Bab 243 Pernikahan Di Atas Kertas
Novel berjudul Pernikahan Di Atas Kertas adalah sebuah novel yang bergenre romantis banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas.
Novel ini dapat membuat guncangan emosi yang kuat bagi
pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat pembaca semakin ingin tau
kelanjutan dari cerita nya.
Teman – teman pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada kali
ini saya akan memperkenalkan dan memberikan novel Pernikahan Di Atas Kertas,
Kami yakin anda pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak bersama novel
berikut ini
Novel Pernikahan Di Atas Kertas Bab 243
![]() |
Setelah menyelesaikan keributan kedua anaknya itu dan
meniduri mereka di masing-masing kamar, kini Aqila bisa bernafas lega.
Pekerjaan nya sebagai seorang ibu telah berakhir hari ini.
"Akhirnya mereka tidur juga," ucap Aqila lalu
terdiam mengingat kejadian tadi di mana arin begitu ribut membuat abi kesal.
Tapi dia beruntung karena abi selalu bisa menempatkan posisi
sebagai kembaran dan juga kakak yang baik untuk arin.
Aqila beranjak pergi dari kamar abi.
Cekrek...
"Bie ini sudah malam apa gak sebaiknya kerjaan nya di
lanjut besok saja di kantor? kamu belum makan sejak tadi aku khawatir kamu
sakit nanti aku juga yang repot," kata Aqila mengkhawatirkan arka terlalu
sibuk kerja hingga melupakan makan malam nya.
"Tidak bisa, kerjaan ini harus di selesaikan hari ini
juga sayang. Besok akan ada klien dari LN mereka minta meeting dadakan jadi mau
tidak mau aku harus lembur hari ini, kamu istirahat duluan saja aku menyusul
setelah selesai," jawab Arka memandangi sang istri yang berjalan mendekati
nya.
"Aku akan menemani mu bie," putus Aqila tidak tega
melihat arka kejar lembur sendiri.
"Tidak sayang, aku tidak ingin kamu sakit kamu harus
banyak istirahat tidak boleh kurang tidur itu tidak baik untuk kesehatan mu
sayang, pergi lah jangan mencemaskan ku," ucap Arka lembut menarik aqila
duduk di pangkuannya.
"Bagaimana aku bisa tidur bie, jika melihat suami ku
sibuk bekerja, biarkan aku temani mu ya bie, aku akan baik-baik saja,
janji," ucap Aqila menyakinkan arka dengan wajah gemas nya sehingga arka
tidak mampu menolak nya lagi.
"Baiklah istri ku ini sangat pandai kalau dalam
membujuk suami nya, belajar dari mana kamu sayang kenapa sangat pandai
sekarang?" Arka mencolek hidung mancung aqila dengan hidung nya.
Arka bahagia bisa di dampingi istri sholehah seperti aqila
tidak banyak menuntut.
"Bie, lanjut kerja nya gih, nanti gak kelar-kelar kalau
udah ada maunya," ucap Aqila memperingati sang suami, karena pria itu
selalu cepat berubah pikiran.
Aqila akan bangun membiarkan Arka fokus melanjutkan kerjaan
nya, tapi arka tak membiarkan nya bangkit dari pangkuannya.
"Kenapa bie? aku hanya akan pindah di sofa agar kamu
bisa fokus bekerja," ucap Aqila menatap tanya arka.
"Tidak perlu sayang, tetap lah di sini jika ingin aku
fokus bekerja, oke," balas Arka akan lebih semangat bekerja jika aqila
berada di dekat nya.
Satu tangan nya memeluk erat pinggang ramping sang istri
sambil mengelus perut rata aqila.
"Bie," panggil Aqila geli arka bukan hanya
mengelus tapi tangan nya juga naik ke atas meremas gunung kembar nya.
"Aku tak akan melakukan lebih percayalah biarkan
seperti ini," bisik Arka di telinga aqila membuat wanita itu merinding.
