Bab 193 Pernikahan Di Atas Kertas
Novel berjudul Pernikahan Di Atas Kertas adalah sebuah novel yang bergenre romantis banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas.
Novel ini dapat membuat guncangan emosi yang kuat bagi
pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat pembaca semakin ingin tau
kelanjutan dari cerita nya.
Teman – teman pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada kali
ini saya akan memperkenalkan dan memberikan novel Pernikahan Di Atas Kertas,
Kami yakin anda pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak bersama novel
berikut ini
Novel Pernikahan Di Atas Kertas Bab 193
![]() |
Empat tahun telah berlalu, hidup bergelimang harta dan
mengurus properti di miliki kakek nya membuat perempuan berparas cantik tersebut
hanya sedikit memiliki waktu bersama sang kakek.
Meski sibuk bekerja, anggi selalu menyempatkan diri untuk
menyisihkan waktu bersama kakek satu-satunya keluarga yang di punya.
Setelah sadar dari koma dan mendengar penjelasan dari nya
anggi percaya, sebab tak sedikit di wajah pria tua itu berniat jahat, di
wajahnya terlihat tulus.
Senyuman dan kebahagiaan terpancar di wajahnya dan itu
membuat anggi yakin tidak ada kebohongan dari penjelasan pria tua yang di
panggil kakek adrian tersebut.
"Kek, sudah empat tahun setelah anggi sadar dari koma,
kakek terus menempatkan bodyguard di samping ku. Ayolah kek anggi bukan anak
kecil lagi, kemarin anggi bisa ngerti dan sekarang makin kesini anggi merasa
gak nyaman." protes anggi yang sedang duduk menyantap sarapan pagi bersama
kakek.
"Anggi semua yang kakek lakukan semata demi keselamatan
kamu. Berapa kali sudah kakek bilang dan tegas kan, kakek seorang mafia bahkan
pemimpin yang jelas banyak musuh di luar sana dan kakek tidak ingin nyawa anggi
jadi celaka." Jelas kakek memberi pengertian pada wanita di samping nya
tak menjawab seperti sedang memikirkan ucapannya.
"Kenapa kakek tidak keluar saja dari jabatan kakek
sekarang, atau tidak kakek bubarin mafia kakek." Ucap anggi dan langsung
mendapat tatapan tajam.
"Kakek, anggi berk_"
"Sekarang anggi berangkat, kasihan om toni sudah tunggu
sejak tadi." Ucap kakek cepat memotong perkataan anggi.
Anggi hanya bisa menghela nafas berat selalu saja seperti
ini, kakek adrian meluapkan amarahnya dengan mengusir pergi.
Tak pernah sepatah kata keluar dari mulut kakek memarahi
atau membentak nya.
Pria tua itu selalu merendam semua amarah dengan mengusir
jauh dirinya dari sisi nya.
"Maaf. Anggi berangkat, assalamu'alaikum." Salam
nya meraih punggung tangan kakek menyalim dan meninggalkan meja makan.
"Walaikumsalam." Sahut kakek.
Kepergian anggi, dia terus memandang dengan tatapan sedih.
Keluar dan bubarin mafia adalah suatu hal yang tidak bisa di lakukan,
bertahun-tahun dia hidup dan hanya punya mafia yang di bentuk.
Meski pria tua itu bergelimang harta sekarang, mafia tetap
nomor satu karena tanpa adanya mafia tak akan ada harta sebanyak ini yang di
miliki.
Dan tanpa adanya mafia juga, tak mungkin saat ini dia
bersama anggi.
Rasa sayangnya pada anggi sangat besar, dan semua harta yang
di miliki sudah di wariskan sepenuhnya pada anggi.
Dalam perjalanan menuju perusahaan wanita berparas cantik
yang memiliki rambut panjang hitam pekat tersebut terdiam.
Toni orang kepercayaan kakek adrian tangan kanan dari
pemimpin mafia terus memperhatikan anggi sejak berada di dalam mobil melamun.
Perbincangan kakek dan cucu tadi semua di dengar nya tanpa
ada yang terlewatkan.
"Apa nona baik-baik saja?" Tanya Toni memberanikan
diri, pria itu sudah menganggap anggi sebagai anaknya.
"Iya Om." Jawab anggi terdengar tidak baik-baik.
"Nona jangan sedih, kakek melakukan ini ada alasan nya
jadi saya berharap nona bisa mengerti. Di hidup kakek sekarang hanya memiliki
nona tidak ada yang lain, semenjak kejadian itu kakek hidup seorang diri tanpa
ada yang berada di sisiNya selain anggota mafia yang di bangun kakek
sendiri." Toni berhenti sejenak memberi jedah melihat ekspresi anggi lalu
kembali menjelaskan.
"Hidup kakek saat itu sangat menderita dan tersiksa,
hari-hari di jalani tak ada senyuman, tapi setelah kehadiran nona kakek kembali
tersenyum menjalani hidup nya." Sambung nya lagi memandang anggi lewat
kaca mobil.
"Maksud Om kehadiran?" Tanya anggi merasa aneh
dengan ucapan nya.
