Bab 242 Pernikahan Di Atas Kertas
Novel berjudul Pernikahan Di Atas Kertas adalah sebuah novel yang bergenre romantis banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas.
Novel ini dapat membuat guncangan emosi yang kuat bagi
pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat pembaca semakin ingin tau
kelanjutan dari cerita nya.
Teman – teman pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada kali
ini saya akan memperkenalkan dan memberikan novel Pernikahan Di Atas Kertas,
Kami yakin anda pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak bersama novel
berikut ini
Novel Pernikahan Di Atas Kertas Bab 242
![]() |
Sepanjang hari farel menghabiskan waktunya bersama tiara.
Dia tak juga merasa lelah malah merasa ingin lagi dan lagi.
Efek lama melajang jadi saat ada yang mau ketagihan dan
ingin lagi dan lagi.
Farel terus melakukan meski melihat keadaan tiara sudah tak
berdaya.
Dan ia akhirnya menghentikan pertempuran nya setelah merasa
puas, dan berbaring membenamkan wajah nya di ceruk tiara, memberi sedikit
gigitan kecil.
"Terima kasih sudah mengizinkan ku dan mempercayai ku
melakukan ini. Aku mencintaimu, mencintaimu, mencintaimu banyak banyak,"
bisik Farel dengan suara serak meny***ti leher tiara sehingga wanita tersebut
merasa geli dengan tindakan Farel.
"Mas geli tau," ucap Tiara dan Farel terus
melakukan seakan itu ada permen.
"Kamu menyukai nya bukan?" bisik Farel.
"Tidak Mas, aku geli," malu Tiara harus mengakui
nya.
"Ya sudah aku akan melakukan nya hingga kamu menyukai
nya."
Farel semakin gencar melakukan di setiap sudah.
"Mas iya aku menyukai nya henti kan sekarang,"
ucap Tiara tidak mampu menahan nya lagi.
"Benar kan, tidak mungkin kamu tidak menyukai sentuhan
pria setampan ku," narsis Farel membuat tiara mendengar hal itu berkata
dalam hati dasar pria narsis tingkat dewa.
"Terserah, cepat minggir badan ku gerah udah lengket
ini sejak pagi," ucap Tiara sejak pagi dirinya terus di gempur tanpa jeda.
Jam telah menunjukkan pukul 5 sore, hampir memasuki waktu
maghrib.
Farel belum juga ingin melepaskan pelukan nya pada tiara.
"Emangnya kamu mau kemana Ra, tetap lah seperti
ini," kata Farel tidak ingin berpindah dari posisi nya.
"Mas badan ku udah lengket, aku mandi untuk apa tetap
berada di sini. Cepat minggir."
"Mandi?" tanya Farel menyunggingkan senyuman yang
mana tiara melihat merasakan hawa tidak baik dari senyuman itu.
"Jangan macam-macam ya Mas cepat minggir," kata
Tiara mewanti-wanti.
"Oke."
Farel melepaskan pelukan nya dari tiara dan langsung
menggendong tiara ala brydel.
"Mas turunin aku," ucap Tiara malu di gendong
Farel dengan keadaan kedua sama-sama polos tanpa sehelai benang.
"Emangnya kamu bisa jalan kalau aku turunin?"
tanya Farel menaikan alis menatap tiara yang menatap balik nya bingung.
"Kaki ku tidak patah, jadi masih bisa jalan jika hanya
ke kamar mandi jarak nya juga tidak jauh seperti ke kantor," jawab Tiara.
"Oke, akan aku turun kan, tapi ingat jangan pernah
minta bantuan padaku setelah aku turunkan."
"Tidak akan. Cepat turunkan aku," yakin Tiara dan
Farel segera menurun tiara.
"Auwh," Tiara meringis baru juga di turunkan dia
sudah merasakan kesakitan di bawah intinya.
Kaki tiara tidak sanggup berdiri, rasa sakit nya melebihi
rasa sakit pertama kali farel memasukkan burung di sangkar.
"Sudah ku bilang bukan tadi? kamu tidak akan bisa jalan
tapi tetap saja ngeyel lihat sendiri kan jadinya gimana?"