"Oke aku menurut."
Arka tersenyum bahagia. "Tentu kamu istri ku jadi harus
nurut sama apa yang aku katakan."
"Iya."
Selama satu jam bekerja, satu tangan arka masih setia berada
di balik baju aqila dan entah kenapa wanita itu menyukai sentuhan yang arka
berikan di perut nya.
Aqila membenamkan wajahnya di dada bidang arka, dia membuka
kancing baju arka dan bersembunyi di dalam mencari kehangatan.
Arka membiarkan aqila melakukan nya asal wanita nya ini
tidak melakukan pada pria lain karena saat itu terjadi akan dia patah kan kaki
pria itu biar lumpuh.
Saking nyaman berada di pelukan arka, aqila sampai
ketiduran. Dan arka yang tidak menyadari itu masih berkutat dan juga membaca
laporan yang di kirim bawahan di email nya.
30 menit kemudian kerjaan nya pun selesai.
Arka menghela nafas lega.
"Sayang, kerjaan ku sudah selesai ayo kita tidur,"
ajak Arka memanggil aqila, dia masih belum menyadari aqila tertidur di balik
baju nya itu.
Tidak mendapat jawaban balasan, Arka menata rapih anak
rambut aqila yang menghalangi nya melihat wajah cantik sang istri yang sedang
melakukan apa di balik baju nya.
Sebab sejak tadi istri nya tidak juga bergerak.
"Astaga ternyata dia sudah tidur pantas aku panggil gak
menyahut," ucap Arka menggeleng kepala menatap wajah damai aqila tidur di
balik baju nya.
"Aku mencintaimu sayang, terimakasih sudah hadir di
kehidupan ku, menjadi istri dan juga ibu dari anak-anak ku," batin Arka
menaikan kedua ujung sudut bibir nya tersenyum bahagia.
Dia perlahan membenarkan posisi aqila di pangkuannya lalu
menggendong ala brydel memindahkan ke ranjang.
Sepanjang perjalanan menuju kamar Arka terus memandang wajah
cantik aqila, tidak pernah ada rasa bosan untuk nya memandang istri nya.
Arka perlahan menurunkan aqila dari gendongan ke bawah
ranjang, lalu menyelimuti selimut ke tubuh aqila.
Meninggalkan aqila, arka masuk ke dalam kamar mandi
membersihkan diri sebelum ikut tidur di samping aqila.
Berganti pakaian dengan piyama tidur, arka keluar dan
berbaring di samping aqila.
Beberapa menit kemudian pria tersebut sudah terlelap dengan
tangan memeluk aqila masuk ke dalam pelukan nya.
Kedua tidur berpelukan.
Sama halnya dengan farel dan tiara tidur berdua di satu
ranjang, padahal tiara sudah mengatakan pada pria tersebut untuk tidur di kamar
sebelah, kebetulan ia memilih satu kamar yang kosong.
Tapi farel menolak, dia tetap ingin tidur bersama nya.
Berbagai alasan sudah tiara berikan tapi keras kepala nya
farel tidak ada tanding nya dengan pria manapun di luar sana.
Hingga akhir dengan sangat berat hati, tiara menyetujui
untuk farel tidur bersama nya.
Farel memeluk posesif tiara seakan jika tidak di peluk
wanita nya itu akan menghilang dari sisi nya.
Pagi hari nya, tiara sudah terbangun lebih awal merasa ada
beban di perut nya dia menoleh ke samping.
Mendapatkan farel di samping nya sekilas bibir tiara naik ke
atas membentuk senyum kecil yang tidak bisa dilihat siapapun.
"Aku tidak menyangka semua akan terjadi, aku mengira
kemarin hanyalah mimpi tapi tidak itu adalah nyata, kau adalah pria pertama
yang beruntung mengambil sesuatu yang berharga susah payah aku jaga, kau kini
berada di samping ku, tidur bersama seperti sepasang suami-istri, yang jelas
kita belum memiliki ikatan suci. Aku harap setelah apa yang terjadi kemarin dan
ke depan nya nanti kamu tidak akan meninggalkan ku Mas apapun keadaan
nya," ucap Tiara pelan menatap lekat wajah tampan farel.
