satu jam lagi.
Dan bian sibuk mencari dokumen yang di lupakan di letakan di
mana.
Bian tidak pernah merasakan hal seperti ini sebelumnya,
rasanya kepala nya ingin pecah berulang kali mencari file tersebut tidak juga
di temukan.
Dan Tini tak peduli dengan apa yang di lakukan bian, mau
pria itu jungkir balik bukan urusan nya.
Jemari kecilnya begitu lincah memainkan keyboard, bagi nya
hal seperti itu tidak sulit.
Tini sesekali melihat ponsel nya, entah apa yang di lihat
seperti nya dia menunggu kabar dari seseorang.
"Kenapa tidak ada kabar lagi dari nya?" batin Tini
bertanya dengan wajah murung melihat tidak ada pesan masuk.
Bian melihat Tini mendadak terdiam tak menggerakkan jemari
mengerutkan kening bingung ada apa dengan gadis itu.
Tapi dia enggan bertanya ada apa dengan Tini. Bian memilih
malas tau dan kembali melanjutkan mencari file.
"Pak saya keluar sebentar," pamit Tini tanpa
peduli apa pria tersebut mengizinkan atau tidak.
Tini langsung bangkit dan pergi begitu saja. Dia berjalan
mencari toilet.
Setiba di toilet wanita tersebut mengeluarkan ponsel dan
segera menghubungi seseorang.
Beberapa kali di hubungi tak ada jawaban juga di sebrang
sana, hal tersebut membuat Tini khawatir.
"Kamu di mana sih? Kenapa sampai sekarang belum juga
kabari aku? Kamu tau gak sih aku khawatir mikirin kamu," sedih Tini sejak
tiba di kantor bian, seseorang yang membuat nya tersenyum selama di dalam taksi
memainkan ponsel mendadak hilang kabar.
Tini menatap diri nya di kaca dan membasuh wajah membuang
perasaan khawatir terhadap seseorang di sebrang sana.
"Rileks Tini jangan seperti ini, jika dia tak menjawab
hubungi yang lain saja," ucap Tini kembali menghubungi seseorang di
sebrang sana yang saat ini bersama orang yang di khawatir kan.
Namun hasilnya sama, Tini sudah menghubungi banyak nomor dengan
orang yang berbeda-beda yang dia ketahui saat ini bersama seseorang yang di
khawatir kan, tapi nihil mereka semua tak menjawab.
Tidak ingin menjadi lebih khawatir ponselnya segera di
matikan dan keluar kembali ke ruangan bian.
Setiba di dalam ruangan, tanpa dia sadari bian menatap tajam
dirinya, tapi Tini tidak menyadari itu hati nya sedang tidak baik-baik saja
sehingga dia tak fokus, pandangan nya hanya tertuju pada sofa yang akan di
duduki.
Bian melihat Tini malas tau sedikit kesal, tapi melihat raut
wajah tini yang berbeda sejak masuk tadi merasa ada sesuatu yang tidak beres.
"Ada apa dengan nya? Kenapa masuk-masuk wajahnya begitu
murung? Apa ada masalah di luar?" batin Bian bertanya penasaran.
Bagaimana juga tini sebentar lagi akan menjadi anggota keluarga
nya, Tiara Kakak nya akan menikah dengan farel berarti kakak nya akan menjadi
kakak iparnya dan Tini akan menjadi adik iparnya.
Meski di hati nya masih ada sedikit rasa tidak suka dengan
gaya penampilan tini yang tidak ada feminim nya.
"Kamu ada masalah?" tanya Bian menatap Tini.
Tini tak mendengar apa yang di katakan bian, sehingga pria
tersebut berjalan dan menepuk bahu tini.
Tini kaget dan langsung menoleh pada orang yang mengangetkan
nya itu.
"Astaghfirullah, bapak kagetin saja, bagaimana kalau saya
serangan jantung? Emangnya bapak mau tanggung jawab? saya belum ingin mati muda
dengan keadaan sekarang yang belum mendapat kabar dari pacar saya," kata
Tini menatap kesal pada bian membuyarkan lamunan nya, kenapa tidak memanggil?
Kenapa harus seperti ini, syukur dia tidak memiliki riwayat penyakit jantung
kalau ada bisa langsung end saat itu juga dirinya.
