Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Bab 231 Pernikahan Di Atas Kertas

Novel berjudul Pernikahan Di Atas Kertas adalah sebuah novel yang bergenre romantis banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas.

Novel ini dapat membuat guncangan emosi yang kuat bagi pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat pembaca semakin ingin tau kelanjutan dari cerita nya.

Teman – teman pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada kali ini saya akan memperkenalkan dan memberikan novel Pernikahan Di Atas Kertas, Kami yakin anda pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak bersama novel berikut ini

Novel Pernikahan Di Atas Kertas Bab 231


Tiara masih terdiam hingga kakek adrian menyadarkan nya.

"Ibu tiara ada apa?" tanya kakek adrian sebab wanita di depannya ini tak menjawab melainkan melamun seperti sedang memikirkan sesuatu.

"Ah, iya ada apa pak?" sadar tiara berbalik bertanya.

"Ibu tiara kenapa? apa ada masalah dengan pertanyaan saya?"

"Tidak ada Pak, saya hanya bingung bagaimana cara menjawabnya." jujur tiara.

"Bingung kenapa? jawab apa adanya saja." kata kakek adrian menatap aneh melihat sikap tiara.

Tiara mendapat tatapan aneh dari kakek adrian sedikit takut, tatapan nya sudah seperti penjahat, kedua mata nya begitu dalam menatap seakan hampir copot dari tempat nya.

Pandangan nya seketika tak berani kembali menatap atasan nya itu.

Tatapan pak adrian begitu menyeramkan dan hampir saja jantung nya berhenti.

Dan bahkan sekarang tiara merasa berada di suatu ruangan sedang di interogasi karena suatu alasan yang besar hingga sulit untuk bernafas menghirup udara segar.

Kenapa aku tegang seperti ini? perasaan pertanyaan pak adrian tidak begitu besar lalu kenapa aku panas dingin tidak karuan begini? apa karena pertanyaan nya mengenai pak farel? Oh Tuhan bantu hamba mu yang tak berdosa ini agar secepatnya keluar dari situasi tak menyenangkan ini. batin tiara berdoa penuh harap.

Jantung nya sudah berdebar tak karuan sejak tadi, telapak tangannya basah, kaki nya pun tak bisa diam terus bergerak menghentak kecil ke lantai.

"Saya dan pak farel tak ada hubungan apapun kita sebatas rekan kerja bawahan dan atasan tidak lebih." jawab tiara berusaha mengontrol diri setenang mungkin.

Meski hati nya sudah was-was cemas, ekspresi yang harus di tampil kan harus menyakinkan.

"Serius? tidak ada yang di tutupi bukan?" ragu kakek adrian menyipitkan mata tidak percaya dengan pernyataan tiara.

"Iya saya serius. Jika bapak memanggil saya hanya untuk menanyai hal ini saya harus segera pergi masih banyak kerjaan yang harus saya selesaikan." bohong tiara beralasan mengenai kerjaan.

Mana ada kerjaan yang harus di selesaikan hari ini, sejak tadi saja duduk santai menikmati hidangan yang siapkan sendiri dari pantry, alasannya yang dikatakan itu hanya semata agar terbebas dari situasi tak menyenangkan kan.

"Tunggu." cegah kakek adrian.

"Ada apa pak?" tanya tiara yang ingin beranjak pergi tak jadi.

"Ini alamat saya, jika tak sibuk datang lah. Mungkin dengan kehadiran dari teman lama nya ingatan cucu saya bisa kembali pulih mengingat masa lalunya." ujar kakek adrian.

"Maksud bapak apa? teman cucu bapak, siapa? saya?" kaget sekaligus bingung tiara mendengar perkataan kakek adrian.

"Kamu sahabat nya aqila bukan? kenapa bertanya lagi."

"Jadi maksud bapak, ibu anggi itu aqila sahabat saya? lalu kenapa nama nya di ubah dan kenapa marga belakang nya tak menggunakan dirgantara atau adijaya?" tiara masih bingung belum bisa memahami semua dengan baik.

Otak nya tak bisa mencerna dengan baik, pengakuan dan kebenaran yang di dengar langsung dari atasannya ini adalah bom terbesar untuk nya.

"Ceritanya panjang. Jadi bagaimana apa bisa?"

"Iya Pak."

Setelah itu tiara kembali ke ruangan nya.

Dalam perjalanan wanita itu terus memikirkan ucapan kakek adrian, semua rasanya mustahil tapi ini kenyataan nya.

****

Aqila kini sedang bersiap-siap menemui anak-anak nya.

Aqila begitu semangat dan itu sudah terlihat dari wajah ceria nya tak henti menunjukkan senyuman manis nya.

