Bab 206 Pernikahan Di Atas Kertas
Novel berjudul Pernikahan Di Atas Kertas adalah sebuah novel yang bergenre romantis banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas.
Novel ini dapat membuat guncangan emosi yang kuat bagi
pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat pembaca semakin ingin tau
kelanjutan dari cerita nya.
Teman – teman pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada kali
ini saya akan memperkenalkan dan memberikan novel Pernikahan Di Atas Kertas,
Kami yakin anda pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak bersama novel
berikut ini
Novel Pernikahan Di Atas Kertas Bab 206
![]() |
Tiara terduduk termenung di kursi kebesaran nya, ingatan
tentang kejadian kemarin mendadak terlintas kembali di benak nya.
Kejadian yang sangat di benci seumur hidup, bahkan dia
merasa seperti wanita murahan sekarang.
"Kamu berubah Mas, apa semua ini karena dia, hingga kamu
seperti ini? aku gak nyangka kamu yang sekarang begitu tak menghormati wanita
lagi." Isak tangis tiara tak bisa terbendung lagi, dan sekarang wanita itu
menangis mengeluarkan sesak di dada nya.
Tiara memukul kuat dada nya yang mendadak merasa sesak, wajahnya
begitu lesu, air mata bercucuran tak henti berjatuhan membasahi wajah cantik
nya.
Sesaat, mungkin dia bisa melupakan semua masalahnya, tapi
jika menyendiri secara tak langsung tanpa di minta semua kenangan buruk
terlintas kembali begitu saja.
"Kenapa setelah enam tahun, aku harus di pertemuan lagi
dengannya? apa rencana mu, Ya Tuhan? jika dia jodohku kenapa begitu banyak
siksaan? aku tidak ingin semua ini, aku ingin bahagia, bukan dengannya yang
sudah menancapkan luka begitu dalam padaku."
Merasa lelah dengan semua masalah hidup nya, wanita tersebut
menyeka sisa air matanya dan menata rapi penampilan yang berantakan.
Sudah cukup menangis dan mengeluh, sekarang waktunya
bangkit, setelah ini tak akan ada kesedihan melanda dalam hidup nya lagi.
Tiara berjanji pada dirinya sendiri, mulai sekarang hanya
akan ada senyuman dan ucapan terimakasih atas kebahagiaan yang di berikan.
"Huftt." Menarik nafas panjang dan menghembus
pelan, tiara menenangkan diri agar tak berlarut dalam kesedihan yang tak tau
kapan berakhir jika terus seperti ini.
"Tiara stop melihat ke belakang, lihat kedepan masa
depan loh bukan di belakang jadi alangkah baik melupakan semua, anggap tak
pernah terjadi apapun selama ini, ingat orang jahat adalah orang yang sudah
membuat kamu berubah sejauh ini. Kata maaf mudah terucap dari bibir tapi sulit
untuk menyikapi orang yang sudah menggores luka begitu dalam." Ucap nya
pada diri sendiri.
...*****...
Setelah membantu arin berganti pakaian, sekarang berganti
berpindah mengurus abi.
"Mommy, kenapa arin tidak punya burung?" Celetuk
arin terus memperhatikan anggi yang membuka satu persatu seragam sekolah
berganti dengan pakaian rumah.
"Kenapa arin bertanya seperti itu?" Tanya anggi
yang bingung.
"Arin suka dan arin mau punya abi." ucap arin
polos.
Secara spontan bocah pria itu menutup pusaka nya dengan
kedua tangan mungil nya.
Dan anggi menyunggingkan senyum manis di bibirnya yang
tipis, melihat tingkah lucu kedua bocah tersebut sungguh mengemaskan.
Wanita itu tak habis pikir dengan pertanyaan dan keinginan
arin berasal dari mana, kenapa bisa sejauh ini.
"Sayang sini, ayo." Menepuk samping kasur tempat
duduk nya sekarang.
Mengangguk, dan berjalan mendekati anggi yang duduk di
samping abi dengan pakaian rapi sudah di ganti.
Wanita itu mengangkat kecil tubuh arin berpindah untuk duduk
di pangkuannya.
"Tante mau tanya, kenapa arin ingin punya seperti
abi?" Penasaran anggi entah kenapa ingin mendengar alasannya.
"Arin suka saja, arin pegang gemas. Pokoknya arin mau
yang punya abi, mommy bisa kasih kan?"
"Sayang, itu tidak bisa. Arin perempuan dan abi
laki-laki. Coba tante tanya, kenapa arin cantik, tapi abi ganteng?"
"Arin cantik karena perempuan, dan abi ganteng karena
laki-laki."
