Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Bab 189 Pernikahan Di Atas Kertas

Novel berjudul Pernikahan Di Atas Kertas adalah sebuah novel yang bergenre romantis banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas.

Novel ini dapat membuat guncangan emosi yang kuat bagi pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat pembaca semakin ingin tau kelanjutan dari cerita nya.

Teman – teman pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada kali ini saya akan memperkenalkan dan memberikan novel Pernikahan Di Atas Kertas, Kami yakin anda pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak bersama novel berikut ini

Novel Pernikahan Di Atas Kertas Bab 189


Mendengar permintaan tiara mengantikan posisi nya untuk hari ini sontak wanita itu kaget, bukan karena takut apa lainnya, selama ini tiara tak pernah absen atau meminta hal seperti ini sebelumnya makanya saat pertama kali wanita itu mengatakan keinginan nya dia begitu kaget.

"Apa ada masalah besar Ra, sampai kamu seperti ini? cerita Ra, kita sahabat bukan jadi masalah kamu masalah aku juga, gak perlu sungkan bercerita aku siap mendengar dan membantu." Ujar dewi khawatir tiara mengalami masalah besar.

"Udah gak usah khawatir Wi, semua baik-baik saja tidak ada masalah serius kok. Aku hanya ingin habiskan waktu bersama dengan adikku." Sahut tiara menenangkan dewi.

"Emangnya tini mau kemana sampai loh mau habiskan waktu bersama?" Tanya dewi menatap serius tiara.

"Tini dapat beasiswa pendidikan di luar negeri, dan besok jadwal keberangkatan nya jadi hari ini aku ingin bersama nya." Jelas tiara.

Wanita itu terdiam sejenak lalu kembali bersuara.

"Selamat ya untuk tini, kamu jangan khawatir kerjaan kamu akan aku handel, habiskan saja sisa waktu mu ini bersama tini." Kata dewi perhatian kepada sahabat nya.

"Makasih ya Wi."

"Iya sama-sama."

"Yah sudah kalau gitu aku ke ruangan dulu." Tiara berbalik melangkah pergi meninggalkan dewi.

Baru dua langkah melangkah, wanita pemilik ruangan tersebut sudah menghentikan langkah nya kembali.

"Ra tunggu."

"Ada apa lagi dewi sayang?" Tiara berbalik dan menatap wanita yang duduk anteng di kursi nya.

"Kamu dan Pak farel gimana? aku perhatikan beberapa bulan belakangan ini seperti ada yang aneh, apa kalian ada masalah?" Tanya dewi penasaran.

Wanita yang mendapat pertanyaan seperti itu diam dan berpikir jawaban apa yang akan di berikan, tidak mungkin dia bercerita masalah percintaan nya, dan lebih tidak memungkinkan lagi dia bercerita kepada dewi karena wanita di depannya ini adalah pacar bian adik dari pria yang di cintai.

Jika dia bercerita pada dewi yang kategori perempuan bawel dan rempong nya tidak ada ampun bisa habis dirinya, tidak ada yang menjamin jika dewi tidak keceplosan dan menceritakan kepada keluarga adijaya terutama farel.

Dewi belum mendapat jawaban apapun dari tiara, dan dia kembali bersuara menyadarkan wanita yang diam dalam pikirannya sendiri.

"Hallo Ra, kamu dengar aku kan?" Melambaikan tangan menyadarkan wanita tersebut.

"Oh iya aku dengar Wi."

"Kalau dengar kenapa diam?"

"Ini... Aku pusing mau jelasin gimana sama kamu nya." Sahut tiara.

"Kenapa harus pusing, tinggal jelasin aja kali Ra. Emangnya panjang gitu hingga perlu di ringkas." Seru dewi menaikan alis jadi makin penasaran.

"Bukan gitu. Pada intinya aku sama Pak farel gak ada masalah dan yang kamu pikir selama ini gak benar, kita berdua baik-baik saja seperti lainnya, segan pada atasan." Jelas tiara.

"Masa sih seperti itu?"

"Iya Wi. Ya sudah kalau gak ada yang penting aku harus balik sekarang."

Tiara segera meninggal wanita tersebut jika tidak? akan banyak pertanyaan yang di lontarkan.

Sepeninggal wanita itu dari ruangan, tiara menghirup udara dengan pikirannya mencari tau bagaimana dewi mengetahui jika dia dan farel sedang tidak baik saja.

Apa sikap nya begitu menonjol hingga bukan hanya dewi yang mengetahui, tapi karyawan lainnya.

Tiara sudah kembali berada di ruangan nya, wanita itu duduk di kursi dan memulai kerjaan sebelum pulang.

