Bab 244 Pernikahan Di Atas Kertas
Novel berjudul Pernikahan Di Atas Kertas adalah sebuah novel yang bergenre romantis banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas.
Novel ini dapat membuat guncangan emosi yang kuat bagi
pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat pembaca semakin ingin tau
kelanjutan dari cerita nya.
Teman – teman pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada kali
ini saya akan memperkenalkan dan memberikan novel Pernikahan Di Atas Kertas,
Kami yakin anda pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak bersama novel
berikut ini
Novel Pernikahan Di Atas Kertas Bab 244
![]() |
Hari berlalu begitu cepat tanpa terasa sudah satu minggu
farel bersama tiara.
Selama satu minggu itu juga farel tinggal di apartemen tiara
dan selalu melakukan panas nya ranjang.
Pagi ini tiara bangun pagi memasak nasi goreng untuk nya dan
juga farel
Berkutat dengan alat dan bahan dapur masakan bukan menjadi
masalah besar bagi nya.
Tangan kekar seseorang melingkar memeluk erat pinggang nya
dan mencium tengkuk belakang sehingga membuat tiara tak bisa fokus memasak.
"Mas, apa yang kamu lakukan? jangan menganggu duduk lah
aku akan memasak," ucap Tiara mematikan kompor gas dan berbalik menghadap
farel.
Namun sebelum tiara ingin berbalik, farel menahan agar tiara
tak berpindah posisi, dia ingin posisi seperti ini memeluk tiara dari belakang
dan menghirup aroma tubuh wanita nya yang selalu mampu menggoda Iman nya.
"Tetap lah seperti ini Ra," bisik Farel menggigit
tipis ujung telinga tiara.
"Mas pagi ini jangan lagi aku sudah cukup lelah semalam
kamu tak juga berhenti melakukan," kata Tiara memperingati Farel pagi ini
tidak melakukan olahraga ranjang.
"Boleh kita akan melakukan nya disiang hari sekarang
cukup pemanasan saja," balas Farel santai meng**sap tengkuk tiara.
"Mas, henti kan yang kemarin saja belum hilang kenapa
sekarang ingin membuat nya lagi," ucap Tiara kesal dan juga bingung kenapa
farel suka menciptakan karya di tengkuk nya.
"Kamu bisa menutup nya nanti seperti biasa yang kamu
lakukan dengan sebuah benda ajaib mu itu," jawab simpel Farel terus
meng**sap.
Tangan farel sudah berkeliaran masuk ke dalam, tiara
mend*sah saat tangan farel menusuk benda sen**tif nya dengan jari nya.
"Ahhhhk, Mas apa yang kamu lakukan?" tanya Tiara
mencoba menahan suara nya agar tak keluar, tapi sangat mustahil.
Suara nya semakin kuat, farel gencar bermain di dalam.
"Pemanasan sayang, kamu lanjutkan saja memasak mu dan
aku lanjutkan pemanasan ku."
Mendengar jawaban santai yang di berikan farel barusan
membuat tiara tak dapat percaya. Bagaimana dia bisa melanjutkan jika dengan
keadaan seperti ini.
Bagian bawah nya terasa tertusuk naik turun, dan dia tak
bisa menahan nya lagi jika farel tak juga menghentikan.
"Mas kita akan lakukan nanti setelah selesai masak
please sekarang henti kan dulu aku tak bisa memasak jika seperti ini,"
kata Tiara.
"Janji setelah ini?"
Iya Mas janji."
"Oke."
Farel mengeluarkan tangan nya dari dalam dan kembali memeluk
tiara.
"Kenapa masih di sini?" tanya Tiara bingung Farel
belum juga pergi.
"Emangnya aku harus kemana? aku sudah tidak melakukan
nya sekarang kamu bisa menyelesaikan masakan mu dan aku akan menemani mu di
sini," balas Farel mencium tengkuk aqila berulang-ulang.
"Mas itu sama saja."
"Oke, kalau kamu mau aku lepaskan, panggil aku dengan
sebutan sayang, aku bosan mendengar sebutan Mas, qila saja bisa memanggil
suaminya dengan sebutan hubby," ucap Farel iri sehingga membandingkan
adiknya dengan calon istrinya itu.
