Bab 188 Pernikahan Di Atas Kertas
Novel berjudul Pernikahan Di Atas Kertas adalah sebuah novel yang bergenre romantis banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas.
Novel ini dapat membuat guncangan emosi yang kuat bagi
pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat pembaca semakin ingin tau
kelanjutan dari cerita nya.
Teman – teman pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada kali
ini saya akan memperkenalkan dan memberikan novel Pernikahan Di Atas Kertas,
Kami yakin anda pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak bersama novel
berikut ini
Novel Pernikahan Di Atas Kertas Bab 188
![]() |
Pagi ini tiara sudah rapih bersiap-siap segera ke tempat
kerja dan adik kecil nya bernama kartini biasa di panggil tini sudah
menyelesaikan ujian dan alhamdulillah sekolah memberi hadiah melanjutkan
pendidikan ke jenjang lebih tinggi.
Dan itu menjadi suatu kebahagiaan bagi tiara apalagi wanita
itu sendiri yang mendapat hadiah melanjutkan pendidikan nya.
Tini besok akan berangkat ke Australia karena jadwal
penerbangan sudah keluar dan harus segera pergi, jika ditunda beasiswa
pendidikan nya akan di cabut.
Sebenarnya tiara masih belum rela berpisah dengan adik
kesayangannya, sejak kecil keduanya tidak pernah hidup berpisah, dan sekarang
keadaan memaksa, mau tidak mau ya harus mau semua ini demi masa depan sang
adik.
Jika dia menahan agar tetap stay bersama nya, masa depan
adiknya jadi taruhan dan dia tidak ingin itu terjadi.
Tiara ingin Tini memiliki masa depan yang cerah dan hidup
berkecukupan, tanpa kekurangan satu pun apapun itu.
Lagian cepat atau lambat mereka pasti akan berpisah dan
menjalani kehidupan masing-masing.
Seorang perempuan jika sudah menikah harus ikut kemana pun
pergi nya suami dan rela tidak rela harus meninggalkan keluarga termaksud
adiknya.
Anggap semua ini adalah percobaan agar kedepannya bisa terbiasa
dan tidak terlalu bersedih.
"Dek, kakak berangkat kerja dulu ya, kamu jaga diri
baik-baik di sini. Oh ya beres-beres nya tunggu kakak balik biar kakak bantu,
ingat jangan bantah mending sekarang kamu istirahat biar besok berangkat nya
fresh. Kakak gak mau kamu sampai sakit tiba di sana, oke." Pesan tiara
panjang lebar begitu bawel.
"Iya, kakak ku sayang yang bawel. Aku istirahat dan gak
akan beberes sendiri sampai kakak balik. Tapi balik nya nanti bawain sate
kambing ya kak." Nurut tini meminta timbal balik dari perintah tiara,
meski semua itu bukan perintah melainkan pesan kakak yang sayang pada adik
tidak ingin kenapa-kenapa.
"Baik, apa ada lagi yang lain?" Tanya tiara
memandang wajah sang adik, dirinya masih berdiri di meja makan yang akan segera
berangkat setelah sarapan pagi.
"Tidak hanya itu Kak. Eh tunggu kak...satu lagi."
Tini menghentikan tiara yang ingin melangkah pergi.
Wanita itu langsung berhenti dan berbalik menoleh menatap
sang adik menaikan alis.
"Ada apalagi Dek?"
"Cepat pulang, aku ingin menghabiskan hari terakhir ku
bersama kakak." Ujar tini berusaha untuk tidak cengeng.
Tiara menarik tubuh tini dan memeluk erat penuh kasih
sayang, kata-kata gadis kecil ini membuat hatinya tersentuh.
Tidak ada kata yang bisa di ucapkan selain pelukan yang di
berikan sebagai bentuk besar rasa sayangnya.
Tini pun tidak menyiakan kesempatan yang ada, dia membalas
memeluk erat sang kakak, rasa sayangnya pun sama begitu besar.
Tidak ada yang dia punya di dunia ini selain kakaknya, tiara
adalah harta yang paling berharga dan istimewa dalam hidup nya.
Tanpa adanya tiara saat ini, mungkin dia tidak akan berada
dan berdiri di tempat ini. Entah jadi apa sekarang dirinya tak tau, yang jelas
bukan seperti ini.