"Nah, kalau begitu milik abi yang ingin arin punya itu
hanya bisa dimiliki laki-laki, bukan perempuan. Begitu pun sebaliknya milik
arin tidak bisa di miliki abi, karena itu hanya milik perempuan." Jelas
anggi begitu talenta.
"Kenapa seperti itu mommy?"
Namun kali ini anggi terdiam sejenak bingung harus menjawab
apa, pasalnya bocah perempuan itu tidak henti memberi pertanyaan konyol. Kecil
pertanyaan nya mampu membuat otaknya bekerja keras.
"Aduh, kenapa arin terus bertanya, jawaban apa yang
harus aku berikan jika seperti ini?" Monolog anggi.
"Mommy kenapa?" Desak arin mengguncangkan tubuh
anggi.
"Iya sayang, sabar."
"Arin kenapa banyak tanya? arin jika seperti ini mommy
akan pergi tidak betah dengan cerewet nya arin." ucap abi kesal dengan
cerewet kembarannya.
"Maaf mommy, arin janji tidak akan banyak tanya lagi,
mommy jangan pergi ya."
Dengan cepat arin menarik kembali pertanyaan untuk tidak
perlu di jawab, bocah perempuan itu takut perkataan abi benar, mommy nya akan
meninggalkan mereka.
Bocah itu memeluk erat anggi dengan mata berkaca-kaca. Dia
tak ingin kehilangan mommy nya untuk kedua kali.
Perasaan Anggi selalu saja seperti ini, perasaan hangat dan
nyaman di dekat kedua bocah ini.
Namun tak bisa di jelaskan, perasaan apa sebenarnya yang di
rasakan. Tapi satu hal yang bisa dia katakan sekarang, kedua bocah tersebut
memiliki daya tarik tersendiri yang mudah memikat hati nya menyukai mereka.
Anggi membelai lembut rambut arin."Sayang lihat
tante."
"Tidak, mommy pasti akan pergi tinggalin arin dan abi
lagi kan? arin tidak mau. Arin janji tidak cerewet." Bocah itu masih
enggan mengikuti perintah Anggi menatap nya.
"Arin sayang, coba lihat tante." bujuk Anggi lagi tidak
menyerah.
"Tidak, arin tidak mau mommy. Hiks.... hiks... hiks....
" kini tangis bocah perempuan itu pun pecah.
Mendengar tangisan arin dari kamar abi, pria itu mengerakkan
kaki lebih cepat, khawatir dengan kondisi anak perempuannya.
Cekrek...
Bunyi pintu terbuka.
Arka langsung masuk, dan matanya mencari kedua anaknya yang
sekarang sedang duduk di tepi tempat tidur.
Namun dia masih belum mengetahui siapa sosok wanita yang
membuat anaknya menangis di pangkuannya. Sebab wanita itu menunduk dengan tangan
kanan mengelus rambut belakang arin. Entah dengan niat apa wanita itu
melakukan, tapi hal tersebut tidak di sukai Arka sama sekali.
Tanpa berkata, pria itu berjalan mendekat dan langsung
merebut paksa tanpa kelembutan mengambil arin membawa ke dalam pelukannya, dia
tak begitu melihat sosok wanita itu karena di matanya perempuan yang mendekati
anak-anak nya pasti memiliki niat terselubung, apalagi jika bukan ingin menjadi
istri nya.
Sampai kapan pun pria itu tak akan menikah lagi, memikirkan
saja tidak pernah.
Dorongan kuat Arka mengambil arin dalam pangkuan yang masih
memeluk Anggi, kini sudah menyakiti wanita itu hingga terdorong kebelakang,
syukur tubuh nya terjatuh di atas kasur yang empuk bukan di lantai yang keras.
"Dasar wanita murahan! apa kau pikir dengan cara
seperti ini mendekati anak-anak ku, kau bisa menjadi istri saya dan ibu sambung
untuk twins A? jangan harap, tetap lah bermimpi karena sampai kapan pun itu
tidak akan terjadi." Maki Arka yang belum menyukai sosok wanita tersebut.
Anggi tak bergeming, pendengarnya masih setia mendengar
kata-kata yang keluar dari mulut kasar pria tersebut, entah siapa pria itu
seenak jidat memaki nya seolah dia adalah wanita rendahkan mengejar cinta pria
bermulut cabe.
Kondisi anggi saat ini tertidur berbaring dengan menyamping,
rambut panjang terurai sedikit menutup wajah dari arah pandang Arka hingga pria
itu benar-benar tidak bisa melihat ataupun mengenali sosok wanita tersebut.
Anggi enggan untuk bangun, dia masih ingin mendengar cacian
apa lagi yang akan di keluar dari pria bermulut pedas itu padanya.
"Dasar pria gila."………(Bersambung Bab 207)
Posting Komentar untuk "Bab 206 Pernikahan Di Atas Kertas "