Tangan nya berpindah dari kening, turun ke mata, hidung dan
terakhir ke bibir.
"Bibir ini begitu rakus, kenapa aku selalu tak berkutik
jika bibir mu mendarat di bibir ku seakan aku terhipnotis," lanjut Tiara
lama memandang mengelus bibir tipis farel berwarna merah mudah seperti
mengenakan lipstik tapi nyatanya pria itu tak menggunakan apapun.
"Sudah puas memandang wajah tampan calon suami mu
ini?" tanya Farel dengan suara serak bangun tidur.
Pria itu terbangun merasa ada sesuatu yang menyentuh bibir
nya cukup lama dan hingga sekarang juga masih belum di lepas kan.
"Mas kamu sudah bangun?"
Kaget tiara ketahuan sejak tadi memperhatikan dan mengagumi
ketampanan farel. Dia begitu malu farel pasti mendengar semua perkataan nya.
Farel melihat wajah merona tiara menahan malu karena dia
mendengar semua pengakuan tiara meski tak semua merasa gemas.
"Aku bangun sejak seseorang menyentuh bibir ku dan
mengatakan kalau bi--" Tiara langsung membungkam bibir farel dengan tangan
nya.
"Jangan di ulangi, kenapa tidak langsung bangun kalau
sudah bangun?"
"Aku sengaja ingin mendengar semua pengakuan calon
istri ku, calon ibu dari anak-anak ku di masa depan mengatakan cinta pada calon
suaminya," jawab Farel berpindah posisi langsung menindih tubuh tiara, tak
memberi celah pada wanita itu untuk menolak akan terulang nya panas nya ranjang
pagi seperti kemarin.
Farel sudah berpikir hal ini akan terjadi setiap pagi jika
ia berada di apartemen tiara.
"Mas kamu apa?" tanya Tiara menatap farel yang
kini wajah mereka sudah sangat dekat dan.
Cup.
Farel menempelkan bibir nya di bibir tiara, bibir nya
meny*sap isi rongga, menari-nari di dalam menyelami lautan yang sudah menjadi
candu nya.
Bibir nya perlahan turun ke bawah leher memberi banyak tanda
kepemilikan, mengingat tiara akan bekerja pasti akan banyak pria yang melirik
nya dengan sengaja dia mengh**ap seluruh sudut leher yang mana bisa di lihat
pria.
Perlahan dan pasti burung farel kembali berlabuh di sarang
tiara cukup lama, dia membiarkan burung nya menyelami mencari rumah baru yang
menurut nyaman.
Lagi dan kembali terjadi seperti kemarin tiara tidak bisa
mencegah, farel tak pernah mempedulikan dan selalu melakukan apa yang di ingin
kan.
Membiarkan berada di dalam selama 15 menit, bibir nya
bermain di pay**ara tiara dengan semangat.
Dua jam sudah mereka menghabiskan waktu di bawah ranjang.
Sekarang mereka sama-sama membersihkan diri di kamar mandi
bersama.
Kegiatan yang mereka lakukan ini sudah seperti sepasang
suami-istri.
Farel bahkan sudah menghafal setiap lekuk tubuh tiara dari
atas rambut hingga ujung bawah kaki tanpa terlewat kan.
Farel mengeringkan rambut tiara setelah itu membiarkan
wanita nya itu berdandan karena 30 menit lagi mereka akan berangkat ke kantor.
Dan Farel akan mengantar tiara dan dia juga yang akan
menjemput tiara.
Saat hendak menutup hasil karya farel di lehernya, farel
langsung mencegah nya.
"No Ra, biarkan seperti itu agar pria di luar sana
tidak berani mendekati mu," cegah farel malah membuang concealer yang di
rampas paksa dari tangan tiara ke lantai.