Sedangkan arka tak berpindah posisi dari tempat duduk nya sekarang, pria itu terus memandang wajah cantik aqila.

Pergerakan sekecil apapun yang di lakukan aqila terus di pantau arka dengan lekat.

"Sayang kenapa kamu sangat cantik sih?" tanya arka yang bingung dan juga tak bosan melihat bagian favorit pada wajah aqila.

"Aku perempuan Ar sudah jelas cantik, kalau tampan beda kelamin dong." balas aqila geleng kepala dengan pertanyaan aneh arka.

"Maksud aku bukan itu sayang." bangkit arka mendekati aqila yang duduk di kursi meja rias.

Pria itu menyandarkan dagunya pada bahu kiri aqila dengan manja dan mencium aroma parfum yang kenakan.

"Ar jangan mulai deh, sekarang kita harus menemui anak-anak. Aku rindu sudah gak sabar tau." tegur aqila.

Melihat tingkah arka menginginkan lagi dengan segera aqila memperingati.

"Sayang, aku tidak akan memulai jika kamu tak memancing ku duluan." mengigit kecil ujung telinga aqila dan tangan sudah melingkar sempurna di perut aqila dengan posesif, arka tak mempedulikan tolakan wanita itu.

"Memancing? maksud nya bagaimana Ar, apa yang ku lakukan?" bingung aqila.

"Sayang kenapa kamu begitu mudah lupa sekarang, bukannya sudah ku katakan sebelum nya, jika kita punya nama panggilan, kenapa kamu sering memanggil namaku? apa kamu sangat ingin di hukum?" bisik arka dan tangan nya sudah memengang sembarang tempat.

"Aku lupa by hentikan tangan mu ini nanti kita tak jadi menemui anak-anak jika kamu seperti ini."

Arka tak mempedulikan ucapan aqila, pria itu malah semakin gila meremas kuat gunung kembar aqila.

"Auwh, by ayolah please jangan sekarang." aqila mencoba mengontrol diri agar tidak hilang kendali dengan sentuhan arka.

"Sayang, ini salah mu. Selama ini aku membiarkan mu dan ku kira dengan sendiri nya kamu akan sadar dan segera berubah, tapi lihatlah harus aku kembali yang menyadari itu. Bukannya kamu sangat menginginkan hukuman? jadi sekarang akan ku kabulkan, dan menanam benih di sini." mengelus perut rata aqila seketika membuat bulu kuduk aqila merinding.

Aqila tak masalah jika arka menginginkan anak lagi, tapi waktu nya yang tidak tepat sekarang. Matahari siang memancarkan panasnya cuaca ditambah dengan permainan panas pasti akan sangat gila.

Dan otak akan pecah itulah yang di pikirkan aqila.

Wanita itu mencoba mencari akal agar terbebas dan tuntutan arka.

"By, apa kamu sangat menginginkan ku?" tanya aqila dengan nada serius.

"Bukan menginginkan tapi selalu ingin." jawab arka cepat membenarkan nya.

Aqila mencoba bangkit meski sedikit sulit karena arka terus menempel pada nya. Namun akhirnya berhasil.

Aqila melingkari kedua lengan nya di tengkuk arka.

"Hubby ku sayang, bukannya kamu pernah berjanji tidak menyentuh ku hingga aku pulih, lalu kemarin apa yang kamu lakukan, bukannya itu juga sudah melanggar perjanjian dan pasti ada hukuman nya bukan?" menautkan alis atas bawah menggoda arka yang mendadak terlihat kesal dengan ucapannya.

Aqila yakin pria di depan nya ini paham maksud perkataannya, dan tentu tau apa hukuman nya pula.

"Bukannya kamu menyetujui dan menikmati juga?"

"Ya aku menikmati itu, tapi tetap saja kamu sudah melanggar nya. Jadi hukuman yang ingin aku berikan padamu adalah.... " aqila sengaja menggantung perkataan nya melihat wajah penasaran arka ingin tau.

"Katakan saja aku sudah dapat menebak apa itu." lesuh arka pasrah.

"Pintar, tunggu apalagi sekarang pergi lah siap-siap sana. Aku tak ingin anak-anak ku menunggu lama kedatangan mommy nya." usir aqila cepat.

"Baiklah, tapi malam kamu harus terima hukuman dari ku." ucap arka sedikit teriak meninggalkan aqila.

Wanita itu hanya menggeleng kepala melihat kelakuan arka menurut nya kekanakan tapi semua itu hanya di tunjukkan padanya, jika berada di lingkungan luar arka akan bersikap dewasa dan bijak layak nya orang dewasa dan seorang daddy………(Bersambung  Bab 232)

 

 

DAFTAR ISI BAB NOVEL

Posting Komentar untuk "Bab 231 Pernikahan Di Atas Kertas "