Bab 225 Pernikahan Di Atas Kertas
Novel berjudul Pernikahan Di Atas Kertas adalah sebuah novel yang bergenre romantis banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas.
Novel ini dapat membuat guncangan emosi yang kuat bagi
pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat pembaca semakin ingin tau
kelanjutan dari cerita nya.
Teman – teman pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada kali
ini saya akan memperkenalkan dan memberikan novel Pernikahan Di Atas Kertas,
Kami yakin anda pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak bersama novel
berikut ini
Novel Pernikahan Di Atas Kertas Bab 225
![]() |
Apa hubungan pak farel dan pak adrian? batin tiara bertanya.
"Apa kalian sudah dengar? atau ingin berbicara sendiri
dengan atasan kalian, silakan katakan saja tak perlu sungkan. Saya akan
membantu kalian." kata farel menawarkan diri membantu kedua security,
namun nada bicara nya seperti sedang mengejek.
"Maaf, Pak. Kami mohon jangan lakukan ini, kami sangat
membutuhkan pekerjaan ini. Kami janji tidak akan mengulangi lagi." mohon
kedua dengan wajah tak berdaya meminta bekas kasihan.
"Hmmm, sekarang kalian bisa kembali." usir farel.
Lagian dia tak bersungguh-sungguh melakukan hal itu, dia
hanya becanda, tapi tak di sangka mereka menganggap serius.
"Baik Pak, kami permisi." Kedua orang tersebut pun
cepat meninggalkan ruangan tiara.
Melihat besarnya rasa takut kedua security tersebut
melarikan diri sudah seperti di kejar polisi, tiara hanya bisa menggeleng
kepala memandang kepergian mereka.
Farel tersenyum penuh kemenangan, dan menatap tiara yang
masih memandang kepergian bawahnya itu.
Tak peduli betapa banyak tolakan tiara pada nya, dia akan
tetap berusaha hingga mendapat maaf.
"Bagaimana? apa kamu ingin pergi dengan ku? sekarang
jam makan siang bukan? tidak baik memaksa diri seperti ini." ucap farel.
Tiara menatap farel sekilas dan kembali fokus pada kerjaan
yang sempat tertunda karena kedatangan pria tak di undang itu.
Dia sedang malas menanggapi perkataan farel yang di pikir
hanya buang waktu dan tenaga.
Mending waktu dan tenaga nya itu di habis kan mengerjakan
kerjaan.
"Tiara." panggil farel memandang tiara yang engan
melihat nya.
"Tiara, aku kesini ingin mengajak mu makan siang,
setelah itu aku janji akan langsung balik." farel masih terus mencoba
membujuk tiara agar setuju, meski semua perkataan nya tak pernah mendapat
jawaban, tak masalah baginya.
"Saya tidak lapar, jadi silakan bapak ajak orang lain
menemani bapak, saya mohon segera tinggal kan ruangan saya." tiara
menghentikan kerjaan nya menatap lekat farel yang memberi ekspresi wajah
bahagia, bukan kesal malah memberi senyuman manis, hingga tiara berdecak kesal.
"Oke, fine. Saya akan ikut, tapi setelah itu bapak
harus pergi." ucap tiara tak memiliki pilihan lain.
Tiara tidak ingin kelakuan farel semakin menjadi, sekarang
saja sudah begitu mengesalkan bagaimana lain.
"Nah, jika seperti itu kan enak, kenapa tidak sejak
tadi saja." ucap farel.
"Tidak usah banyak bicara jika masih ingin pergi, saya
melakukan ini terpaksa karena tak ingin melihat wajah bapak lebih lama lagi di
sini." Ketus tiara bangkit kursi melangkah jalan.
Namun langkah terhenti. Farel menahan tiara yang akan
membuka pintu.
"Apa yang bapak lakukan?" tanya tiara.
"Maaf."
"Beribu kali kata maaf terucap dari mulut mu tak akan
mampu membuat ku memaafkan mu, dan bukannya sudah ku tegaskan kemarin berhenti
melakukan apapun untuk mendapatkan maaf ku karena itu percuma." tiara
kembali mengingat perkataan yang pernah di katakan pada farel.
"Begitu pun dengan ku, semakin besar tolakan mu
terhadapku, semakin besar pula perjuangan penebusan ku demi mendapatkan maaf
mu." balas farel.
Tiara menghembus nafas kasar, tidak tau bagaimana cara
menanggapi pria tersebut, keras kepala begitu luar biasa.