"Ya maksud saya kehadiran kesadaran dari koma."
Ucap Toni berdusta.
Pria itu hampir saja melakukan kesalahan, syukur wanita
tersebut mempercayai perkataan nya.
"Maaf, anggi gak tau. Sebegitu menderitanya kakek setelah
sepeninggalan mereka. Terimakasih sudah menceritakan semua ini pada anggi
Om." Tulus anggi sekarang mengerti kenapa begitu keras kakek
mempertahankan mafia ternyata ada alasan tersendiri.
Tapi hal yang membuatnya bingung kenapa kakek tidak
menceritakan ini, jika saja kakek bercerita dia pasti akan mengerti dan tidak
akan terus memaksa.
"Sama-sama, saya harap setelah ini nona bisa mengerti,
saya sedih melihat hubungan nona dan kakek rusak hanya karena masalah yang
sama." Ungkap Toni.
"Iya Om, sekali lagi anggi mengucapkan banyak
terimakasih. Jika saja Om tidak menjelaskan pasti sampai sekarang dan mungkin
untuk seterusnya anggi sama kakek akan seperti ini, kakek tak kunjung
menceritakan apa alasan sebenarnya." Ucap anggi jujur yang sudah berulang
kali berbicara hal sama pada kakek.
"Sekarang nona sudah lebih baik kan?"
"Iya Om. Anggi sudah jauh lebih baik dari
sebelumnya."
Pikiran yang menjadi beban nya sekarang sudah hilang di bawa
angin. Dia tak lagi merasa sedih dan kini hanya ada senyuman menyambut pagi
yang cerah.
...*****...
Di tempat anggi saat ini pagi, tapi di Indonesia sekarang
menunjukkan waktu pukul tujuh malam.
Arka baru saja pulang kerja, akhir ini pria tersebut pulang
malam.
Twins A melihat kedatangan daddy nya menjadi heboh.
"Daddy." Panggil arin berlari menghampiri pria
yang sudah menjadi dua sosok figur sekaligus dalam kehidupan mereka.
"Sayang, jangan lari bagaimana kalau jatuh nanti?"
Tegur Arka khawatir putri nya terluka.
"Maaf daddy, arin rindu daddy." Ucap bocah
tersebut dengan wajah gemas nya.
Berbeda dengan Abi terlihat biasa tidak seheboh kembaran
nya.
Bocah itu berlagak seperti orang dewasa, cuek masa bodoh.
"Boy, apa kau tidak merindukan daddy mu?" Tanya
Arka menoleh pada sang putra.
"No. Daddy selalu bersama kita untuk apa abi rindu."
Jawab nya apa adanya.
"Lalu kenapa kembaran mu selalu merindukan daddy?"
"Itu karena arin alay."
"Arin tidak alay, abi!" Protes nya tidak terima.
"Ya, ya, ya, terserah kata arin." Abi tidak ingin
berdebat dengan sang adik dan lebih memilih mengalah.
Kedua orang tua Arka sedih melihat kepribadian abi begitu
berbeda dengan arin yang ceria.
Mereka menyadari semua ini karena abi sangat merindukan sang
ibu.
Tidur malam nya bocah pria itu selalu memeluk bingkai foto
aqila yang di sediakan arka agar twins A selalu mengingat mommy nya.
"Sudah, daddy bersih-bersih dulu ya, nanti kesini lagi,
oke." Ujar arka menatap putri kesayangannya.
"Oke daddy."
Sepeninggalan arka mereka kembali sibuk dengan kegiatan
sebelumnya.
Abi dan arin mengerjakan tugas sekolah di temani opa, oma,
dan kedua pengasuh twins A sejak bayi.
Mama diana memandang lekat bergantian kepada kedua cucunya.
"Qila lihatlah kedua anakmu sekarang sudah tumbuh
besar, arin ceria seperti kamu Nak, tapi tidak dengan Abi. Mama tidak tau
sampai kapan Abi akan seperti ini?" Monolog mama Diana memprihatinkan
kepribadian abi.
Papa beni menyadari diam nya sang istri memandang abi, dia
pun sama tapi apa daya nya jika semua ini yang membuat abi cucu nya nyaman
dengan kepribadian sekarang.
"Abi." Panggil Papa beni.
"Iya Opa." Sahut abi menoleh.
"Dua minggu lagi sekolah abi libur semester
bukan?" Tanya papa beni.
"Iya Opa, emangnya kenapa?" Tanya balik abi.
"Abi mau liburan?"
"Mau Opa, arin mau liburan." Jawab cepat arin
sebelum abi menjawab.
"Kalau abi gimana?" Tanya nya berpindah menatap
cucu tampan nya.
"Abi pasti mau opa." Jawab arin mewakili abi
dengan menampilkan wajah gemas nya.
Bocah kecil itu menatap malas kembaran nya selalu membuat
nya kesal. Tapi rasa kesal tak bertahan lama karena dia menyayangi arin………(Bersambung
Bab 194)
Posting Komentar untuk "Bab 193 Pernikahan Di Atas Kertas "