Bab 210 Pernikahan Di Atas Kertas
Novel berjudul Pernikahan Di Atas Kertas adalah sebuah novel yang bergenre romantis banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas.
Novel ini dapat membuat guncangan emosi yang kuat bagi
pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat pembaca semakin ingin tau
kelanjutan dari cerita nya.
Teman – teman pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada kali
ini saya akan memperkenalkan dan memberikan novel Pernikahan Di Atas Kertas,
Kami yakin anda pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak bersama novel
berikut ini
Novel Pernikahan Di Atas Kertas Bab 210
![]() |
Arka mengantar Anggi ke depan, tak ada percakapan antara
kedua, dan akhirnya diam adalah cara terbaik.
Beberapa menit kemudian taksi pesanan Anggi melalui aplikasi
pun tiba.
Tak menunggu waktu lama, wanita tersebut langsung masuk ke
dalam. Namun sebelum itu dia mengatakan beberapa kata pada Arka.
"Terimakasih untuk hari ini, anda beruntung memiliki
putra dan putri mengemaskan seperti twins A, bahagiakan mereka jangan ada air
mata kesedihan, tapi air mata kebahagiaan. Senang bisa bertemu dengan anda dan
sekeluarga." Ujar jujur anggi merasa kehangatan berada di tengah-tengah
keluarga dirgantara.
"Kamu jangan khawatir karena itu sudah kewajiban yang
harus saya lakukan. Dan yang kamu bilang benar saya beruntung karena memiliki
twins A, tapi keberuntungan saya akan terasa sempurna jika di sisi saya masih
ada istri saya." Ucap Arka menatap teduh anggi.
"Yah, terimakasih sekali lagi atas jamuan nya, saya
harus segera pergi. Assalamu'alaikum." Salam Anggi tak tau harus berkata
apalagi, hati nya kembali merasa ke ganjalan mendengar ucapan Arka.
"Walaikumsalam, Hati-hati di jalan." Balas Arka
yang kini hanya bisa memandang mobil taksi membawa Anggi.
Pria itu kembali masuk kedalam.
Tekad dan keputusan nya sudah bulat, meski awal begitu sakit
bersikap tenang seperti tak terjadi apapun, tapi itu adalah resiko yang harus
dia ambil.
"Daddy, apa benar tante itu tidak akan kemari
lagi?" Tanya abi melihat kedatangan daddy nya.
"Mungkin begitu, emangnya kenapa?" Tanya balik
Arka.
"Oh ya daddy mau tanya kenapa abi dan arin bersikap
seperti tadi sama tante Anggi?" Sambung Arka mengingat perubahan twins A.
"Tidak." jawab abi.
"Tidak apanya? coba jelaskan sama daddy kenapa,
ayo?" Bujuk Arka.
"Daddy, kita tidak ingin dekat sama tante yang mirip
dengan mommy. Arin tidak mau, arin jadi rindu mommy." jujur arin, mata nya
sudah berkaca-kaca.
Arka sejenak terdiam mendengar kejujuran sang putri, semua
pasti begitu berat dan menyiksa kan diri berhadapan langsung dengan seseorang
yang sangat kita rindu kan, tapi tak saling mengenal dari pihak tersebut.
"Oke, tidak apa-apa. Ayo lanjutkan makan nya, setelah
itu istirahat."
*****
Di tempat lain.
Kakek Adrian sudah di periksa dan semua sudah lebih baik
setelah 3 jam di infus dan istirahat penuh.
"Toni, bagaimana? apa kau sudah mencari tau siapa
dalang dari semua ini?" Tanya kakek adrian.
"Sudah tuan."
"Siapa yang berani bermain-main dengan ku?"
"Arka dirgantara, dia adalah pewaris tunggal keluarga
dirgantara dan dia adalah suami dari nona Anggi." Jelas toni panjang
lebar.
"Apa? kenapa dia melakukan ini? apa masalahnya dengan
ku hingga berani bermain kotor seperti ini?"
"Saya tidak tau tuan."
"Coba kamu selidiki, saya yakin semua tindakan pasti
ada alasan nya."
"Siap tuan."
"Oh ya, sebelum itu kita harus ke kantor dulu."
"Baik tuan, mari."
Kedua orang tersebut pun mulai berjalan meninggalkan rumah
sakit.
Tiba di parkiran, pria paruh baya itu masuk ke dalam mobil
kursi penumpang yang sudah di buka lebar oleh Toni.
Tidak menunggu dan membuang banyak waktu lagi Toni melajukan
mobil dan meninggalkan area rumah sakit.
Kakek Adrian menyala kan ponsel, dan berapa kaget melihat
banyak nya panggilan masuk dari Anggi.
Terlihat jelas pada layar ponsel 30 panggilan.
"Toni, apa nona Anggi ada menghubungi mu?" Tanya
kakek Adrian.
