Bab 220 Pernikahan Di Atas Kertas
Novel berjudul Pernikahan
Di Atas Kertas adalah sebuah novel yang bergenre romantis banyak orang
yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena
jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas.
Novel ini dapat membuat guncangan emosi yang kuat bagi
pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat pembaca semakin ingin tau
kelanjutan dari cerita nya.
Teman – teman pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada kali
ini saya akan memperkenalkan dan memberikan novel Pernikahan Di Atas Kertas,
Kami yakin anda pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak bersama novel
berikut ini
Novel Pernikahan Di Atas Kertas Bab 220
![]() |
Farel berjalan dan setiba di dekat kedua orang tersebut,
tanpa basa-basi langsung duduk seperti tak melihat apapun.
Bahkan tindakan nya ini di lakukan dengan sengaja karena
cemburu terhadap pria yang bersama tiara sekarang.
Farel tak peduli dengan ekspresi kedua orang tersebut dengan
kehadiran nya, peduli nya saat ini ingin berada dan melindungi wanita yang di
cintai.
Ada hati tak rela melihat tiara berduaan dengan lawan jenis.
Tiara menatap bingung pada pria tersebut, datang dan duduk
tanpa di undang ataupun permisi, sungguh tak memiliki sopan santun.
Bahkan tiara merasa farel banyak berubah, dia sudah tidak
bisa mengenal farel yang sekarang.
Ada apa dengan nya? sedang apa dia kemari? tidak mungkin
radit mengajaknya, keduanya saja tidak saling mengenal, mengingat pertemuan
awal begitu buruk tidak mungkin mendadak berubah menjadi baik. batin tiara
menatap penuh ketidaksukaan keberadaan farel sekarang.
Sedang apa pak farel kesini? apa tiara mengajaknya juga?
tapi kenapa tiara tak memberitahu ku? batin radit bertanya-tanya.
Farel memanggil pelayanan dan memesan minum untuk nya, meski
saat ini dirinya masih ditatap oleh kedua orang beda jenis, pria itu
benar-benar tak peduli.
"Lemon juice satu." pesan pelayan segera pergi
meninggalkan meja tersebut.
Tiara benar-benar kesal dengan tindakan dan sikap farel
seolah tak terjadi apapun.
"Dit, sebentar ya aku ingin bicara dulu sama pak
farel." ucap tiara.
"Silakan, aku akan menunggu." sahut radit tak
masalah.
"Ayo pak mari." kata tiara memberi tatapan tajam
seakan akan menelan hidup-hidup jika berani menolak.
Farel mengurungkan diri yang awal ingin menolak jadi dengan
terpaksa mengiyakan.
Bangkit dan mengikuti langkah tiara membawa kedua untuk
berbicara seperti mengikuti langkah induk.
Setiba di tempat menurut tiara aman, wanita itu cepat
menatap tajam penuh kebencian pada farel.
"Apa yang bapak lakukan? atau bapak sengaja melakukan
ini?" tanya tiara.
"Sengaja apanya? emangnya apa yang saya lakukan?"
tanya balik farel.
"Stop berlagak tidak mengerti bapak farel terhormat, saya
mengenal bapak jadi berhenti seperti orang bodoh tak mengerti maksud perkataan
saya." tiara sedikit meninggikan suara kesal terhadap pria di depan nya.
"Kamu mengerti aku, lalu kenapa tidak kamu mengerti
cinta ku padamu tiara?"
Tiara menatap tak percaya pada farel dengan mudah berkata
seperti dia adalah pria yang tersakiti, pria yang tak mendapatkan balasan
cinta.
"Mengerti yang bapak maksud?" tanya tiara menatap
meminta jawaban pada farel.
"Iya, aku tau kesalahan ku di masa lalu begitu besar,
tapi kenapa tidak kamu beri satu kesempatan untuk menebus dan memperbaiki semua
itu? jika tak ada kesempatan bagaimana cara ku membuktikan padamu?" jelas
farel.
"Kesempatan, menebus, memperbaiki, cih menjijikkan muak
aku mendengarkan nya, semua itu tak pantas kamu minta, karena kamu tak pantas
mendapatkan itu." balas tiara penuh penekanan dan amarah pun sedikit
terlampiaskan.
Ungkapan perasaan yang selama ini di pendam perlahan di
keluarkan meski tak semua di katakan.
"Kenapa? apa alasannya? tidak mungkin tanpa sebab,
bukan?"
"Alasan? oke akan aku katakan apa alasannya, semoga
setelah mendengar ini bapak bisa sadar dan menjauh dari kehidupan ku."
menatap farel lalu kembali menjelaskan.
