Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Bab 245 Pernikahan Di Atas Kertas

Novel berjudul Pernikahan Di Atas Kertas adalah sebuah novel yang bergenre romantis banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas.

Novel ini dapat membuat guncangan emosi yang kuat bagi pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat pembaca semakin ingin tau kelanjutan dari cerita nya.

Teman – teman pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada kali ini saya akan memperkenalkan dan memberikan novel Pernikahan Di Atas Kertas, Kami yakin anda pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak bersama novel berikut ini

Novel Pernikahan Di Atas Kertas Bab 245


Aqila kini sedang bersama arka menemani suami nya.

Sedangkan kedua anaknya itu bersama uncle dan aunty nya. Bian dan dewi mengajak twins jalan-jalan, bian juga meminta izin untuk twins menginap di mansion atas permintaan mommy yang rindu pada kedua cucunya.

Dan aqila tidak keberatan karena suaminya juga tidak masalah.

"Bie, aku mau cerita sesuatu sama kamu masalah kak farel," ucap Aqila menatap serius arka.

"Cerita apa? apa pria tua tak laku itu melakukan kesalahan sehingga membuat kamu bingung seperti ini?" tanya Arka melihat raut wajah serius aqila.

"Bie gak boleh gitu biar kak farel gak laku hingga sekarang dia itu kakak ipar mu loh, kak farel kakak ku."

"Maaf sayang, tapi apa yang ku katakan memang benar adanya sesuai fakta."

"Iya sih memang benar tapi gak usah kayak gitu juga bie bagaimana kalau kak farel dengar bisa marah orang nya nanti."

"Kalau dengar, kalau enggak dengar ya gak masalah bukan?" balas Arka santai dengan tangan masih mengotak-atik ponsel nya.

"Bie kamu sedang apa sih kenapa setiap aku bicara kamu fokus nya pada ponsel?" Aqila kesal dirinya di acuhkan begitu saja padahal sekarang dia lagi cerita.

Bukan nya mendapat teman cerita yang dapat membuat nya sedikit lega mengeluarkan nya dari tumpukan pertanyaan yang berputar mengelilingi benak nya, ini malah arka sebaliknya membuat nya kesal dengan pertanyaan yang belum terjawab dari pertanyaan nya sendiri.

Menatap arka dengan kesal, aqila bangkit meninggalkan suaminya begitu saja dan masuk ke kamar mandi.

Melihat aqila lagi kesal dengan nya, arka segera menyusul, meletakkan ponsel di sofa dan berlari ke arah pergi nya sang istri.

Cekrek....

Aqila membasuh wajahnya di wastafel dan menatap pantulan wajah di cermin.

"Sayang maaf aku tadi lagi ngecek email masuk, jangan ngambek dong janji gak ulangi lagi sekarang baikan ya," bujuk Arka tiba di belakang aqila.

"Bie, kamu selalu bilang janji tapi ujungnya selalu ingkar bagaimana aku bisa percaya," balas Aqila menatap arka dari pantulan cermin.

"Janji deh yang ini tidak, gak bakal ingkar."

"Awas kalau ingkar aku gak bakal maafin," ancam Aqila."

"Iya. Terus apa yang ingin kamu ceritakan tentang kak farel?" tanya Arka sambil melingkarkan lengan nya di pinggang aqila, dagu nya di sandarkan di bahu kiri sang istri.

"Itu loh bie, tadi arin minta aku hubungi kak farel minta di temanin jalan-jalan, katanya rindu udah lama gak ketemu, terus pas aku hubungi nomor nya aktif tapi gak di angkat lalu arin saranin aku hubungi mommy dan aku telpon dong, saat tersambung aku minta mommy berikan ponsel nya pada kak farel, tapi kata mommy kak farel udah seminggu gak tidur di mansion? pertanyaan ku sekarang ke mana kak farel sekarang? mommy juga bilang kak farel gak seperti biasa kayak gini kayak ada yang di tutupi dari kita semua deh," cerita Aqila panjang lebar menatap arka serius mendengar dan juga menatap nya.

