Bab 196 Pernikahan Di Atas Kertas
Novel berjudul Pernikahan Di Atas Kertas adalah sebuah novel yang bergenre romantis banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas.
Novel ini dapat membuat guncangan emosi yang kuat bagi
pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat pembaca semakin ingin tau
kelanjutan dari cerita nya.
Teman – teman pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada kali
ini saya akan memperkenalkan dan memberikan novel Pernikahan Di Atas Kertas,
Kami yakin anda pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak bersama novel
berikut ini
Novel Pernikahan Di Atas Kertas Bab 196
![]() |
Tiara berdiam melihat orang yang tak ingin dia jumpai hingga
kapan pun itu, tapi kenapa sekarang takdir berkehendak lain.
Wanita itu tidak mungkin pergi begitu saja, dia harus
profesional tidak boleh membawa masalah pribadi ke dalam kerjaan.
Dengan berat hati dia melangkah melewati pria yang tak ingin
dia kenal begitu saja, tak ada kata menyapa keluar dari mulut, pertemuan kedua
bagi nya seperti orang asing yang tak saling kenal.
Menyapa juga tak penting lagi untuk nya, masa lalu akan
tetap menjadi masa lalu yang tak akan masuk ke dalam masa depan.
Benci? tiara tak membenci farel, tapi kata yang tepat
mewakili perasaan nya saat itu hingga sekarang ini adalah kecewa. Dia begitu
kecewa pada pria bernama farel, pria yang sudah membuat nya jatuh cinta kurang
lebih hampir lima tahun, hati nya selalu mengingat satu nama tak pernah
berpaling ke pria lain meski saat itu cinta nya sepihak tidak ada balasan.
Namun semua cinta nya di bakar begitu saja tanpa ada tersisa
untuk kembali di kembangkan.
Tiara dan sekretaris nya berjalan menuju letak posisi
kursinya berada.
Farel tak henti memandang wanita yang membuat nya hampir
gila selama enam tahun ini. Dia memang tak pernah mencari keberadaan tiara,
tapi semua bukan karena tidak sayang atau apa namanya. Pria itu hanya tidak
ingin kehadirannya setelah banyak memberi luka membuat tiara membenci nya.
Dia menyesal kenapa saat kehilangan tiara baru menyadari
perasaannya, kenapa tidak sejak dulu saat wanita itu masih menunggu jawaban dan
berharap cinta nya.
Pandangan nya tak berpindah ke mana pun selain ke tiara, dan
wanita tersebut merasa risih makin kesini, tapi masih bersikap santai tidak
terjadi apapun.
"Tenang tiara, tenang. Dua jam tidak lebih, lalu pergi
dari sini dan anggap pertemuan ini tak pernah terjadi." Monolog tiara
menenangkan diri sendiri.
Entah kenapa jantung nya berdebar-debar.
"Aku merindukan mu Ra, akhirnya Allah mempertemukan
kita setelah enam tahun, kamu sekarang berubah makin cantik, apa sekarang kamu
sudah menikah?" Monolog farel bertanya-tanya memandang penuh kerinduan.
Dewi yang sejak tadi diam memperhatikan tiara menyimpan
besar kerinduan di kedua bola matanya, ingin sekali saat itu dia bangkit dan
memeluk meluapkan perasaannya.
Kepergian tiara juga menjadi pukulan bagi nya, tak ada lagi
teman curhat yang bisa di jadikan tempat bersandar meluapkan keluh kesah nya.
Sekarang kehadiran tiara sedikit membuat nya lega.
"Alhamdulillah, kamu baik-baik saja Ra. Kemana saja
kamu selama ini, kenapa baru kembali?" Monolog dewi kedua mata nya sudah
berkaca-kaca, dan bian menyadari diam nya sang istri langsung menggenggam erat
tangan nya.
Dewi menoleh pada bian dan pria itu mengangguk semua
baik-baik saja.
Beberapa menit kemudian tender di mulai, masing-masing dari
mereka mempresentasikan proyek.
Dan sekarang giliran tiara, betapa terkejut ketiga pria dan
seorang wanita yang mengenal nya mendengar nama perusahaan yang kini tiara
wakili mengikuti tender besar.
"Aksa arga group." Batin ke empat orang tersebut
bersamaan.
Mendengar marga Aksa seperti tidak asing di telinga mereka.
"Ya, Aksa. Itu adalah marga keluarga DIA. Tapi apa
hubungan nya dengan tiara, bagaimana tiara bisa bekerja dengan perusahaan
nya?" Monolog bian menatap tiara.
"Marga itu adalah dalang penculikan aqila istri ku. Apa
wanita ini ada hubungannya dengan mereka? awas jika benar tidak akan aku ampuni
meski kau wanita yang di cintai kakak ipar ku sendiri." Monolog arka
berjanji penuh tekad menatap tajam tiara.
"Kenapa tiara bisa berada di sana, apa sebenarnya yang
terjadi?" Farel pun sama kepikiran.