"Mana aku tau kalau akan sakit kayak gini, semua ini
salah kamu Mas kenapa melakukan ini padaku," marah Tiara kesal tidak tau
jika akan sakit, pikir nya sakit hanya di awal saat milik pria terobos masuk
merobek sangkar para wanita.
Tau nya pemikiran nya itu salah besar.
"Iya maaf aku salah, yah sudah sekarang aku gendong
lagi biar gak sakit."
Farel kembali menggendong tiara ala brydel, dan tiara tak
lagi protes. Tiara mengalungkan lengan di leher farel, dia terus menatap pria
yang menggendong nya ini.
"Semua seperti mimpi, aku dan Mas farel melakukan
hubungan terlarang tanpa adanya ikatan suci. Bunda, Ayah maaf tiara sudah
mengecewakan kalian," ucap Tiara sedih sudah tak bisa menepati janjinya
pada kedua orang tuanya yang berada di surga.
Tiara dan farel berada di satu bathtub.
"Ra, maaf," ucap Farel mendadak memeluk erat tiara
sambil meletakkan dagu nya di bahu kiri tiara.
"Maaf untuk apa Mas?" tanya Tiara bingung.
"Maaf sudah memaksa mu, seharusnya aku tidak melakukan
ini padamu, tapi aku tidak ingin kehilangan mu lagi," jawab Farel sedikit
merasa bersalah mengingat sudah memaksa keinginan nya pada tiara.
"Lupakan Mas semua sudah terjadi percuma di bahas lagi
karena apapun itu yang terjadi tidak akan bisa merubah apapun," balas
Tiara tidak ingin mengingat kejadian tadi di mana ia minta di lepaskan, tapi
farel tidak menuruti nya.
"Terimakasih Ra, kamu wanita yang baik tidak salah aku
jatuh cinta dan melakukan ini padamu. Aku tidak sabar ingin memiliki anak dari
mu," kata Farel membuat tiara kaget jika pria di belakangnya ini sangat
ingin punya anak dari nya.
"Mas," panggil Tiara pelan.
"Hmmm," jawab Farel sambil mengh*sap tengkuk
tiara.
"Mas aku belum bisa menikah dalam waktu dekat
ini," ucap Tiara, Farel mendengar pengakuan tiara sontak melepaskan bibir
nya dari tengkuk.
"Maksud kamu apa? kenapa tidak bisa? apa kamu masih
marah padaku?" tanya Farel bingung kenapa tiara mendadak berubah pikiran.
"Tidak, kamu tidak ada salah Mas, hanya saja aku belum
bisa untuk sekarang, aku hanya akan bisa menikah saat adik ku tini sudah
menemukan calon suami yang mampu menjaganya sepenuh hati. Satu janji sudah ku
ingkari pada ayah dan bunda, sekarang hanya tersisa satu janji yaitu melihat tini
menikah dan bahagia dengan keluarga kecil nya. Aku harap kamu dapat mengerti
ini, aku tidak ingin membuat ayah bunda kecewa dengan ku di atas sana tidak
bisa menepati salah satu janji yang mereka berikan padaku," kata Tiara
panjang lebar menjelaskan alasannya tidak ingin Farel salah paham atau kecewa.
"Aku mengerti Ra, aku tidak akan memaksa mu katakan
saja jika kamu sudah siap, karena saat itu aku akan menikahi mu," serius
Farel membuat tiara mendengar nya menjadi terharu.
"Terimakasih Mas kamu sudah mengerti keadaan ku, tapi
aku minta padamu jangan kasih tau siapapun tentang hubungan kita," kata
Tiara.
"Kenapa?"
"Aku tidak ingin ada gosip itu membuat ku tidak nyaman,
please mengertilah kamu mungkin tidak akan peduli dengan gosip orang luar
karena itu bukan hal yang baru untuk mu dan keluarga mu, gosip bisa di kata
makanan sehari-hari kalian, tapi tidak dengan ku yang tak pernah mendapat kan
gosip terakhir kali enam tahun yang lalu saja," jawab Tiara teringat kecil
kejadian saat itu.
"Baiklah demi kamu akan aku lakukan apapun, tapi aku
juga minta satu hal sama kamu, kalau kamu tidak bisa turuti aku tidak bisa
berjanji untuk tidak memberi orang di luar sana," kata Farel sambil
membalikkan tiara menghadap nya.