"Sejak tadi saya tak memengang ponsel jadi saya kurang
tau apakah nona Anggi menghubungi saya atau tidak." Jawab toni.
"Kira-kira ada apa, kenapa nona Anggi menghubungi saya
berulang kali, apa ada masalah serius yang terjadi padanya saat ini?"
"Kurang tau lagi, kenapa tidak tuan hubungi saja dari
pada menembak-nebak hanya membuat tuan penasaran." Saran toni.
"Pasti, tapi tidak sekarang. Saya akan menghubungi
setelah dari kantor."
"Baiklah jika tuan maunya seperti itu."
Tak ada perbincangan lagi, kedua sama-sama terdiam dengan
pikiran masing-masing.
Ponsel kakek Adrian bergetar.
Dan pria paruh baya itu itu segera mengangkat panggilan dari
si penelpon di sebrang sana.
📞:"Hallo, selama
siang."
📞:....
📞:"Alhamdulillah
kabar saya baik, bagaimana kabar Papa nya?"
📞:"...
📞:"Kakek ada di
Indonesia, ada kerjaan yang harus di selesaikan dan paling lama kembali sekitar
satu minggu lagi."
📞:"....
📞:"Maksudnya
bagaimana, Anggi sekarang di Indonesia?"
📞:"....
📞:"Kakek tidak tau
soal itu, sebelum berangkat Anggi tak berbicara apapun, dan ini juga kakek tau
dari kamu."
📞:"....
📞:"Baiklah, sampai
jumpa nanti."
Panggilan pun terputus, terlihat jelas dari raut wajah kakek
Adrian yang tak tenang sekarang setelah mendapat informasi dari anak teman
kolega nya.
"Tambah kan kecepatan." Perintah nya pada toni.
"Baik."
Kakek Adrian mengotak-atik ponsel mencari kontak anggi, setelah
menemukan dia segera menghubungi nya.
📞:"Hallo,
anggi."
📞:".....
📞:"Datang ke alamat
yang kakek kirim sekarang, jangan kemana-mana sampai kakek tiba."
📞:"....
📞:"Kakek tutup
telpon nya sekarang."
Di dalam taksi, wanita tersebut bingung seperti orang bodoh
menatap layar ponsel.
Ucapan tegas dan perintah kakek seperti tidak bisa di bantah
membuat anggi terus berpikir sebenarnya apa yang terjadi.
Terdengar dari nada suara kakek menahan amarah.
"Ada apa ini? kenapa aku merasa aneh... ets, tunggu,
dari mana kakek tau aku berada di Indonesia, bukannya tadi aku belum mengatakan
apapun tentang keberadaan ku?" Gumam anggi bertanya-tanya.
"Huft, apa kakek menempatkan mata-mata di dekat ku?
Tapi apa mungkin kakek melakukan hal berlebihan seperti ini?" Sungguh
semua ini sangat menganggu pikiran anggi.
Wanita itu bahkan tidak bisa berpikir tenang sekarang,
pikiran nya sudah bercabang banyak dengan gelisah melanda dalam dirinya.
Menarik dan menghela nafas, menenangkan diri agar tidak
terlalu banyak pikiran. Wanita itu sudah sedikit lebih tenang sekarang.
Tidak lama kemudian, taksi yang di tumpangi berhenti sesuai
arahan lokasi yang di berikan anggi pada sopir.
Anggi keluar dan melangkah masuk ke dalam tempat yang di
katakan kakek tadi.
Mengedarkan pandangan seluruh tempat, terlihat sejuk, indah
dan cantik di mata anggi.
Tempat yang dikatakan kakek Adrian sebagai tempat janjian
mereka bertemu ternyata adalah sebuah rumah mewah.
Dan sekarang sudah dapat anggi pasti kan dan sangat yakin
jika ini adalah mansion milik kakek.
"Selamat datang nona, mari masuk." Tunduk hormat
para pelayanan.
Mereka sudah mendapat kabar dari kakek adrian jika cucunya
akan kemari, dan tidak sulit untuk mereka ketahui.
Paras dan fashion anggi sudah begitu jelas menggambarkan
jika wanita tersebut adalah orang berada.
"Terimakasih, apa kakek sudah tiba?" tanya anggi,
sebab tunduk hormat penyambutan mereka seperti sudah mengetahui dan tidak
mungkin semua di perlakukan seperti ini bukan?
"Belum nona. Tuan besar tadi menghubungi kami dan hanya
memberi perintah agar kami menyambut kedatangan nona."
"Oh seperti itu." Angguk paham anggi.
"Mari nona." Mempersilahkan anggi untuk jalan
duluan.
"Terimakasih."………(Bersambung Bab 211)
Posting Komentar untuk "Bab 210 Pernikahan Di Atas Kertas "