Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Bab 214 Pernikahan Di Atas Kertas

Novel berjudul Pernikahan Di Atas Kertas adalah sebuah novel yang bergenre romantis banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas.

Novel ini dapat membuat guncangan emosi yang kuat bagi pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat pembaca semakin ingin tau kelanjutan dari cerita nya.

Teman – teman pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada kali ini saya akan memperkenalkan dan memberikan novel Pernikahan Di Atas Kertas, Kami yakin anda pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak bersama novel berikut ini

Novel Pernikahan Di Atas Kertas Bab 214


Arka dan para lelaki dari keluarga adijaya duduk di kafe, keberadaan mereka saat ini menunggu seseorang.

Setelah banyak penyelidikan, akhirnya mereka menemukan cara untuk menghubungi pria tua agar dapat berbicara langsung, seperti sekarang yang di lakukan.

Menunggu kedatangan seseorang yaitu kakek tua, tidak lain dia adalah kakek adrian.

"Daddy, apa pria tua itu bakal datang?" tanya farel kurang yakin.

Sejak tiba, dan sekarang keberadaan mereka sudah 25 menit, tapi hingga sekarang tak ada tanda kemunculan pria tua tak tau malu tersebut.

"Daddy tidak tau, ini kali pertama daddy menemui nya secara langsung. Kita berdoa saja semoga dia tepati janji untuk datang." sahut daddy Rama.

"Ya, kalau tidak kita langsung hampiri saja kantor nya." usul farel yang sudah sedikit kesal.

"Sabar, tenangkan pikiran mu kak, saya yakin dia bakal datang bagaimana pun cara nya." percaya Arka sangat yakin.

"Maksudnya gimana? kenapa begitu yakin, apa ada sesuatu yang kamu lakukan tidak di ketahui kami?" curiga farel menatap tajam pria tersebut.

"Tidak ada, hanya sedikit kata-kata motivasi untuk nya." ucap santai Arka.

"Kata-kata motivasi?" ucap ulang farel tidak yakin.

"Ya."

Farel tidak percaya dengan apa yang di katakan Arka, mana ada kata-kata motivasi dapat menjadi jaminan orang jahat tersebut menyetujui dan kemari, pasti terjadi sesuatu.

Mencari kebenaran, farel menatap arka seakan dengan menatap dapat menemukan jawabannya.

"Bian lo percaya apa yang di katakan arka?" tanya farel menoleh pada samping nya tempat duduk bian berada sekarang.

"Tidak" jawab bian.

"Kan, sama. Sebenarnya apa yang lo lakukan hingga pria tua itu menyetujui." desak farel kepo.

"Siapa pria tua yang di maksud?" Tanya seseorang yang baru tiba mendengar julukan tajam tak enak untuk indera pendengaran.

Seketika ke empat pria tersebut menoleh pada asal suara berat namun terdengar tegas berasal.

Mereka masih melihat penampilan pria tersebut dari atas hingga bawah nyatanya secara langsung bertatap muka sekarang.

Seorang mafia kejam, ternyata aslinya seperti ini, tidak menyeramkan dan menakutkan juga seperti pikiran di benak nya.

"Anda, siapa lagi pria tua yang tak tau malu yang melakukan hal rendahan seperti anda. Apa hal rendahan itu bukan julukan tak tau malu?" tanya farel menatap tak suka pria tua itu.

"Wah... wah... wah... seperti ini kah cucu sulung keluarga adijaya tak memiliki sopan santun pada orang yang lebih tua. Sangat memalukan dan sangat di sayang kan. Atau mungkin putra dari bapak adijaya tak berhasil mendidiknya?" ejek kakek adrian.

"Farel henti kan. Tenang kan dirimu, kontrol emosi ingat apa tujuan kita kesini." tegur daddy Rama.

"Maaf, atas sikap putra sulung saya. Tapi sebenarnya ucapan bapak adrian itu tidak cocok di tujukan pada kami. Saya tidak merasa gagal atau menyesal dengan sikap anak saya, malahan merasa bangga." sambung nya lagi.

"Bangga dengan sifat kurang ajar, sungguh hal baru yang baru saya ketahui. Dan syukur aqila tak memiliki itu." ucap kakek adrian.

"Apa maksudnya?" tanya daddy Rama.

"Aqila sopan dan penurut, dan saya sempat berpikir apa benar dia anggota keluarga adijaya? atau mungkin kalian hanya ngaku-ngaku saja."