****
Twins A kini sedang duduk bersama opa oma nya.
"Oma, kapan daddy pulang?" tanya arin merindukan
daddy nya.
"Kenapa, arin rindu sama daddy ya?" tanya oma
diana.
"Iya oma, arin rindu, kenapa daddy selalu sibuk dengan
kerjaan." cemberut arin cemburu daddy nya selalu mengutamakan kerjaan.
"Benar oma, kali ini abi setuju dengan arin, apa
kerjaan daddy lebih penting dari kita anak-anak nya? apa abi dan arin tak ada
arti?" timpal abi.
"Kata siapa seperti itu, abi dan arin begitu berarti di
hidup oma, opa, daddy dan semua, bahkan untuk mommy juga. Jadi cucu-cucu oma
ini harus percaya itu."
"Tidak, jika benar seperti itu kenapa daddy selalu
sibuk hingga tak memiliki waktu untuk kita." bantah abi. "Mommy gak
sayang sama kita, jika sayang kenapa mommy tega ninggalin abi dan arin? kenapa
oma?"
Abi yang selama ini selalu memendam semua kini sudah muak
hingga meluapkan unek-unek nya.
Oma diana sedikit terkejut, dia tak pernah mendengar abi
berkata seperti ini.
"Abi pengen seperti teman-teman, punya keluarga utuh,
mendapatkan kasih sayang mommy, berada di dekat mommy." ucap abi lalu
berlari meninggal kan ruang keluarga.
"Abi tunggu nak." panggil oma diana, tapi abi
terus berlari.
Arin pun bangkit menyusul kembaran nya.
"Arin mau kemana?" tanya oma diana melihat cucu
perempuan nya bangkit.
"Nyusul abi." bocah itu pun segera berlari.
Oma diana menghela nafas kasar, binggung harus menyikapi
bagaimana lagi kedua cucunya nya itu.
"Apa yang harus kita lakukan sekarang? apa tidak
sebaiknya kita kasih tau twins A jika mommy nya masih hidup dan anggi adalah
aqila mommy kandung mereka yang amnesia hingga tak bisa mengingat apapun."
kata mama diana kehabisan akal cara membujuk dua bocah yang bersedih.
"Papa rasa seperti itu, sudah saatnya sekarang, untuk
apa di tunda jika cepat atau lambat mereka akan tau juga bukan? ingatan aqila
kita akan sama-sama membantu nya." ujar papa beni.
"Iya, kalau begitu mama panggil twins A dulu. Papa
tunggu sini." bangkit nya mencari kedua bocah tengil itu.
"Abi jangan marah, nanti cepat tua, emangnya abi mau
mukanya seperti opa, jelek ndak ada tampan nya? kalau arin sih gak mau, arin
mau cantik seperti mommy anggi... ets salah tante anggi." ralat arin
membenarkan kesleo pada lidahnya.
"Kenapa harus panggil tante, jika mommy arin benaran
mommy anggi." ucap oma diana melangkah menghampiri kedua bocah yang sedang
sedih.
"Tidak oma, tante anggi bukan mommy kita. Tante anggi
sudah jelasin semua." bantah arin.
"Hmmm, tapi itu salah. Mommy anggi mengatakan itu
karena sedang sakit makanya tidak bisa mengingat abi dan arin. Dan daddy kalian
tidak sedang bekerja tapi sedang menemani mommy agar cepat sembuh dan dapat
mengingat abi dan arin." jelas oma diana.
"Maksud oma apa? tante anggi sakit? tapi kenapa saat
itu sehat- sehat saja tidak menunjukkan sedang sakit?" tanya arin tidak
mengerti.
Oma diana tidak menjawab, dia mengajak kedua bocah itu untuk
masuk dan akan menjawab di dalam bersama sang suami.
Setelah tiba dan mengambil posisi tempat duduk
masing-masing. Oma diana pun kembali membuka suara memulai percakapan yang
tertunda.
"Oma dan opa akan jelasin, abi dan arin dengar
baik-baik ingat jangan memotong apapun penjelasan oma dan opa atau penjelasan
nya berhenti, abi dan arin tidak akan mendengar lanjutan nya lagi." pesan
oma diana memperingati kedua cucunya sebelum memulai penjelasan.
"Kita janji gak bakal diam." kompak kedua nya………(Bersambung
Bab 226)
Posting Komentar untuk "Bab 225 Pernikahan Di Atas Kertas "