Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Bab 212 Pernikahan Di Atas Kertas

Novel berjudul Pernikahan Di Atas Kertas adalah sebuah novel yang bergenre romantis banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas.

Novel ini dapat membuat guncangan emosi yang kuat bagi pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat pembaca semakin ingin tau kelanjutan dari cerita nya.

Teman – teman pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada kali ini saya akan memperkenalkan dan memberikan novel Pernikahan Di Atas Kertas, Kami yakin anda pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak bersama novel berikut ini

Novel Pernikahan Di Atas Kertas Bab 212


Anggi sejak tadi terus diam dan memasang lekat indera pendengaran nya mendengar ceramah panjang lebar dari kakek adrian tak henti juga memarahinya.

Wanita itu tak sekali pun berniat untuk membantah, sekali pun untuk membela diri.

"Anggi dengar kakek bukan?" Tanya kakek adrian sebab sejak tadi cucunya ini tak berkata apapun.

Bahkan kini dia merasa seperti berbicara dengan patung hidup.

"Ya, Anggi dengar kek." Sahut anggi.

"Bagus, kakek harap hal seperti ini tidak terulang lagi, jangan gegabah dalam bertindak karena segala tindakan pasti akan ada resiko nya." Kata kakek.

"Anggi janji gak bakal ulangi lagi. Oiya tadi kata kakek bakal ada tamu yang kesini, emangnya siapa kek? Bukannya kita baru beberapa jam di sini kenapa sudah ada tamu yang datang berkunjung?" Penasaran anggi.

"Calon suami kamu." Singkat kakek.

Dan seketika wajah penasaran anggi berubah tak karuan, kaget, kesal, marah, semua bercampur menjadi satu dalam ekspresi wajah yang di tampilkan sekarang.

"What!" Pekik anggi.

"Kakek apaan sih, anggi kan sudah bilang gak mau, kenapa sekarang malah gini sih." Kesal anggi tak menyukai untuk di jodoh kan.

"Anggi, kakek sudah tua, apa anggi tak mau nyenengin kakek sebelum pergi, tak ada lain yang kakek minta selain anggi menikah dan beri kakek cicit."

"Jangan bicara seperti itu, kakek gak bakal ke mana-mana, kakek akan selalu bersama anggi."

"Semua yang hidup akan kembali pada sang Pencipta, tak ada yang abadi di dunia ini. Kabulkan satu permintaan kakek." Pinta kakek menatap harap dengan tatapan menyedihkan hingga anggi menghela nafas kasar.

"Huft."

Anggi benar-benar tak ingin di jodohkan, dia merasa seperti perempuan tak laku hingga harus di jodohkan segala, dan di zaman modern seperti ini masih saja ada pria yang setuju dengan hal ini.

"Oke, baiklah anggi mau, tapi berikan anggi satu kesempatan untuk mengenal calon suami anggi sebelum memutuskan menikah."

"Ya tidak apa-apa, tapi.... "

"No, tapi-tapi kek. Biarkan anggi yang memutuskan, please. Ini bukan masalah kecil, bukannya kakek bilang setiap tindakan ada resiko jadi harus berpikir panjang dan sekarang anggi sedang berpikir agar tak ada resiko atau masalah besar yang akan terjadi kedepannya. Bukannya seperti itu?" Menaikkan alis naik turun, membungkam mulut kakek adrian.

Saat ini kakek adrian terjebak dengan perkataan nya sendiri yang di tujukan pada anggi.

"Iya benar, tapi... "

"Kenapa masih ada tapi jika benar, kek?" Protes anggi.

"Semua itu karena calon suami kamu sudah melalui banyak tes yang kakek berikan, jadi kakek harap anggi tidak mengecewakan atau mencari alasan untuk menolak nya." Pesan kakek memperingati anggi tak bertingkah.

"Banyak tes? maksudnya kakek sudah lama menyiapkan jodoh untuk anggi gitu?" Tanya anggi memastikan perkataan sang kakek.

"Bisa di kata seperti itu, kakek melakukan ini karena sayang sama anggi, kakek ingin yang terbaik untuk anggi, cucu satu-satunya kakek." Kata kakek menatap lekat anggi.

Tak ada balasan lagi dari anggi, wanita itu benar-benar bingung harus menanggapi bagaimana, di satu sisi dia kesal dengan tindakan kakek yang tak membiarkan nya mencari pasangan sendiri.

Dan di sisi lain dia juga senang kakek nya begitu menyayanginya hingga berbuat sejauh ini, tapi sangat di sayang kan sejauh tindakan kakek tak di sukai anggi.

"Anggi." Panggil kakek melihat wanita di depan nya terdiam seperti sedang memikirkan sesuatu.

"Anggi." Kakek mengulangi lagi sebab tak mendapat jawaban dari orang yang di panggil namanya.

