Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Bab 209 Pernikahan Di Atas Kertas

Novel berjudul Pernikahan Di Atas Kertas adalah sebuah novel yang bergenre romantis banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas.

Novel ini dapat membuat guncangan emosi yang kuat bagi pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat pembaca semakin ingin tau kelanjutan dari cerita nya.

Teman – teman pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada kali ini saya akan memperkenalkan dan memberikan novel Pernikahan Di Atas Kertas, Kami yakin anda pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak bersama novel berikut ini

Novel Pernikahan Di Atas Kertas Bab 209


Abi dan arin kini menjadi pendiam setelah mendapat penjelasan dari anggi. Permohonan doa keduanya ternyata masih belum di kabul kan.

Terpapar jelas dari wajah kedua yang begitu lesuh tak bersemangat terus menundukkan kepala kebawah.

Melihat perubahan pada kedua cucunya, orang tua arka menjadi khawatir sekaligus penasaran apa sebenarnya yang terjadi.

Tidak mungkin hal seperti ini kebetulan, sikap kedua cucunya seketika berubah seperti power rangers, awal ceria akhir menegangkan.

Sama halnya dengan anggi yang sejak tadi tiba dan duduk gabung bersama opa oma dari twins A tidak juga mendengar sepatah kata keluar dari mulut mereka.

Keadaan dan situasi seperti ini membuat nya merasa canggung, berada di tengah-tengah orang yang tak di kenali dan juga bukan keluarga.

Anggi memutar otak mencari solusi untuk keluar dari situasi aneh menurut nya.

"Apa yang harus aku perbuat, jika terus seperti ini aku merasa seperti sedang menjalani sidang di pengadilan." Monolog anggi.

"Ayo anggi keluarkan bakat mu, situasi seperti ini hanya akan membuat kamu benar-benar bisa gila." Lagi dan lagi anggi hanya bisa bermonolog.

"Apa yang terjadi? kenapa semua terdiam?" Tanya arka berjalan menghampiri keluarga yang duduk santai.

Namun wajah dan situasi bukan seperti sedang duduk santai, tapi seperti menghadapi keadaan yang sangat menegangkan.

"Tunggu kedatangan mu." Jawab asal anggi memandang arka yang terus melangkahkan kaki mengarah pada duduk mereka saat ini.

"Oh seperti itu. Eth, kok aku sih? emangnya ada hal penting yang ingin kalian bicarakan?" Bingung arka langsung menatap anggi.

"Tidak, hanya menanti aja. Emangnya kalau menunggu seseorang harus ada hal yang penting ya?" Tanya balik anggi balas menatap arka.

Pria tersebut hanya tersenyum kecil mendapat tatapan anggi yang selalu terlihat cantik dan indah bagi nya.

Kali ini arka sudah memikirkan solusi untuk mendapat aqila kembali. Cara nya kali ini tidak akan ada pemaksaan, dia hanya ingin semua berjalan seperti air tanpa ada masalah atau mempersulit lainnya.

Mengenang awal masa lalunya begitu buruk menjalin hubungan sama aqila, kini dia sudah bertekad akan mengubah semua menjadi indah.

"Kenapa menatap ku?" Tanya anggi tidak mendapat jawaban dari arka melainkan tatapan aneh membuat nya menjadi risih.

"Tidak." Balas arka mengalihkan pandangan nya pada anak-anak nya.

Perubahan pada pria di depannya ini sungguh berhasil membuat Anggi melongo.

"Ada apa dengan dia? kenapa mendadak berubah seperti tidak terjadi apapun?" Batin Anggi tak lepas memandang bingung penuh pertanyaan di benak nya dengan perubahan arka.

Menyadari sejak tadi terus di perhatikan oleh anggi, arka kembali menatap nya dengan menaikan kedua alis nya.

Dan sontak saja hal tersebut membuat anggi langsung berpaling, salah tingkah terus menatap arka kini membuat nya menjadi wanita bodoh seperti kepergok sedang mencuri.

Merutuki kebodohannya, bagaimana bisa merasa kagum dengan sikap tenang pria tersebut sekarang.

Jelas-jelas pria tersebut tadi begitu kasar, dan kenapa sekarang mendadak berubah 180° menjadi pria dewasa yang manis?

"Ti_dak." Gugup anggi.

"Hmmm." Hanya deheman balasan tanggapan yang di berikan arka.

"Bibi." Panggil arka.

"Iya, Tuan."

"Makan siang sudah ada?" Tanya arka.

"Sudah Tuan, apa sekarang mau makan?"

"Iya, bibi bisa kembali, kami akan kesana."

"Yah sudah sekarang kita makan siang dulu." Ajak arka beranjak menggandeng tangan kedua anaknya.

Sikap tenang arka seketika berhasil membuat anggi terhipnotis, entah apa sebenarnya yang terjadi, anggi benar-benar menyukai itu.

Kedua bola matanya lekat menatap pria tersebut, tanpa terputus.