"Bisa jadi sih sayang kak farel menutupi sesuatu dari kita, lalu apa rencana mu sekarang? apa perlu aku selidiki?" tanya Arka.

"Seperti nya jangan dulu deh biar nanti aku coba tanya langsung sama kak farel ada apa sebenarnya. Bie besok aku ijin ke kantor kak farel ya?"

"Boleh aku akan temani kamu," jawab Arka.

"Kamu kan kerja bie, mendingan aku pergi sendiri aja kamu fokus sama kerjaan aku gapapa sendiri, gak usah khawatir."

"Tidak sayang, aku akan temani kemana pun kamu pergi, tidak akan aku biarkan istri cantik ku yang sebentar lagi mengandung pergi seorang diri. Lagian setelah dari kantor kak farel kamu akan temani aku di kantor," kata Arka tidak ingin aqila di cuci otaknya oleh kakek adrian yang punya banyak trik dalam membujuk.

Aqila menatap tanya wajah arka di pantulan cermin, arka yang di tatap seperti itu hanya membalas dengan senyuman.

"Tidak apa sayang jangan menatap ku seperti itu nanti aku bisa khilaf dan menerkam mu di sini," kata Arka tangan nya sudah bergerak masuk ke dalam baju aqila.

"Bie, jangan sekarang masih ada yang ingin aku ceritakan," cegah Aqila menghentikan arka yang sudah nakal.

"Sayang ceritakan nanti sekarang biarkan aku melakukan nya, lihatlah adik kecil ku sudah menenggang kamu harus bertanggungjawab untuk itu, lakukan di sini atau ranjang?" tanya Arka memberi dua pilihan tempat servis.

"Bie, tap-" ucapan Aqila terhenti tubuh nya sudah melayang, arka menggendong nya ala brydel berjalan begitu saja.

Aqila yang kaget langsung mengalungkan lengan nya di leher arka.

Dia tak lagi protes karena semua hanya akan percuma buang tenaga.

Tiba di kamar arka menempatkan aqila di bawah ranjang dengan perlahan seperti meletakkan benda yang mudah retak saja.

Arka menindih tubuh tubuh aqila, membuka baju nya dan juga aqila di buang sembarang arah, fokus matanya hanya tertuju pada aqila sekarang.

Menempelkan bibir nya pada aqila, mel*mat rakus, menggigit kecil bawah bibir aqila sebab wanita itu belum juga membuka mulut nya sehingga arka tidak bisa bebas terjun ke dalam.

Dengan satu sentakan gigitan nya mulut aqila sudah terbuka, arka dengan hati gembira bersorak riang puas.

Arka begitu semangat memimpin ranjang panas menyehatkan itu, tanpa berhenti menggempur aqila.

Di tempat lain, dewi dan bian mengajak twins A jalan-jalan, bian melihat wajah ceria sang istri tersebut ikut bahagia. Akhir-akhir ini dewi selalu nampak murung bersedih hingga sekarang belum juga di beri kepercayaan.

"Wi, bagaimana apa kamu bahagia sekarang?" tanya Bian menatap wajah ceria dewi.

"Iya aku bahagia, tapi akan bahagia lagi jika kita punya anak sendiri Yan," jawab Dewi kembali menampakkan wajah sedih nya.

"Sabar sayang semua ada waktunya percayalah kamu pasti bisa mengandung, aku yakin itu," Bian memberi keyakinan pada dewi jika istri nya pasti bisa.

Tidak ada hal yang mustahil jika Allah sudah berkehendak. Yang bisa jika tidak begitu pun sebaliknya yang tidak bisa menjadi tidak.

"Iya Yan, aku sudah sabar tapi mau sampai kapan? aku sudah lama menunggu dan selalu sabar tapi tidak pernah ada hasil nya, aku lelah seperti ini Yan," kata Dewi sedih sambil memandang kedua ponakan nya itu bermain.

"Kamu tidak boleh bicara seperti itu Wi, aku tidak mau mendengar hal semacam itu keluar dari mulut kamu. Serahkan saja semua pada yang kuasa, yakin semua akan indah jika sudah waktunya," ucap Bian tidak ingin mendengar dewi berbicara sembarangan.