"Henti kan omong kosong anda, bapak adrian terhormat. Saya tidak ingin berpanjang lebar berdebat masalah tak penting seperti sekarang. Tujuan saya ingin bertemu anda ada hal penting yang ingin saya katakan."

Daddy Rama sudah muak terus ribut dengan topik tak jelas, sekarang dia ingin langsung pada topik pertemuan mereka.

Dan kakek adrian pun segera duduk setelah di persembahan daddy rama.

Setelah duduk.

Daddy Rama menarik nafas panjang dan menghembus pelan.

"Oke, saya akan langsung pada utama nya, saya tidak ingin bertele-tele." ujar daddy.

"Ya, silakan, karena arah pembicaraan pertemuan ini tak lain adalah topik utama nya ada aqila bukan?" tebak kakek adrian sangat yakin.

"Sangat benar, tidak mungkin saya menemui bapak jika bukan karena salah satu anggota keluarga saya di tangan bapak sekarang. Saya harap bapak mengerti dan paham tujuan pertemuan kita ini."

"Mengerti sejak awal sebelum kalian berkata."

"Apa tak terlintas di benak bapak untuk mengembalikan aqila pada keluarga nya? kenapa bapak harus mengganti nama istri saya? bapak jangan memanfaatkan lupa ingatan aqila untuk aksi balas dendam bapak, aqila tak ada sangkut paut nya." ujar arka.

"Benar, lagian dendam bapak pada keluarga kami tak terbukti benar, karena kami ada bukti pada kejadian masa lalu." timpal bian buka suara.

"Maksud kalian apa? tidak mungkin jelas-jelas saya melihat nya." bantah kakek adrian.

"Saya tidak peduli bapak melihat secara langsung atau tidak, yang ingin saya tegas kan dan ingatkan keluarga saya tak bersalah, yang salah adalah istri bapak." lantang bian.

"Dan sekalipun jika benar adanya, kenapa harus aqila korbannya, dia tak mengetahui apapun tentang masa lalu." seru arka.

"Saya tau, oleh sebab itu saya memperlakukan aqila sangat baik tanpa menyakiti nya dan bahkan tidak memberi seorangpun menyentuh nya." jujur nya.

"Lalu kenapa tidak bapak kembali kan aqila pada keluarga nya? apa bapak tau bagaimana kehidupan saya dan twins A tanpa aqila? kehidupan kami begitu tersiksa, hidup tak memiliki arah tujuan, apa gunanya?"

"Maaf." satu kata keluar dari mulut kakek adrian.

Entah sekarang apa yang terjadi, pria itu mengucapakan kata ajaib yang jarang di keluar kan.

*****

Anggi kini semakin takut, dan matanya sudah berkaca-kaca, pria gila tersebut begitu menakutkan.

Awalnya Anggi mengira kenan benar-benar sadar dan takut dengan perkataan nya, namun ternyata semuanya di luar dugaan.

"Katakan saja pada kakek, dia tak akan percaya." senyum menggoda kenan menghimpit tubuh anggi.

Ketakutan anggi semakin meningkat dengan keadaan dan situasi sekarang, di tambah tak ada siapapun di sini yang dapat membantu nya keluar dari pria gila tersebut.

"Jangan mendekat." gugup anggi, namun tak di indahkan pria itu.

Anggi tak bisa bergerak lagi, wajah kenan yang sudah dekat dengan nya membuat nya terus berdoa memohon pertolongan.

"Hiks... hiks.... hiks... saya mohon jangan.... " tangisan pun kini pecah, anggi tak bisa menahan lebih lama lagi.

Tubuh nya begitu gemetar, tetesan bening terus berjatuhan dari pelupuk mata, rasa takut yang di rasakan membuat wanita tersebut tidak bisa berpikir apapun, selain menangis dan berharap ada keajaiban.

Siapa pun aku mohon tolong aku. Kek, anggi takut, anggi mohon segera lah kesini. batin anggi menangis ketakutan.

"Kenapa menangis? aku tidak akan menyakiti mu sayang, bukannya sudah ku katakan tadi, aku hanya ingin membahagiakan kamu tidak lebih dari itu." kenan mengusap pipi anggi membersihkan sisa air matanya.

Anggi tak bisa melakukan apapun untuk menghindar dari kenan, pergerakan nya benar-benar sudah di kunci.

"Jika ada ingin saya bahagia, lepaskan saya itu sudah lebih dari cukup membuat saya bahagia, bukan seperti ini." sahut anggi………(Bersambung  Bab 215)

 

 

DAFTAR ISI BAB NOVEL

Posting Komentar untuk "Bab 214 Pernikahan Di Atas Kertas "