"Mas apa yang kamu lakukan kenapa membuang nya?
concealer itu sangat mahal," kesal Tiara, farel selalu saja bertindak
sesuka nya tanpa memikirkan perasaan orang lain.
"Membuang nya," jawab Farel santai tanpa merasa
bersalah dengan apa yang sudah di lakukan.
"Aku tau itu, aku dapat melihat nya, tapi yang menjadi
pertanyaan ku sekarang kenapa kamu membuang ny? kalau kamu tidak suka tinggal
bilang aja gak usah pakai cara buang segala kan jadi mubazir," ucap Tiara
bingung apa saja yang ada di otak Farel ini.
"Akan aku gantikan yang baru, ayo sekarang kita
berangkat sekalian cari makan di luar," ajak Farel tidak ingin ribut di
pagi hari, dia tak ingin mood nya hancur hanya karena sebuah concealer.
"Silakan pergi aku akan tetap di sini," balas
Tiara tidak bergerak dari tempat
Tidak mungkin dia pergi dengan keadaan leher penuh tanda
merah, mau di taruh mana mukanya jika semua orang mengira nya perempuan
murahan.
"Kenapa? apa hanya karena sebuah concealer?"
"Mas kamu bilang apa tadi? hanya? Mas kamu tau gak
concealer itu sangat penting untuk ku saat ini. Kamu mungkin bisa dengan enteng
nya berbicara biarkan saja jangan menutupi hasil karya mu di leher ku, tapi
coba kamu pikirkan Mas apa yang akan di pikir orang-orang di luar sana melihat
seorang wanita yang di kenal single tak memiliki kekasih mendadak memiliki
banyak tanda kemerahan di leher? apa kamu bisa menjamin pikiran mereka tidak
akan jelek? tidak kan, Mas? makanya jika ingin bertindak pikirkan dulu jangan
asal lempar," marah Tiara panjang lebar.
Mendengar penjelasan tiara kini farel jadi paham dan merasa
bersalah kenapa otaknya tak berpikir sampai ke situ.
Arka berdiri dengan wajah dan perasaan bersalah memandang
tiara, dia berjalan mendekati tiara benar-benar ingin minta maaf.
"Ra, aku minta maaf, aku tidak berpikir sampai ke situ,
saat mendengar penjelasan mu aku baru sadar tindakan ini sudah salah. Aku janji
akan menggantikan dengan yang baru kamu katakan mau merek apa? aku akan segera
meminta orang ku membeli dan membawa kemari," kata Farel serius ingin
bertanggungjawab atas apa yang di perbuat.
"Tidak perlu, jika kita menunggu orang Mas mau sampai
jam berapa berangkat nya?"
"Lalu bagaimana cara mu menutupi itu," kata Farel
menunjuk bekas kemerahan hampir seluruh leher terpajang hasil karya nya.
"Aku akan menggunakan yang tumpah itu, tidak ada cara
lain lagi dari pada telat ke kantor kemarin aku sudah gak masuk, udah gitu gak
izin pasti pak Adrian akan marah bertanya apa alasan ku tidak datang,"
yakin Tiara akan kena omel.
"Jangan khawatir itu tidak akan terjadi, tapi jika itu
benar keluar lah dan kembali ke perusahaan ku."
"Tidak, aku sudah betah bekerja di perusahaan pak
adrian jadi jangan harap aku akan keluar," tolak Tiara.
"Lagian apa kamu tega Mas, biarin adik mu Qila sendiri
ngurus kerjaan?" lanjut Tiara menaikan alis bertanya.
Farel terdiam sejenak dan menggeleng kepala tidak ingin sang
adik kewalahan, dia sudah putuskan tak apalah tiara bekerja perusahaan pak
adrian.
"Baiklah."………(Bersambung Bab 244)
Posting Komentar untuk "Bab 243 Pernikahan Di Atas Kertas "