"Siapa suruh kamu melamun? Saya meminta mu di sini
untuk bekerja menunjukkan kemampuan mu, bukan duduk melamun tidak jelas, apa
kamu pikir dengan duduk seperti ini pekerjaan mu dapat selesai sendiri?"
tanya Bian tidak kalah kesal pada Tini, kenapa dia yang di salahkan sekarang.
...****************...
Di sisi lain farel sudah tidak sabar menanti hari hal yang
sudah lama dia nanti kan di mana Tiara wanita yang di cintai seutuhnya menjadi
miliknya.
"Kak sampai kapan kakak akan diam seperti itu, ingat
kerjaan masih menumpuk lusa kakak akan menikah, aku tidak bisa lebih lama
menggantikan kakak di sini, arka tidak akan mengizinkan ku, sekarang saja arka
terpaksa menyetujui karena permintaan mommy, kalau bukan karena mommy tidak
akan di beri izin," kata Aqila memperingati kakak nya agar tidak membuat
nya dan arka barantam.
"Jangan khawatir dek, kakak janji tidak akan merepotkan
mu. Kakak tidak mungkin melihat adik kecil kakak ini kesulitan," jawab
Farel mengelus rambut Aqila.
"Lega aku dengar nya, oiya kak bentar lagi arka
datang," ucap Aqila memberitahu farel.
"Untuk apa? Ini belum jam pulang?" tanya Farel
sambil melihat jam di dinding.
"Aku gak tau kita lihat saja apa yang ingin di perbuat
nya."
"Kamu serius gak tau dek? Jangan bilang kamu dan arka
mau lakuin di kantor kakak? Awas kalau benar," ancam Farel menatap tajam
sang adik.
"Apaan sih kak, gak baik tau su'udzon adik sendiri dosa
itu, lagian aku masih tau tempat di mana harus melakukan bukan asal
tempat," balas Aqila cemberut dengan wajah kesal ngambek pada farel.
"Idih adik kakak ngambek, jadi makin cantik tuh pipi
udah seperti donat aja," goda Farel menoel pipi tembem aqila.
"kakak!" teriak Aqila kesal farel menoel pipi nya.
"Maaf dek maksud kakak itu bukan kamu ,tapi arka dia
pria yang tak pernah melihat tempat setiap menginginkan, tanpa berpikir panjang
bagaimana jika orang yang melihat kalian itu jomblo? Kan kasihan orang itu jiwa
jomblo nya meronta-ronta menginginkan hal yang sama yang kalian lakukan,"
jelas Farel panjang lebar.
Mendengar perkataan Farel, aqila menjadi berpikir ada benar
nya juga yang di katakan Farel.
Namun saat aqila ingin membenarkan yang di katakan Farel
suara seseorang sudah terlebih dahulu memotong nya.
"Jangan di dengar kan sayang, kakak mu itu iri makanya
dia berkata seperti itu," ucap Arka berjalan mendekati sang istri yang duduk
di sofa bersama Farel.
"Sejak kapan kamu di sini? apa tadi saya tidak salah
dengar kamu bilang saya iri? bentar lagi juga saya bakal nikah jadi untuk apa
iri? lagian saya sudah merasakan semua nya," balas Farel tanpa sadar sudah
membeberkan sedikit kebenaran yang di sembunyikan dari keluarga.
"Apa!" teriak Arka dan Aqila kompak terkejut
mendengar pengakuan farel.
Dengan spontan farel menutup mulut, dia bingung harus
menjelaskan apa sekarang, tatapan kedua orang di depan sudah seperti binatang
buas yang siap menerkam mangsa.
Menelan ludah rasanya sulit, farel benar-benar tak ada
pilihan lain lagi selain berkata jujur. Lagian lusa dia akan segera menikah
jadi tidak ada masalah jika menceritakan semua pada kedua orang tersebut.
Aqila tidak mungkin ember karena adiknya ini perempuan yang
dapat di percaya, tapi untuk Arka dia masih ragu.
"Apa maksud dari perkataan kakak barusan? jangan bilang
benar lagi yang Arka katakan padaku selama ini, kakak sudah melakukan hal yang
tidak seharusnya kakak lakukan pada tiara?" tebak Aqila menatap serius
farel yang mendadak gugup.
"Emangnya enak di interogasi sama adik sendiri,"
batin Arka senang melihat wajah kakak iparnya pucat………(Bersambung Bab 250)
Posting Komentar untuk "Bab 249 Pernikahan Di Atas Kertas "