"Pria ajaib, sikapnya seperti ini seakan tadi hanyalah mimpi yang tak pernah terjadi." Batin anggi.

Wanita tersebut beranjak bangkit dari duduk nya mengikuti langkah arka.

Sedangkan kedua orang tua arka hanya tersenyum melihat perubahan sikap putra nya begitu manis seperti pria sejati.

"Mama senang melihat sikap kamu seperti ini Ka, kamu benar-benar menunjukkan putra dirgantara yang sejati." Monolog mama diana bahagia.

"Kamu sekarang sudah menunjukkan pria sesungguhnya, Papa harap ini bukanlah sementara." Monolog Papa beni.

Mereka kini telah duduk mengisi bangku kosong. Anggi duduk berhadapan dengan arka. Sedangkan abi dan arin di samping daddy nya.

Sebenarnya ada rasa mengganjal di hati nya melihat kedua bocah tersebut seperti menjauhi nya.

Namun Anggi tak bisa berkata apapun, dia bukan siapa-siapa dari mereka, bagaimana bisa protes, meski ada sedikit rasa sakit pada hati nya.

Wanita tersebut memandang sedih menatap twins A, dan arka yang tak sengaja menoleh pada anggi pun menyadari.

"Arin, tidak mau duduk di sebelah mommy?" Tanya arka buka suara.

"Tidak, Dad. Arin di sini saja." Tolak arin sambil menggeleng kepala.

"Abi?" Arka berpindah menatap nya.

"No." Jawab singkat Abi dengan wajah dingin nya.

Arka menjadi bingung sebenarnya apa yang terjadi, kenapa mendadak anak-anak nya tidak ingin berdekatan dengan anggi, tidak seperti awal begitu lengket.

Pria tersebut menatap anggi yang tampak sedih dari raut wajah terlihat jelas.

"Aku tau kamu pasti sedih sekarang, maaf tidak bisa berbuat banyak." Batin arka.

"Ayo makan, Anggi mau yang mana?" Buka suara mama diana mengalihkan topik.

"Rendang dan puyunghai saja." Jawab Anggi.

Mama diana pun menyendok memberi makanan yang di sebut anggi ke piringnya.

"Terima kasih." Tulus anggi dengan senyum kecil mengukir di bibirnya.

"Sama-sama, ayo makan."

Mereka pun mulai menikmati hidangan makan siang dengan lahap tidak ada perbincangan di meja makan.

Anggi makan, sesekali mencuri pandang melihat twins A.

"Kenapa aku sedih, bukannya ini yang aku mau, tapi kenapa aku merasa kehilangan?" Monolog Anggi.

Wanita itu segera menghabiskan sarapan nya, dia tidak ingin berlama-lama berada di sini, itu hanya akan membuat perasaan nya tak menentu.

Sekarang sudah memasuki 10 sendok terakhir, dan piring nya sudah bersih tanpa sisa makanan.

"Alhamdulillah."

"Mau tambah lagi?" Tawar mama diana melihat piring Anggi sudah bersih.

"Tidak, terimakasih. Oh ya maaf saya tidak bisa lama-lama, sekarang saya harus pergi." Ucap Anggi.

"Kenapa buru-buru?" Tanya mama diana.

"Masih ada kerjaan yang harus saya urus sekarang. Terimakasih untuk hidangan makan siang nya." Tulus Anggi, lalu beranjak dari bangku.

"Arka, antar Anggi." Perintah mama diana menoleh pada putra nya.

"Tidak perlu repot-repot, kalian bisa lanjutkan sarapannya. Saya bisa sendiri."

"Sama sekali tidak merepotkan, jangan sungkan seperti ini."

"Ya sudah begini saja, antar saya ke depan karena saya sudah memesan taksi online dan tidak mungkin saya cancel begitu saja, bukan?" Ujar Anggi.

Wanita itu tidak ingin lebih dekat dengan keluarga dirgantara, ini adalah pertama dan terakhir pikir nya.

Berada di sini dan melihat perubahan sikap twins A hanya membuat hati nya sakit dan menimbulkan banyak pertanyaan melayang di benak nya.

"Baiklah jika seperti itu, tante tidak bisa memaksa kamu. Semoga di lain waktu kita bisa bertemu kembali." Harap mama diana yang masih ingin bisa bertemu lagi.

"Seperti nya tidak mungkin, saya akan segera kembali ke negara asal saya." Sahut Anggi jujur.

"Negara asal? di mana?" Tanya papa beni buka suara, diam nya sejak tadi menyimak kini sudah membuat nya menjadi penasaran.

Berbeda dengan Arka masih tetap tenang, jujur saat ini dirinya sangat penasaran, tapi dia membiarkan orang tuanya yang bertanya karena semua pertanyaan mereka sama hal dengan apa yang ada di benak nya………(Bersambung  Bab 210)

 

 

DAFTAR ISI BAB NOVEL

Posting Komentar untuk "Bab 209 Pernikahan Di Atas Kertas "