Bab 234 Pernikahan Di Atas Kertas
Novel berjudul Pernikahan Di Atas Kertas adalah sebuah novel yang bergenre romantis banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas.
Novel ini dapat membuat guncangan emosi yang kuat bagi
pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat pembaca semakin ingin tau
kelanjutan dari cerita nya.
Teman – teman pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada kali
ini saya akan memperkenalkan dan memberikan novel Pernikahan Di Atas Kertas,
Kami yakin anda pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak bersama novel
berikut ini
Novel Pernikahan Di Atas Kertas Bab 234
![]() |
Aqila dan Arka keduanya sedang bersiap setelah rapi tadi
keduanya melakukan olahraga ranjang yang mengakibatkan kembali berantakan dan
melakukan ritual bersama di kamar mandi.
Namun tidak hanya melakukan di atas kasur, arka kembali
melakukan di kamar mandi.
Permintaan nya tadi di tolak mentah aqila, dan otak licik
nya tak terima begitu saja hingga ia mencari jalan melaksanakan lagi.
Arka puas dengan keras keras nya, tapi tidak dengan aqila
wanita itu terlihat tak berdaya.
Terus di tempur arka membuat tubuh nya menjadi remuk,
tulang-tulang nya terasa patah, kaki tak bisa menopang lebih lama untuk
berdiri.
Melihat wajah lelah sang istri, arka merasa bersalah.
"Sayang, maaf aku tidak bisa menahan nya, aku janji
hari ini kita istirahat." ucap arka.
"Itu harus by."
Arka berjalan mendekati aqila yang berada di depan lemari
pakaian.
Keduanya kini berada di ruang ganti, aqila mencari dress
yang cocok untuk di kenakan, dress pertama sudah kusut dan berantakan di buat
pria lapar.
Pria itu memeluk tubuh aqila dari belakang, tangan nya
melingkar di pinggang wanita yang masih mengenakan handuk kimono menutupi
bagian atas dan benda sensitif.
Handuk kimono tersebut begitu pendek hingga paha mulus aqila
terpapar jelas, dan bahkan handuk kimono aqila tembus pandang.
"Sayang, apa kamu sengaja memancing ku lagi? kenapa
berdiam diri di sini, apa ingin aku kenakan saja." tawar arka nakal.
"By, jangan lagi aku sangat lelah, lihatlah sekarang
kaki ku rasanya ingin patah. Tubuh nya terasa penggal, kamu bahkan tidak
memberi jeda untuk ku istirahat." omel aqila bingung terbuat dari apa sang
suami kenapa tidak pernah merasa lelah seperti yang di rasakan.
"Tak apa aku akan menggendong mu kemana pun kamu
pergi." jawab arka santai.
"No, aku gak mau ambil resiko nanti berakhir di ranjang
lagi." cepat aqila menolak tawaran arka.
"Hehehe, kamu tau saja. Tapi kamu nikmati juga kan
sayang, lupa apa tadi siapa yang minta duluan." kata arka mengingatkan
awal kejadian.
"Hubby!" teriak aqila kesal berbalik dan menatap
arka.
"Iya sayang aku di sini? kamu menginginkan lagi?"
goda arka senang melihat wajah gemas aqila jika sedang kesal.
"Seminggu kamu harus puasa, titik." tegas aqila
tidak ingin di bantah.
"Jangan sayang, bagaimana aku bisa bertahan hidup jika
kamu tidak memberi ku makan." ucap arka dengan alasan aneh nya.
"Bodoh amat, lepasin by aku mau lanjutin lagi."
aqila melepaskan pelukan arka dari nya.
"Tidak sayang, jangan lakukan itu aku benar-benar bisa
gila jika kamu tega melakukan nya."
"Kamu juga tega bie aku di buat tak berdaya seperti
sekarang, lalu apa namanya ini jika tidak tega." balas aqila.
"Aku sudah ingin bertanggungjawab, tapi kamu menolak
nya sayang, terus di mana letak kesalahan ku?"
"Kapan kamu peka nya sih bie, aku lama-lama jadi kesal
dengan kamu kayak gini."
Aqila menghela nafas pusing harus dengan cara apa lagi agar
arka tidak manja.
"Sayang, ayolah jangan lakukan itu, aku tidak akan
melepaskan mu hingga kamu mencabut hukuman mu itu."
"Tidak keputusan ku sudah bulat. Cepat lepaskan kasihan
anak-anak ku pasti sudah menunggu."