"Kok gitu sih Mas emangnya apa yang ingin Mas minta
pada ku?" penasaran Tiara menatap Farel yang juga menatap nya dengan
senyam-senyum aneh.
"Kamu serius ingin tau?" tanya farel membuat tiara
yang penasaran semakin penasaran, farel memang seperti nya sengaja membuat
tiara penasaran tingkat dewa.
Pikir farel sekali-kali membuat tiara penasaran tidak ada
salah.
"Ya sudah kalau tidak mau kasih tau gapapa aku juga gak
maksa," balas Tiara kesal membuang wajah ke samping.
"Jangan marah dong Ra, aku becanda kok tadi, oke aku
kasih tau sekarang tapi jangan lagi marah ya nanti cantik nya hilang loh,"
bujuk Farel meraih tangan tiara.
"Cepat katakan, gak usah pakai becanda lagi."
"Oke aku katakan sekarang. Aku akan mengunjungimu kapan
saja aku suka dan kamu tidak boleh melarang ku, paham itu."
"Kenapa seperti itu Mas? kita bisa janjian jika kamu
ingin bertemu tidak harus mengunjungi ku kesini juga," protes Tiara tidak
habis pikir permintaan apa yang di minta farel.
"Tentu bisa, apa kamu mau umumin hubungan kita?"
Mendengar ancaman farel membuat tiara kesal mau tidak mau
dia harus menuruti. Tidak masalah jika farel mau kemari, lagian sekarang ia
tidak lagi suci, kesucian sudah di ambil oleh pria yang kini bersama nya.
"Oke aku setuju, tapi Mas juga harus tepati janji Mas
untuk tidak mengatakan apapun di luar sana, hubungan kita biar kita berdua yang
tau."
"Dil, sayang."
Cup
Farel mencium bibir tiara sekilas.
Tiara terdiam mendengar pria di depan nya memanggilnya
dengan panggilan sayang, dia merasa seperti sedang mimpi. Tapi di depan nya
nyata saat dia mencubit lengan nya dapat di rasakan rasa sakit itu.
...****************...
Aqila menemani kedua anaknya belajar dan arka pulang kerja
tadi kembali melanjutkan kerjaannya di ruang kerja.
Kerjaan arka begitu numpuk hingga tidak bisa menghabiskan
waktu bersama aqila dan twins A.
Beberapa hari kemarin dia sudah tidak masuk kerja karena
fokus menjaga aqila.
"Abi, Arin," panggil Aqila memandang bergantian
kedua anak.
"Iya Mom," kompak kedua nya.
"Sini dekat mommy," panggil aqila meminta mereka
mendekati nya.
Abi dan arin pun bangkit mendekati aqila. Kedua duduk di
samping kiri kanan dan aqila berada di tengah nya.
"Ada apa Mom?" tanya Abi.
"Besok mommy mau lihat Abi dan Arin bangun pagi pergi
sekolah tepat waktu tidak seperti biasa bangun siang dan telat pula ke sekolah
nya."
"Kenapa Mom? kata daddy kita bisa ke sekolah jam berapa
pun yang kita mau," ucap Abi.
"Iya Mom, daddy bilang kita bebas bangun jam berapa
asal itu membuat kita senang," timpal Arin mengingat jelas perkataan daddy
nya.
Aqila terdiam membatin kesal dengan ajaran arka pada twins,
bisa-bisa nya pria itu mengajarkan anak-anak yang buruk.
"Kamu ya bie kenapa sih gak pernah ada benar nya selalu
saja membuat ku pusing, aku bingung kenapa twins bisa memiliki daddy seperti
kamu, bodohnya kelewatan batas gak ada dua dari apapun," batin Aqila
sambil memijat kepala nya yang tidak sakit.
"Mommy kenapa? mommy sakit ya, kenapa memijat
kepala?" tanya Abi.
"Mama tidak kenapa-napa sayang, mommy hanya sedang
berpikir hadiah apa yang akan mommy berikan pada anak-anak mommy yang tampan
dan cantik ini jika berhasil bangun pagi dan juga tak telat ke sekolah,"
jawab Aqila.