Panggilan kakek yang kedua, suaranya sedikit lebih tinggi dan menganggu, hingga wanita tersebut terusik dan tersadar dari lamunannya.

"Ya. Ada apa kek?" Tatap tanya anggi yang baru tersadar.

"Seharusnya kakek yang tanya ada apa? kenapa anggi melamun? sedang pikir apa?"

"Tidak pikir apa-apa kek." Bohong anggi.

"Oh."

Kakek adrian yakin anggi berbohong pasti ada sesuatu yang di pikiran, tidak mungkin terdiam tanpa ada sesuatu yang menganggu otaknya.

Namun dia pun tak bisa memaksa karena semua itu percuma jawaban nya akan selalu sama pada awal.

Beberapa menit kemudian.

Bel berbunyi.

Ting... tong... ting... tong...

"Apa itu tamu nya kek?" Tanya anggi.

"Seperti nya begitu, sana sambut calon suaminya." Suruh kakek, dan hal itu sedikit membuat anggi kesal.

Namun rasa kesal itu hanya bisa di pendam, karena tak mungkin dia luapkan.

"Ya." Sahut malas anggi.

Cekrek.

"Silakan masuk." Ucap anggi menyadarkan tamunya yang tak lepas memandangnya.

Tatapan pria tersebut sungguh meresahkan, seperti seorang pria kelaparan melihat mangsa siap di terkam.

Namun wajahnya pun tak asing bagi anggi, seperti pernah bertemu, tapi tak tau dimana, dan kapan.

"Eh... iya." Jawab pria tersebut mengembalikan ekspresi.

Begitu memalukan diri nya menatap kagum dan tabjuk kecantikan anggi hingga sekarang tak juga memudar atau berkurang, malah semakin bertambah.

"Hay, Nak akhirnya datang juga. Ayo duduk." Kata kakek.

"Iya kek, terimakasih." Sahut pria tersebut.

"Anggi duduk dekat calon suami kamu." Perintah kakek cepat melihat sang cucu ingin duduk di dekat nya.

"Hmmm." Dengan malas dan berat hati anggi berpindah dan duduk di sebelah pria tersebut.

"Nak, maafkan anggi ya, sifatnya memang seperti ini."

"Tidak apa-apa kek."

"Senang kakek dengar nya, kakek tidak salah memilih kamu menjadi suami anggi, bukan begitu anggi?" Tanya kakek menatap anggi.

Seketika wanita yang di beri pertanyaan seperti itu membelalakkan mata tak percaya sungguh kakek susah di tebak, apa sebenarnya yang di rencanakan.

Kenapa firasatnya tidak enak.

"Ya, benar." Jawab malas anggi terpaksa.

Beruntung dari mana? kenal saja tidak sudah di bilang beruntung sungguh pemahaman kakek nya patut di acungkan jempol.

Anggi menoleh sekilas memperhatikan penampilan pria di samping nya ini, meski tak menyeluruh di lihat tapi lumayan.

Penampilan dan fashion tak buruk, wajah tak jelek dan tak tampan, sejauh ini tutur kata dan sikap nya sopan.

"Dia tak buruk, tapi kenapa mau di jodohkan? tak laku? seperti tidak mungkin. Dan wajahnya kenapa tak asing?" Monolog anggi.

Wanita tersebut terdiam dengar pikirannya, mencari jawaban dari pertanyaan nya, obrolan kakek dan kenan tak sekali dia cela.

Pria yang ingin di jodohkan kakek adrian bernama kenan ardiansyah sumby.

"Oiya, kakek dan anggi kapan kembali?" Tanya kenan.

"Beberapa hari lagi, dan kemungkinan besar rencananya akan menetap di sini, menghabiskan masa tua di negara kelahiran."

"Kok mendadak sih kek? kenapa? apa ada masalah? terus bagaimana dengan perusahaan di sana?" Tanya anggi sedikit terkejut mendengar penuturan sang kakek.

"Kata siapa mendadak? kakek sudah memikirkan ini dari jauh hari, sama hal nya dengan menyiapkan kamu jodoh."

Anggi menghela nafas kasar, tak bisa berkata lagi jika kakek sudah berkata hal seperti itu.

"Kek, apa boleh besok saya ajak anggi jalan?" Tanya kenan meminta izin untuk lebih dekat dengan anggi.

"Boleh, tidak perlu minta izin, kapan saja kamu ingin silakan, bukan begitu anggi?"

"Ya, kapan saja silakan." Tekan anggi pada tiga kata terakhir memberi tatapan tak bersahabat.

Dan hal itu sangat mengemaskan bagi kenan, dan semakin membuat nya tertarik pada anggi………(Bersambung  Bab 213)

 

 

DAFTAR ISI BAB NOVEL

Posting Komentar untuk "Bab 212 Pernikahan Di Atas Kertas "