"Itu beda Mas, qila sudah menikah tapi kita
belum."
"Yah sudah besok kita langsung nikah saja, gampang
kan?"
"Mas, bukan gitu juga maksud ku, yah sudah oke aku
panggil seperti keinginan Mas."
"Sayang, lepaskan dulu ya, aku tak bisa memasak jika
kamu terus memeluk ku dengan posesif," lanjut Tiara dengan lembut dan
seketika farel melepaskan pelukan itu.
Tubuh tiara ia balik dengan cepat dan mencium bibir nya
sekilas.
"Aku juga sayang kamu Ra, mulai hari ini kamu hanya
boleh memanggil ku dengan panggilan sayang begitu pun dengan aku," putus
Farel tidak ingin di bantah.
"Kok gitu sih Mas, gak mungkin aku panggil sayang di
depan umum, pokoknya aku gak mau," tolak Tiara.
"Tidak gitu sayang ku, ibu dari anak-anak ku, kamu
hanya perlu memanggil ku sayang saat kita berdua saja," kata Farel
menjelaskan pada tiara.
"Lalu kamu?"
"Aku kapan saja dan di mana pun itu bebas. Sana lanjut
masak nya, aku sudah sangat lapar sayang, aku juga butuh tenaga untuk olahraga
nanti," ucap Farel.
"Iya Mas."
"Sayang, bukan Mas," ucap Farel membenarkan
perkataan tiara yang salah.
"Iya sayang, sudah puas sekarang sana duduk aku akan
lanjut masak," usir Tiara.
"Iya calon istri ku," ucap Farel berlalu untuk
segera duduk di meja makan.
Farel duduk memandang tiara yang sedang masak membelakangi
nya, pemandangan ini sudah sering ia pandang selama seminggu tinggal bersama
tiara.
Mata nya tak sekali berkedip, dia merasa bahagia bisa dekat
dengan tiara sedekat ini. Farel sudah memantapkan hati untuk segera menikahi
tiara.
Tapi sebelum itu dia akan mencari pasangan untuk tini agar
dia dan tiara bisa secepatnya menikah.
Dia tidak ingin tiara keburu hamil sebelum mereka menikah.
"Aku akan segera mencari pasangan untuk tini agar kita
bisa segera menikah, aku janji itu sayang, hanya kamu yang aku cintai dan ingin
aku nikahi," batin Farel memandang lekat tubuh tiara yang membelakangi
nya.
"Tara sudah jadi, ayo kita makan kamu sudah lapar
bukan? tunggu apalagi silakan makan kenapa lihatin aku?"
Farel menarik tiara dan melingkarkan lengan nya di pinggang
tiara.
"Sayang, aku ada hadiah untuk mu," ucap Farel.
"Hadiah? hadiah apa itu?"
"Kamu tunggu sini aku ambilkan dulu di dalam,"
ucap Farel lalu bangkit berjalan meninggalkan tiara yang patuh memandang farel
yang masuk ke dalam kamar.
Tiara memilih untuk merapi kan dapur. Farel yang sudah
mengambil sesuatu dari saku jas nya segera keluar menghampiri tiara di luar.
"Sayang," panggil Farel tiba di belakang tiara
yang tidak menyadari kedatangan nya.
"Mas, udah datang kenapa gak kasih tau?" kaget
Tiara berbalik menatap tanya farel.
"Kejutan sayang, mendekat lah," panggil Farel.
Tiara mengikuti perkataan farel meski bingung langkah kaki
nya terus maju.
Tiba di depan farel meminta tiara untuk berbalik dan wanita
itu menuruti perkataan farel.
Farel membuka sebuah kotak dan memasangkan sebuah kalung
liontin berbentuk hati di leher mulus tiara.
"Mas ini kalung," kaget Tiara melihat kalung yang
di sematkan farel di lehernya begitu cantik.
"Iya kalung, apa kamu suka?" tanya Farel seraya
membalikkan tubuh tiara menghadap nya.
"Aku sangat suka, tapi untuk apa kamu memberikan ku
ini? hari ini bukan hari ulang tahun ku?"