"Tidak sayang, aku pun sama tidak akan melepaskan
mu."
"Oh suami ku sayang, jangan membuat ku bertambah marah
sebaiknya lakukan saja atau hukuman nya akan bertambah menjadi sebulan."
ancam aqila serius.
"Jangan, baiklah aku menuruti mu." pasrah arka.
Aku tidak akan membiarkan jatah ku di tahan seperti ini, aku
aku lakukan apapun itu untuk mendapatkan nya. batin arka berjanji.
...****************...
Semua pada lebih bersemangat setelah mendapat kabar dari
arka jika ia bersama aqila otw ke lokasi.
Twins A sudah tiba, sekarang kedua bocah itu sedang
membersihkan diri sesuai perintah oma diana.
Mereka tidak mengetahui kedatangan aqila. Sempat bertanya
melihat dekorasi kecil tapi mewah, namun kedua bocah itu tak mendapat jawaban.
"Arin merasa ada yang aneh gak?" tanya abi pada
kembaran nya.
"Aneh?" arin mengulangi perkataan abi tangan nya
di letakkan di ujung pelipis menunjukan sedang berpikir.
"Entahlah, arin tidak merasakan itu emangnya apa yang
di rasakan abi?"
Bocah pria itu menghela nafas kesal, kenapa memiliki
kembaran seperti arin sungguh menyebalkan.
"Abi jawab?" desak arin menggoyang lengan abi.
"Sabar arin, abi akan jelasin."
Seketika tangan arin berhenti melakukan dan menatap serius
pada abi.
"Cepat kata kan."
"Ya."
Arin melihat arin tak berkata apapun sejak tadi kembali
membuka suara.
Bocah pria itu sengaja tak berkata karena ia malas
menjelaskan pada arin ujungnya akan bertanya lebih lebar dari penjelasan nya.
"Abi kenapa diam ayo katakan, kenapa malah diam."
omel arin.
Abi menepuk jidatnya."Oh tidak abi lupa apa yang ingin
abi bicarakan." bohong abi dengan akting bakat nya.
"Kok bisa sih?" tanya arin tidak percaya.
"Pasti bisa semua itu karena arin terlalu cerewet,
jadinya abi lupa pusing mendengar omongan arin."
Dewi melihat kedua ponakan cantik dan tampan nya berdebat
menghampiri mereka.
"Ada apa ini aunty mendengar dari luar seperti nya
kalian sedang ribut? apa yang kalian ribut kan?" tanya dewi menatap
bergantian pada arin dan abi.
"Aunty, arin di kata bawel sama abi." aduh arin
dengan wajah cemberut tapi terlihat gemas.
Dewi tak sanggup melihat wajah imut arin.
"Imut nya ponakan aunty." gemas dewi mencubit pipi
chubby arin.
"Auwh, aunty sakit kenapa cubit pipi arin sih."
aduh arin memukul kecil tangan dewi dari pipi nya.
"Hehehe, maaf aunty gemas sama ponakan imut aunty.
"
"Kenapa hanya arin? kenapa abi tidak? abi juga ponakan
aunty?"
"Tentu abi ponakan aunty, abi tampan seperti uncle
bian, tidak imut."
"No, aunty abi tampan seperti daddy bukan karena
uncle." ralat abi membenarkan perkataan dewi.
Dewi terkekeh dengan bantahan abi tidak ingin di samakan
dengan bian.
Bocah pria itu begitu berbeda dengan daddy nya arka, meski
anak kandung tapi sifat dan sikap abi lebih mirip dengan bian dingin, tidak
hanya bicara dan jika bicara itu adalah hal yang penting.
"Kenapa? uncle bian tampan loh kenapa tidak
ingin?" penasaran dewi dengan jawaban bocah kecil tersebut.
"Daddy abi, ya daddy arka, ketampanan dan kepintaran
abi juga karena daddy bukan karena uncle." jawab abi membuat dewi
tersenyum tak berkata.
*Astaga qila bagaimana kamu memiliki anak-anak seperti
mereka, yang satu cantik dan yang satu tampan. Sifat nya berbeda bagai langit
dan bumi aku sedikit sulit percaya dengan yang lihat tapi inilah kebenaran yang
ku lihat dan harus aku percayai.
Kamu benar-benar beruntung memiliki dua malaikat seperti abi
dan arin, sedang aku tidak bisa*. batin dewi sedih………(Bersambung Bab 235)
Posting Komentar untuk "Bab 234 Pernikahan Di Atas Kertas "