Dewi tak lagi berdebat dengan Bian, dia memilih pergi menghampiri twins A dan ikut bermain dengan dua ponakannya itu.

Dan bian hanya menghela nafas kasar memandang wajah sedih dewi meninggalkan nya.

"Aku harap keinginan mu secepatnya bisa terkabul Wi, aku tidak tega melihat kamu bersedih seperti ini," batin Bian sedih tidak bisa melakukan banyak hal untuk dewi.

Satu jam berada di Mall, bermain semua wahana permainan yang ada, kepala dewi mendadak pusing, entah kenapa? apa yang terjadi dengan dirinya saat ini, penglihatan nya di depan semua terasa kabur perlahan dia ambruk dan terjatuh di lantai.

Brukkk....

Bian panik melihat dewi terjatuh.

"Dewi, sayang apa yang terjadi dengan mu? kenapa dengan dirimu sayang," panik Bian menepuk-nepuk pipi dewi.

"Uncle cepat bawah aunty ke rumah sakit," ucap Abi memberi saran.

"Abi benar."

Bian langsung menggendong dewi dan segera berlari ke luar Mall menuju parkiran tempat nya memarkirkan mobil tadi.

Menempatkan dewi di kursi samping mengemudi, memakaikan seatbelt. Dua ponakan kecilnya itu sudah masuk dan duduk anteng di belakang kursi penumpang wajah mereka sama halnya dengan Bian cemas.

Kedua bocah itu khawatir terjadi hal buruk pada aunty nya, mereka terkejut pasalnya aunty tadi baik-baik saja menemani mereka bermain basket, memasuki bola ke gawang atas

"Uncle, aunty kenapa?" tanya Arin sedih melihat dewi berbaring tak membukakan mata nya.

"Uncle tidak tidak tau sayang, kita sama-sama berdoa aunty dewi baik-baik ya," jawab Bian berusaha tidak menampakkan wajah cemas nya di depan anak-anak.

Di lubuk hati yang dalam betapa cemas nya Bian melihat keadaan dewi seperti sekarang ini.

"Sayang apa yang terjadi sama kamu sebenarnya? kenapa mendadak seperti ini? jangan membuat ku cemas," batin Bian khawatir.

Tak menunggu waktu lama kini mobil Bian telah tiba di area rumah sakit, dia menggendong dewi dan membawa ke dalam di ikuti dua bocah dari belakang mengekori kemana pergi nya membawa dewi.

"Dok cepat periksa istri saya, apa yang terjadi dengan nya? kenapa mendadak pingsan, pastikan tidak ada hal yang buruk terjadi padanya, jika tidak ingin rumah sakit ini saya tutup selama nya," ancam Bian mencemaskan dewi.

Dewi adalah cinta pertama nya, dia tidak ingin terjadi hal buruk pada istri nya, apapun itu dia akan selalu melindungi dewi meski nyawa taruhannya.

"Tenang lah Pak, kami akan mengecek istri bapak mohon untuk menunggu di sini," ucap Dokter tersebut dapat melihat betapa cemas nya pria di depannya ini.

"Bagaimana saya mau tenang Dok jika istri saya belum sadar hingga sekarang, lakukan sekarang periksa istri saya jangan banyak bicara!" marah Bian entah kenapa dirinya sangat kacau jika sudah berurusan dengan orang yang di sayang.

Bian akan sangat hancur jika orang yang di sayang terluka. Dewi adalah wanita pertama yang mengenalkan nya akan apa itu artinya cinta. Selama ini dia hanya fokus bekerja dan menjaga keluarga nya tanpa tau apa itu arti cinta.

Namun semua itu seketika hilang ketika ia membantu farel di perusahaan karena saat itu farel masih harus membantu aqila di perusahaan baru nya.

Tak lama kemudian dokter yang menangani dewi keluar. Bian menyadari itu segera bangkit menghampiri dokter.