"Apakah aku harus memberi hadiah di hari ulang tahun mu
saja? aku punya banyak uang tiap hari memberi mu hadiah uang ku juga tak akan
habis sayang," sombong Farel menaik turunkan alis mulai muncul narsis nya.
"Iya yang punya banyak uang bebas lakuin apa saja, tapi
kenapa mas kasih ini?" tanya Tiara lagi.
"Sayang bukan Mas," tegas Farel menatap tajam
tiara terus salah memanggil namanya.
"Iya, iya, sayang kenapa memberikan ku hadiah?"
"Kenapa apa kamu tidak suka, aku hanya ingin menyenangi
wanita ku sebagai bentuk cinta ku karena selama ini kamu sudah setia berada di
samping ku dan mau menuruti kemauan ku," jawab Farel.
"Aku mencintaimu Ra, sangat mencintai mu, hidup ku tak
akan pernah berarti tanpa adanya dirimu, berjanjilah untuk tidak meninggalkan
ku dan selalu bersama ku apapun keadaan nya nanti." lanjut Farel
menggenggam kedua tangan tiara.
"Iya, aku janji. Aku juga mencintaimu Mas, sangat
mencintai mu, cinta ku dari dulu tidak pernah pudar meski aku berusaha untuk
membuang perasaan ku pada mu tetap tidak bisa. Cinta ku terlalu besar hingga
sekuat apapun usaha ku semua sia-sia saja karena itu bukan nya berkurang malah
bertambah. Bayangmu selalu menari-nari di benak ku, sehingga aku bertanya ada
apa dengan ku kenapa terus memikirkan mu," balas Tiara menatap balik
farel.
...****************...
Di sisi lain aqila lagi membangunkan putri kecil nya itu.
Hari ini hari libur dan dia berencana mengajak putra-putri nya berjemur
mengingat anak-anak nya ini bangun tidur langsung bersiap-siap ke sekolah tidak
sempat olahraga lagi.
Satu minggu ini kerjaan aqila hanya berdiam diri di mansion.
Arka masih belum mengizinkan nya untuk bekerja, padahal sudah banyak cara yang
dia lakukan membujuk suami nya itu, tapi pria itu tetap batu tidak memberi
izin.
Dan aqila tidak ingin berdebat masalah kerjaan dengan
suaminya, ia akan menuruti apa perintah suami asal itu baik bukan menjerumuskan
ke suatu yang dosa.
"Mom, kapan uncle farel kesini? Arin rindu mau
jalan-jalan sama uncle? ini hari libur coba Mom telpon minta uncle
kesini?" ucap Arin memaksa mommy nya menghubungi farel kakak pertama nya.
"Iya mommy akan hubungi, Arin tenang dulu," balas
Aqila mengeluarkan ponsel segera menghubungi kakak nya.
"Bagaimana Mom?" tanya Arin menatap Mommy nya.
"Sabar sayang ini mommy lagi coba hubungi uncle farel,
tapi seperti nya uncle farel nya lagi sibuk mommy udah telpon berkali-kali tapi
gak di angkat," jawab Aqila menjelaskan uncle farel tidak menjawab telpon
nya.
"Mom, coba hubungi nenek minta uncle ke sini."
"Iya yah kenapa mommy tidak kepikiran ke situ, mommy
coba hubungi nenek ya," kata Aqila mencari nomor mommy nya.
Arka sedang menemani kakek Adrian lari seputar halaman.
Awalnya arka menolak dia ingin tidur lebih lama lagi di
ranjang nya, tapi dia tak tega melihat aqila memohon meminta nya menemani kakek
Adrian.
"Kek, kenapa tidak minta yang lain saja menemani
Kakek?"
"Tidak suka? kenapa tidak tolak dari awal? kenapa
sekarang baru protes?" tanya balik Kakek Adrian.
"Bukan seperti itu Kek, aku sangat lelah seminggu ini
selalu kerja lembur kakek tau itu kenapa masih meminta ku menemani?"
"Maksud nya kakek harus minta qila temani gitu?"
"Tidak qila juga Kek, orang lain kan ada."
"Sudah jangan banyak protes ikuti saja kakek, atau
kakek laporin qila kalau suaminya ini banyak protes tidak ikhlas temanin,"
ucap Kakek Adrian menakuti suami cucu nya itu.