Beberapa menit kemudian...
Tiara kembali duduk di bangku nya.
...*****...
Di kediaman Aksa...
"Om, beberapa hari kedepan anggi akan ke Australia
untuk masalah kerjaan, anggi minta tolong Om jagain kakek dan perusahaan selama
anggi tidak ada. Dan oh iya satu lagi lusa perwakilan orang kita di perusahaan
jakarta akan ke sini mohon bantuannya." Pinta Anggi.
"Berapa hari di sana? kenapa mendadak seperti
ini?"
"Tiga hari. Maaf anggi baru sempat, banyak kerjaan
hingga melupakan dan baru sekarang." Jelas anggi.
"Anggi." Panggil kakek.
"Iya, Kek." Sahut Anggi menoleh.
"Setelah balik dari Australia, kakek minta kamu
istirahat biarkan kerjaan Om Toni yang handel dan kakek tidak ingin dengar
bantahan apapun dari kamu." Tegas kakek tidak ingin di bantah.
"Duh... duh... duh... kakek Anggi galak amat sih,
keluar deh jiwa mafia nya." Goda Anggi.
"Benar kan, Om?" Sambung anggi bertanya pada Toni.
"Om gak tau itu."
"Ihs, Om apaan sih. Gak bisa di ajak becanda deh."
sebal Anggi berniat menggoda kakek malah sebaliknya.
"Hahahahha.... " Kedua pria tersebut tertawa
terbahak-bahak puas melihat wajah kesal Anggi.
Ketiga orang tersebut berbincang kecil mengisi waktu kosong
menanti makan malam.
Skip meja makan....
"Anggi, setelah makan langsung istirahat jangan
begadang, kakek tidak ingin kamu drop tiba di sana." Pesan kakek di sela
makan malam mereka.
"Siap kek." Sahut Anggi kembali mengunyah makanan.
"Jangan siap-siap, tapi harus lakukan."
Mempertegas kan, ulang.
"Iya, kek Anggi janji."
Mendengar ocehan kakek tidak ada henti seperti biasa begitu
cerewet, wanita itu menyendok laut menuangkan ke piring kakek.
"Kakek harus makan yang banyak, bukannya leader mafia
harus kuat dan tangguh, jadi habis kan semua ini." Senyum tipis Anggi
mempersilahkan kakek makan.
"Kakek kuat sayang, seharusnya kamu yang banyak makan
biar sehat dan kuat seperti kakek bukan sebaliknya."
"Iya, Anggi makan banyak, tapi kakek juga."
Setelah hidangan makan malam selesai.
"Anggi sebentar ada yang ingin kakek katakan
padamu." Cegah kakek saat Anggi akan bangkit.
"Ada kek?" Penasaran Anggi menatap pria tua
tersebut terlihat serius.
Wajah kakek adrian saat ini berbeda dari sebelum saat
bicara, wajah yang sekarang mendadak serius seperti ada hal penting ingin di
sampaikan.
"Besok kakek akan ke Indonesia dan mungkin akan berada
di sana selama satu minggu."
"What? kenapa mendadak seperti ini? ada urusan apa ke
Indonesia? kenapa tidak tunggu Anggi saja biar kakek gak sendirian pergi
nya."
"Ada yang harus kakek selesai kan segera dan tidak bisa
ditunda."
"Ya sudah kalau seperti itu kakek jaga diri baik-baik,
Anggi akan nyusul setelah balik nanti."
"No... no... no... Kamu tetap stay di sini tidak boleh
nyusul kakek, paham?" Tegas kakek cepat tidak ingin hal itu sampai
terjadi.
Anggi mengerutkan kening dengan penolakan sang kakek kenapa
begitu aneh menurut nya, jika tidak di perbolehkan kenapa harus bersikeras
seperti orang ketakutan.
Entah kenapa hati nya merasa sedikit keganjalan dengan sikap
kakek yang bersih keras setiap dia ingin ke Indonesia selalu menghalangi.
Wanita itu sudah dari tahun kemarin ingin terjun langsung
melihat keadaan perusahaan di Indonesia, tapi tak pernah bisa.
"Kenapa kek, Anggi bingung kenapa kakek selalu melarang
Anggi, apa ada alasan tersendiri yang tidak ingin kakek berbagi seperti
permintaan Anggi meminta kakek keluar dari mafia?" Tanya Anggi sudah
sangat penasaran apa yang di sembunyikan.
"Ya, kakek punya alasan tersendiri dan kamu akan tau
jika sudah waktunya. Sekarang kakek harap kamu bisa mengerti jangan bertanya
kenapa." Kakek bangkit dan meninggalkan Anggi tidak puas dengan jawaban
kakek.
Jika saja kakek jelaskan pasti dia akan mengerti seperti apa
yang di jelas kan om Toni padanya.
"Kakek selalu saja begini." Batin Anggi………(Bersambung
Bab 197)
Posting Komentar untuk "Bab 196 Pernikahan Di Atas Kertas "