"Bagaimana keadaan istri saya dok? dia baik-baik saja kan? tidak ada hal serius kan? kenapa istri saya bisa mendadak pingsan? terlalu banyak pikiran atau apa, dok? cepat katakan dok jangan diam begini, saya berbicara pada dokter bukan sama patung hidup," marah Bian dengan tubian pertanyaan.

Dokter tersebut menghela nafas panjang, bagaimana mau di jawab jika sejak tadi tidak di beri kesempatan untuk bicara, tubian pertanyaan yang di lontarkan bian membuat nya tak dapat berbicara sepatah kata pun.

Setiap ingin berbicara selalu saja di cela cepat oleh bian.

"Katakan dok, kenapa menatap saya seperti itu? jangan bermain-main dengan saya jadi cepat turun kan pandangan itu dari saya dan katakan istri saya baik-baik saja."

"Bapak tenang lah terlebih dahulu, jangan marah-marah seperti ini. Saya akan mengatakan sesuatu kabar baik untuk bapak," kata Doker yang mana seketika wajah bian berubah bingung kabar baik apa yang di maksud dokter? kenapa ia menjadi penasaran ingin mendengar nya.

"Kabar baik apa? cepat katakan saya ingin mendengar nya?" desak Bian tidak sabaran.

"Istri Bapak sedang mengandung."

"Apa dok? saya tidak salah dengar kan ini? istri saya hamil? dokter tidak sedang bohong pada saya kan?" tanya Bian sulit di percaya tapi juga merasa bahagia akhirnya keinginan dewi di jaba oleh sang kuasa.

"Benar Pak, saya tidak berbohong, untuk lebih detailnya bapak bisa membawa bu dewi untuk di periksa oleh doker nila dokter kandungan sini, tapi tunggu setelah ibu dewi sadar sekarang biarkan ibu dewi istirahat," jawab Dokter tersebut.

"Kalau begitu saya permisi dulu sekali lagi saya ucapkan selamat untuk bapak dan juga istri bapak," lanjut Dokter lalu pergi meninggalkan suami pasien nya tersebut.

Setelah kepergian dokter tersebut, bian tak henti tersenyum, bian bahagia mengetahui dewi hamil, dia yakin istri nya itu pasti akan sangat bahagia mendengar kabar yang sudah sangat lama ingin dia dengar.

Setelah tadi berdebat masalah lama di beri kepercayaan akhirnya perdebatan itu tak akan pernah di debat kan lagi karena sekarang ia sudah di beri kepercayaan.

Sedangkan kedua bocah tersebut hanya duduk memperhatikan uncle nya saat berbicara dengan dokter hingga dokter pergi terus tersenyum.

Perasaan kepo Arin akhirnya keluar menghampiri uncle dan bertanya.

Abi pun sama kepo nya dengan arin, tapi bocah itu tidak ingin bertanya karena pertanyaan nya akan di wakili kembaran petasan nya yang pasti bertanya panjang lebar.

"Uncle apa yang di katakan dokter tadi? kenapa uncle terus tersenyum? apa uncle di beri es krim dan coklat banyak sama dokter tadi?" tanya Arin mengulurkan tangan meminta bagi.

"Tidak sayang, ini lebih dari es krim atau coklat dan hadiah ini adalah hadiah besar yang sangat uncle dan aunty ingin kan dari dulu dan sekarang baru di dapat kan," jawab Bian bukan membuat arin paham tapi malah pusing.

Melihat wajah bingung arin tidak paham, bian membawa arin dan abi untuk kembali duduk, dia akan menjelaskan secara perlahan agar kedua bocah itu mengerti.

Setelah duduk di kursi, bian membuka suara menceritakan apa yang di katakan dokter tadi, abi dan arin begitu antusias mendengar uncle nya mendadak bangkit bersorak riang sebentar lagi mereka akan memiliki adik.

"Hore Arin punya adik ... hore ... hore ..., " girang Arin terus melompat terlihat di wajahnya begitu senang………(Bersambung  Bab 246)

 

 

DAFTAR ISI BAB NOVEL

Posting Komentar untuk "Bab 245 Pernikahan Di Atas Kertas "