Di ruangan yang berbeda pria yang duduk di kursi kebesaran seperti nya sedang tidak baik dengan pikiran.

"Kenapa aku merasa kehilangan sosok tiara yang dulu? kenapa juga wanita itu berlagak berubah hanya karena perkataan ku itu. Apa saat itu dia sedang PMS hingga sensi gitu?" Pikir farel entah kenapa akhir ini terus kepikiran dengan perusahaan tiara.

Setelah tiga bulan, anehnya kenapa baru sekarang dia sadar, selama ini kemana saja apa pria itu buta tidak dapat melihat?

Farel sampai saat ini masih juga belum menyadari perasaan nya sendiri, apakah perasaan suka atau sekedar nyaman sebagai rekan kerja.

Pria itu benar-benar bodoh dalam masalah perasaan.

Terlalu dalam luka di masa lalu hingga membuat nya bodoh begitu lama.

Sampai saat ini vivin makin gencar mendekati farel meski sudah di usir dengan berbagai cara tetap tidak berhasil.

Vivin sekarang berada di ruang lobby, karyawan farel tidak mengizinkan dirinya untuk masuk dengan alasan tidak memiliki janji.

Wanita itu tidak peduli mau berapa kali di usir akan tetap kembali.

"Nona, ada baiknya sekarang tinggalkan kantor ini, kami tidak ingin ada keributan dengan adanya nona di sini." Usir salah satu karyawan yang sudah di perintahkan farel jika ada wanita bernama vivin kemari jangan pernah biarkan untuk masuk ke ruangan.

"Hay, apa kau sudah bosan bekerja di sini? sudah saya katakan tidak akan pergi ya tidak akan pergi, jadi stop mengucapkan kalimat yang sama agar saya pergi karena sampai kapanpun itu tidak akan." Tegas vivin dengan intonasi tidak bersahabat dengan pria menyebalkan di depan nya ini.

"Apa nona tidak bosan berulang kali kemari terus seperti ini, saya sarankan nona pulang sekarang bersenang-senang lah di luar sana jangan mempersulit kerjaan saya, lagian Pak farel tidak ingin bertemu nona." Pria itu tak kehabisan akal membujuk agar vivin meninggal kantor.

"Bukan saya yang mempersulit, tapi kau sendiri yang menyulitkan. Ada cara mudah kau bikin sulit itu bodoh sendiri, seharusnya pintar yang di pertahankan bukan sebaliknya." Hina vivin menatap kasihan bawahan farel.

Pria itu menghela nafas berat pusing menghadapi wanita gila dan keras kepala seperti vivin ini, sudah berulang kali di bilangin tetap saja ngeyel.

"Terserah nona, tapi saya minta satu hal untuk nona tidak berulah jika masih ingin di sini." Pria itu lebih memilih mengalah dari pada meladeni lebih panjang perkataan nya.

"Apa hak kau mengatur saya hah?" Marah vivin tak terima ucapan karyawan farel.

"Terserah nona mau menanggapi perkataan saya seperti apa, tapi jika nona berbuat ulah dengan terpaksa kami mengambil cara tegas mengusir nona."

Tiara yang sudah menyelesaikan kerjaan nya segera bersiap-siap untuk pulang, dan sebelum itu dia akan ke warung langganan nya membeli sate kambing.

Saat melintasi ruang lobby, terdengar teriakan seseorang memanggil namanya dengan kata-kata tak sopan dan wanita itu sangat mengenal jelas pemilik suara tersebut.

Tiara yang tadi fokus pada ponsel yang berada di tangan nya langsung menoleh ke depan.

Betul suara itu milik wanita angkuh.

Namun tiara hanya sekilas memandang lalu kembali fokus pada ponsel nya mencari taksi.

"Hay wanita ja*ang, berhenti kau." Teriak vivin yang kini membuat kantor menjadi heboh dengan teriakkan nya mengatai tiara di depan karyawan yang berlalu lalang sibuk dengan pekerjaan masing-masing.

Sebenarnya tiara tidak ingin merespon wanita angkuh yang dapat di kata tidak memiliki etika dan tata krama yang baik.

Tapi satu kata yang terucap dari

mulut wanita itu sudah membuat dia kesal karena sudah berlebihan dan tidak bisa di tinggal diamkan.

Vivin tersenyum merasa menang sudah berhasil menghentikan langkah wanita yang di anggap sudah membuat farel tidak ingin bersama nya kembali………(Bersambung  Bab 190)

 

 

DAFTAR ISI BAB NOVEL

Posting Komentar untuk "Bab 189 Pernikahan Di Atas Kertas "