Bab 219 Pernikahan Di Atas Kertas
Novel berjudul Pernikahan Di Atas Kertas adalah sebuah novel yang bergenre romantis banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas.
Novel ini dapat membuat guncangan emosi yang kuat bagi
pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat pembaca semakin ingin tau
kelanjutan dari cerita nya.
Teman – teman pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada kali
ini saya akan memperkenalkan dan memberikan novel Pernikahan Di Atas Kertas,
Kami yakin anda pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak bersama novel
berikut ini
Novel Pernikahan Di Atas Kertas Bab 219
![]() |
Tiara menikmati makan siang di kantin perusahaan bersama
staff lainnya, wanita itu sedang tak berselera untuk makan di luar.
Mood nya sedang tidak baik beberapa hari belakangan ini
terus di ganggu, kehadiran farel membuat nya tidak nyaman.
Tanpa mengenal menyerah pria itu selalu muncul secara
mendadak saat situasi hati tak baik.
Tiara tak bersemangat menyantap makanan di mejanya, sesekali
di aduk dan pikiran melayang ke tempat lain.
Makanan tersebut pun tidak pantas lagi di kata makanan untuk
di santap oleh manusia dari segi penglihatan, tapi jika rasa masih bisa di
santap.
Tapi kebiasaan orang zaman sekarang lebih memilih menyantap
makanan dari segi penglihatan apa hiasan cantik dan menarik, dan jika tidak
jarang untuk di sentuh.
Namun semua itu kembali lagi dari penilaian masing-masing
orang.
Beberapa staff yang duduk di dekat tiara melihat atasan nya
mengaduk-aduk makanan tanpa di sentuh menjadi bingung sebenarnya apa yang
terjadi.
"Ada apa dengan bu tiara?"
"Entahlah, seperti sedang memikirkan sesuatu."
"Sudah pasti itu, tidak mungkin tidak dong."
"Heheh, iya."
"Apa bu tiara sedang memikirkan masalah
perusahaan?"
"Bisa jadi, bagaimana juga masalah kali ini sangat
serius, dan parahnya lagi kejadian ini terjadi bertepatan dengan kehadiran
pemilik perusahaan. Apa itu tidak membuat bu tiara pusing?"
"Benar juga, siapa sih penjahat itu? jika ketemu habis
tuh orang."
"Emang lo berani?"
"Beranilah, kenapa tidak?"
Sedangkan tiara tak sedikit pun terganggu dengan obrolan
kedua orang tersebut, meski percakapan kedua nya memiliki volume lumayan, tapi
itu tak sekali menganggu nya.
"Kenapa hidup ku seperti ini? apa yang harus ku
lakukan? " Batin tiara.
Dering ponsel membuyarkan lamunan nya seketika.
📞:"Hallo." Sapa
tiara.
📞:....
📞:"Malam ini?"
📞:....
📞:"Bagaimana ya?
bukannya mau nolak gitu tapi saya benar gak bisa ikut reunian, Dit."
📞:....
📞:"Kantor sedikit
ada masalah dan terancam bangkrut karena kelalaian ku."
📞:....
📞:"Tidak perlu dit,
saya tidak ingin merepotkan mu, saya bisa pulang sendiri gak usah di jemput
segala."
📞:....
📞:"Hmmm, baiklah
jika kamu memaksa, tapi jika tidak bisa jangan memaksa, oke."
📞:....
📞:" Oke, bye....
"
Panggilan pun terputus, dan tiara segera bangkit dari duduk
nya meninggal meja.
Setelah membayar makanannya, dia kembali ke ruangan.
Tiara akan mengerjakan kerjaan nya hingga selesai, besok
akan segera di serahkan pada atasan.
Dan setelah itu waktu sisanya akan di gunakan untuk
mengistirahatkan otak dengan masalah yang datang bertubi-tubi tanpa henti.
Tiara duduk di bangku kebesaran nya dan mulai bergutak
dengan komputer di meja.
Jemari lincah nya bergerak sana sini memainkan papan
keyboard, mengerakkan mouse dengan cepat, mata tajam menatap satu titik fokus
yaitu layar komputer.
Membuka dan membaca semua dokumen yang tergeletak di meja,
dia begitu jeli dalam memahami setiap isi dokumen dan mengetik kembali dari
maksud bagian penting ke komputernya.
Tanpa terasa sudah empat jam tiara tak bergerak dan
berkencan serius dengan komputer yang di temani pula kertas-kertas cantik
berserakan di mana-mana.
Tiara melihat meja kerjanya sudah berantakan memijit kecil
pelipis nya.