Mendengar ancaman kakek adrian, arka kembali bersuara
mencegah nya.
Bukan arka takut, tapi ia tidak ingin aqila sedih.
Akhirnya mereka berdua kembali berjalan santai menghirup
udara segar dari pepohonan hijau yang tumbuh lebat.
Sesekali kedua mengobrol tidak ada perdebatan lagi seperti
awal, arka mengalah memilih menurut dari pada pria tua itu mengadu yang
tidak-tidak pada istri nya.
30 menit berkeliling, keringat sudah bercucuran di dahi
masing-masing. Akhirnya kakek adrian memutuskan mengakhiri lari dan segera
pulang.
Rasanya hari ini sudah cukup sampai di sini minggu depan
akan di lanjutkan lagi, dan dia akan mengajak kedua cicit nya juga.
Arka bernafas lega akhirnya kakek adrian mengakhiri lari
pagi nya.
"Arka apa kamu sudah mengizinkan aqila kembali bekerja?
bagaimana juga aqila direktur di perusahaan Kakek, aqila adalah pewaris
satu-satu nya yang Kakek miliki," ucap Kakek.
"Tidak Kek, sampai kapan pun tidak akan. Stop memaksa
aqila untuk membujuk ku, karena aku tidak akan mengizinkan qila. Kakek bisa
serahkan perusahaan pada orang kepercayaan kakek, tidak usah pada qila. Aku
bisa membiayai qila jadi qila tidak perlu kerja keras untuk apa aku bekerja
jika bukan untuk aqila dan keluarga," balas Arka tegas.
Aqila dan anak-anak baru menyelesaikan berjemur di taman
belakang.
Wajah arin sejak tadi terus cemberut setelah aqila
mengatakan jika uncle nya tak bisa mengunjunginya.
"Arin kenapa masih sedih? kan sudah ada uncle bian yang
gantiin, seharusnya arin senang bisa jalan-jalan," kata Aqila memandang
wajah arin yang terus di tengkuk.
"Beda Mom, Arin mau nya uncle farel, uncle bian banyak
aturan gak boleh ini gak boleh itu, tapi kalau sama uncle farel tidak apapun
yang arin mau boleh," jelas Arin apa alasan yang membuat nya ingin farel
bukan bian.
"Pantas jika seperti itu, ternyata ini alasannya. Anak
kecil mana yang mau menolak sesuatu yang bebas tanpa ada larangan," batin
Aqila menggeleng kepala bingung bagaimana bisa sifat farel mirip dengan arka
suaminya.
"Mom sebenarnya uncle kemana? kenapa tidak tinggal
bersama nenek? uncle lagi marahan ya sama nenek?" tanya Arin.
"Mommy tidak tau itu sayang," jawab Aqila yang
benar tidak tau apa yang terjadi dengan Farel di mana dan kenapa tidak tidur di
mansion selama seminggu.
Dari cerita mommy nya di telpon. Farel pulang hanya untuk
menjenguk dan menanyai kabar keluarga lalu pergi lagi.
Aqila sedikit penasaran sebenarnya apa yang di lakukan
farel.
"Sebaiknya setelah hubby pulang nanti aku bahas ini
dengan nya saja, aku merasa ada sesuatu yang di sembunyikan kak farel dari kita
semua," batin Aqila sangat yakin.
"Sudah lah Arin kita bisa jalan sama uncle bian dan
aunty dewi kenapa masih protes? yang penting Arin masih bisa beli jajan meski
tak banyak sebanyak jalan bersama uncle farel," ucap Abi tau kembaran nya
ini muka jajan es krim dan juga coklat.
"Abi diam saja kenapa ikut bicara. Arin tidak mengajak
Abi bicara jadi diam saja jangan bikin Arin kesal," balas Arin kesal
menatap kembaran nya tidak pernah mendukung nya.
"Ya sudah gampang kalau tidak mau kesal, tidak usah
kesal kenapa yang mudah di buat sulit," jawab Abi santai dengan wajah cool
nya………(Bersambung Bab 245)

Posting Komentar untuk "Bab 244 Pernikahan Di Atas Kertas "