"Lima tahun lebih sudah saya menyimpan rasa sendiri,
cinta sepihak tanpa sedikit hati yang bapak berikan pada saya, bahkan bapak
terus memberi saya luka meski kecil tapi perlahan luka itu akan membesar. Dan
saat bapak mengetahui perasaan saya, tak ada jawaban yang bapak berikan, malah
goresan dalam yang diberikan hingga sekarang yang tak bisa saya sembuhkan
saking dalam." Jelas tiara panjang lebar membuat farel terdiam tak bisa
berkata apapun.
Pria tersebut di buat mati kutuk dengan penjelasan yang
dikatakan tiara seperti boom.
Begitu dalam goresan yang di berikan hingga tiara berat
memaafkan nya.
Farel merasa bersalah, namun bukan berarti dia akan mundur
dan menjauh dari kehidupan tiara, pria itu berjanji akan menebus dan mengganti
luka yang di gores dengan kebahagiaan yang tak terhingga membuat nya melupakan
rasa sakit itu.
"Maaf, aku tak menyangka besarnya goresan dan kesalahan
ku di masa lalu membuat mu seperti ini." kata farel benar-benar menyesal.
"Semua sudah terlambat. Aku harap setelah ini jangan
pernah muncul di hadapan ku, jika bertemu tak usah saling sapa, anggap tak
pernah saling kenal." tegas tiara serius.
"Kenapa seperti itu? bagaimana bisa aku melakukannya?
aku mencintaimu, tidak mungkin bisa aku melakukan hal bodoh yang akan membuat
ku gila." protes farel tak terima.
"Gila?" tanya tiara tidak percaya lalu tertawa
." hahaha... anda sangat lucu pak, mana ada hal itu bisa terjadi."
"Aku serius tiara, kenapa kamu tidak percaya? apa yang
harus ku lakukan agar kamu percaya?"
"Tidak perlu, tak ada yang ingin aku lihat dari mu,
selain pergi tak mengganggu kehidupan ku."
"Maaf, untuk satu itu tidak bisa. Aku tulus mencintaimu
dan akan membuktikan bagaimana caranya meski sudah berulang-ulang di
tolak." yakin farel penuh tekad tak goyang.
"Terserah dan aku tak peduli. Keputusan ku tak akan
berubah, apapun yang kamu lakukan tak akan mengubah pendirian ku." balas
tiara sangat yakin dengan diri nya.
"Oke, fine. Kita lihat saja akhirnya bagaimana."
tantang farel.
Setelah obrolan kedua selesai mereka kembali ke meja dan
farel masih saja membuntuti tiara, meski sudah di kata jangan mengikuti, tetap
saja ngeyel.
Tiara pun lelah berkata, menghalangi menurut nya tetap saja
tak bisa, karena dari sana nya sudah batu jadi akan susah di nasehati dalam
bentuk apapun itu.
"Maaf ya dit lama." ucap tiara tak enak.
"Santai aja kayak sama siapa aja. Emangnya sudah kelar
obrolan nya?" tanya radit penasaran sebab farel masih mengekori tiara.
"Sudah."
"Oh."
Tak ada perbincangan lagi antara keduanya, radit bingung
harus berkata apa, tak pernah terlintas di benak nya akan berada di situasi
canggung seperti sekarang ini.
Ingin berbicara pun tak bisa, mulut terasa kaku, otak pun
mendadak berhenti tak bisa berpikir lagi.
Masing-masing dari mereka hanya menikmati pesanan yang di
pesan.
Tiara semakin bosan dengan situasi ini, wanita itu pun
berinisiatif membuka suara duluan memecahkan keheningan.
"Dit gimana kerjaan mu? semua lancar kan?" tanya
tiara tak tau harus memulai dari mana selain basa-basi yang sering di lakukan
orang di luar sana.
"Alhamdulillah lancar sejauh ini, kamu gimana? apa
perlu aku bantu? jangan sungkan jika butuh bantuan katakan saja, jangan memikul
sendiri ingat kita sahabat, masalah mu masalah ku juga." ujar radit.
"Semoga benar hanya teman, biasanya teman jadi
demen." gumam farel masih dapat di dengar samar oleh kedua orang di
samping kiri kanan nya.
Tiara melirik kesal farel menggunakan ekor mata bingung
dengan farel yang jahil.
Ada apa dengan nya kenapa tak bisa diam? jika ingin di sini
harusnya diam tak usah ikut nimbrung. batin kesal tiara………(Bersambung Bab 221)
Posting Komentar untuk "Bab 220 Pernikahan Di Atas Kertas "