"Hadiah? hadiah apa Mom?" tanya Arin cepat
menggoyangkan tangan aqila tidak sabar ingin tau apa hadiah nya.
"Arin dan Abi mau hadiah apa?" tanya balik Aqila
menatap arin dan abi.
"Abi terserah dari Mom saja hadiah apapun yang mommy
berikan Abi akan suka."
"Kalau arin?" Aqila berpindah menatap putri kecil
nya.
"Arin mau liburan."
"Liburan?"
"Iya Mom liburan kita berempat, Arin, Abi, Mommy dan
daddy."
Aqila menganggukkan paham ternyata putri kecilnya ini
menginginkan quality time bersama keluarga.
"Baiklah akan mommy kabulkan, tapi Arin dan Abi harus
ubah pola hidup kalian tidak boleh telat ke sekolah."
"Siap Mom laksanakan," serempak kedua mengangkat
tangan hormat dan aqila melihat tingkah kedua jagoannya itu merasa gemas
langsung mencubit pipi mereka.
"Sana lanjut kerja tugasnya, kalau ada yang tidak
ngerti tanya mommy," kata Aqila lembut dan kedua anaknya bangkit kembali
duduk di kursi melanjutkan tugas yang di berikan guru pada mereka.
Abi tidak kesulitan mengerjakan tugas sekolah, semua yang di
ajar kan guru semua di perhatikan dengan baik sehingga saat guru memberi tugas
ia dapat mudah menyelesaikan dalam hitungan menit tidak mencapai satu jam.
Aqila melihat kedua anaknya fokus mengerjai tugas sekolah,
terutama abi begitu serius seperti arka saat fokus mengerjakan kerjaan fokus
nya akan pada satu titik tidak akan berpindah ke titik lain, sama hal dengan
nya.
Tapi tidak dengan arin bocah perempuan itu terus memainkan
rambutnya, entah karena tidak tau mengerjakan tugas sekolah, malas, atau bosan,
dia tidak tau. Aqila terus memperhatikan gerak gerik nya.
"Selesai Mom, Abi bisa main game kan?" tanya Abi
menutup dan merapikan buku tugas nya.
"Coba mommy cek dulu kalau udah benar semua Abi bisa
main game," jawab Aqila meminta abi menyerahkan buku tugas nya untuk di
cek.
"Ini Mom." Abi menyerahkan buku tersebut dan aqila
menerima nya.
Aqila mengecek dan jawaban abi semua benar tidak ada yang
salah, cara pengerjaan nya juga sesuai rumus tidak ada yang terpeleset semua
sesuai aturan dan rapih.
"Bagus, sekarang Abi bisa main game, tapi ingat jangan
ribut nanti arin jadi terganggu."
"Iya Mom, Abi janji tidak akan ribut."
Saat Abi hendak bangun mengambil ponsel game nya, arin sudah
lebih dulu mengambil dan menyembunyikan di belakang punggung nya.
"Arin kenapa ambil ponsel game Abi cepat kembali kan?
kenapa Arin tidak fokus saja dengan tugas Arin kenapa malah sibuk dengan yang
lain," ucap Abi kesal ponsel game nya di rebut kembaran nya.
"Tidak, Abi harus bantu Arin kerjain tugas kalau tidak
Arin gak bakal kembalikan," jawab Arin bocah perempuan itu malah mengambil
kesempatan agar Abi membantu nya.
Arin sangat tidak suka dengan pelajaran matematika, rasanya
setiap berurusan dengan matematika kepala nya terasa mumet. Dan Abi mengetahui
itu.
Abi menghela nafas panjang kesal mau sampai kapan arin akan
selalu seperti ini mengandalkan nya menyelesaikan tugas sekolah.
Matematika bukan lah pelajaran yang sulit sebenarnya,
matematika hanya butuh keseriusan dalam memasang rumus, tapi semua tergantung
pada kemampuan otak masing-masing, apa ada keinginan untuk belajar atau tidak.
"Arin cobalah kerja sendiri jangan terus meminta Abi
untuk membantu, kapan Arin bisanya jika terus seperti ini," jawab Abi
ingin kembaran nya bisa melakukan sendiri tanpa bantuan nya………(Bersambung Bab 243)
Posting Komentar untuk "Bab 242 Pernikahan Di Atas Kertas "