Pemandangan ini benar-benar membuat nya tak bisa berkata
apapun lagi.
Wanita tersebut langsung kembali merapikan, dia tak
menyangka mejanya akan seperti ini.
"Hufft, akhirnya selesai juga, sungguh
melelahkan." tiara menarik nafas dan menghembuskan pelan.
Melirik jam yang melingkar lekat di pergelangan tangan
menunjukkan pukul 16:30, wanita tersebut meraih tas dan segera meninggalkan
ruangan.
Sebelum itu dia kembali mengecek setiap sudut ruangan nya
takut ada sesuatu yang terlewat kan lagi dan berakhir buruk seperti lalu.
Dan jelas hal tersebut tidak ingin sampai terulang kembali.
*****
Farel kini berada di kafe melakukan meeting bersama klien.
Meeting sudah selesai 25 menit yang lalu, karena klien
tersebut adalah temannya dari Jerman, kedua pun duduk santai berbincang kecil
masalah kehidupan yang jalani.
Lagian kedua tak ada kerjaan yang penting setelah ini,
hingga membuat kedua memutuskan untuk tetap stay.
"Bagaimana sekarang? apa masih memikirkan mantan lo
yang tukang selingkuh itu atau sudah ada yang baru?"
"Begini saja, tak ada yang menarik dari kisah hidup
gue. Kalau lo sendiri gimana?"
Farel bener-benar putus kontak dengan sahabat sekali gus
kliennya ini.
Perjumpaan mereka ini pun tanpa sengaja atau rencana, meski
mengetahui perusahaan tersebut milik keluarga farel, pria itu tak menyangka
akan langsung di handle farel.
Biasa dan setau nya akan ada sekretaris atau asisten yang
menghandle, tapi ini tidak semua di luar duga perkiraannya.
"Curang lo bro, belum di jawab udah lempar balik."
"Apa yang harus di jawab, kisah hidup gue masih sama
seperti dulu gak ada yang berubah, eh ada satu sih.... " ucap farel.
"Apa?"
"Adik bungsu yang pernah gue ceritakan itu udah ketemu
sekarang, tepatnya ketemu 12 tahun yang lalu, dan sekarang baru ketemu lagi
setelah enak tahun terpisah karena di culik."
"What! di culik? siapa yang culik? apa sudah dilaporkan
pada pihak berwajib? sekarang bagaimana keadaan adik bungsu lo, apa dia
baik-baik saja?" tanya bertubi-tubi sudah seperti rel kereta api terus
cerocos.
"Satu-satu, gue bingung mau jawab yang mana pertanyaan
lo dari dulu hingga sekarang selalu saja bikin pusing."
"Hehehe, maaf. Habisnya penasaran, adik bungsu lo kan
cantik, bisa dong dekati ke gue."
Pletok...
"Auwh...."
"Enak bukan? makanya kalau bicara di saring dulu jangan
asal."
"Canda kali, gitu aja di bawah serius, tau gue adik lo
udah punya suami."
"Kalau udah tau kenapa becanda bambang. Asal lo tau
suami adik gue itu bucin pakai banget, bahkan posesif dan cemburuan tingkat
dewa... eeh salah tingkat langit dan bisa jadi sampai langit ke tujuh."
ungkap farel mengingat kelakuan arka adik iparnya tak ada duanya.
"Segitu nya adik ipar lo, kasihan banget adik lo punya
suami kayak dia."
"Kagak gitu juga, itu menandakan dia sangat mencintai
adik gue, tepatnya cinta mati."
"Iya, iya, deh yang belain adik iparnya."
"Kenapa cemburu lo?"
"Ogah, ngapain cemburu sama lo, gak berkepentingan dan
gak faedah."
"Oh."
Kedua terdiam dan menikmati pesanan masing-masing.
Farel memandang ke suatu arah melihat seseorang yang tak
asing bagi nya, tatapan nya di perdalam dan betapa terkejut orang di ujung sana
adalah tiara, dan hal yang tak bisa di pikir jernih lagi adalah tiara datang
bersama seorang pria lain.
Dan pria itu pun tak asing pula dan pernah dia jumpai
sebelum nya, tapi tak tau di mana dan kapan, farel benar-benar tak dapat
mengingatnya.
Rasa tak terima melihat tiara bersama pria lain, akhirnya
farel memutuskan untuk menghampiri tiara.
"Siapa dia berani nya mendekati wanita ku."………(Bersambung
Bab 220)
Posting Komentar untuk "Bab 219 Pernikahan Di Atas Kertas "