Wanita itu segera melepaskan pelukan nya dan menatap lekat
wajah tini, menyeka sisa air mata yang menghiasi wajah cantik hingga mengurangi
kecantikan wanita di depan nya ini.
"Kok kamu nangis sih deh, cantik nya jadi hilang kalau
gini, kakak janji bakal pulang cepat apapun terjadi. Dan kita akan habiskan
waktu berdua bersama." Janji tiara menautkan jari kelingking nya dengan
jari kelingking sang adik.
Sudah menjadi kebiasaan keduanya jika sedang berucap janji
menautkan jari kelingking masing-masing sebagai simbol janji yang tak akan di
ingkari satu sama lain.
"Janji." Ucap tini tersenyum bahagia tiara selalu
ada di samping nya kapan pun itu.
"Janji. Kalau gitu kakak pergi biar nanti cepat juga
pulang nya." Kata Tiara tidak ingin membuang waktu lagi dan langsung
mengecup kening sang adik .
"Assalamu'alaikum." Salam tiara meninggalkan
rumah.
"Walaikumsalam." Jawab tini memandang kepergian
tiara.
Wanita itu langsung merapikan meja makan dan mengangkat
piring kotor untuk di bawah cuci.
Tiara sudah memasak sarapan pagi, jadi sekarang tugasnya.
Lagian dia tak ada kerjaan lagi, sebelum istirahat apa
salahnya membereskan rumah.
ππΎπ
Tak lama kemudian, tiara tiba di kantor. Setelah kejadian
beberapa bulan yang lalu di kantor aqila, wanita itu tidak ingin terlalu
berharap cinta farel, meski sekarang perasaan itu masih ada dan entah sampai
kapan bisa hilang perempuan itu sendiri tidak tau.
Sekarang yang di ketahui dan ingin di lakukan mengontrol
diri menganggap semua biasa tak terjadi apapun.
Tiga bulan kemarin bukan lah waktu yang mudah dia jalani,
setiap berada di dekat pria yang di cintai, jantung nya selalu berdebar dan
loncat-loncat tak karuan seperti lampu disko.
Namun wanita itu masih bisa menutupi dengan wajahnya semua
baik-baik, bukan tanpa alasan wanita itu tidak ingin farel tau perasaan nya
masih sama.
Menanti dan berharap cinta yang sampai kapan pun tidak bisa
di miliki untuk apa? cinta memang butuh perjuangan, tapi sekarang apa yang
harus di perjuangan kan, jika kasta adalah penghalang dan masalah terbesarnya
yang sampai kapanpun tidak bisa di rubah atau perbaiki dalam hidup nya.
Tiara tidak menyesal lahir dan berada di titik terendah
seperti ini, karena dia tau kehidupan tak sekejam dengan apa yang di pikirkan.
Tiba di dalam ruangan, wanita itu langsung menjatuhkan
bokong di bangku nya.
Wanita itu langsung mengotak-atik keyboard komputer,
pertama-tama dia akan mengecek jadwal nya, setelah mengetahui tidak penuh.
Dia langsung bangkit menemui dewi sahabatnya.
Tok... tok... tok...
Sebelum masuk, wanita itu mengetuk pintu.
"Masuk." Teriak seseorang dari dalam.
Tiara pun segera masuk.
"Hay Wi, aku ganggu kamu gak?" Tanya basa-basi tiara
sebelum berbicara ke inti.
"Tidak, kenapa?" Tatap dewi."Duduk
dulu." Sambung nya.
"Gak usah, aku kesini sebentar doang kok." Tolak
tiara berdiri di hadapan dewi.
"Oke terserah kamu, emangnya hal apa yang membuat kamu
ke ruangan ku?" Dewi jadi penasaran memandang wajah sahabat nya ini sok
misterius.
"Hehehe, gak usah gitu juga tatap nya Wi. Aku ngerasa
seperti maling di tatap polwan, seram amat." bercanda tiara.
"Idih tatapan cantik gini di bilang seram." Sewot
dewi tak terima.
"Maaf, maaf becanda Dewi yang cantik." Tiara
mengalah melihat ekspresi wajah jelek dewi mulai merajuk.
"Hahaha, aku juga becanda Tiara sayang." Kini tawa
dewi pecah merasa puas mengerjai sahabatnya ini.
Dewi tak mungkin sekesal itu hanya sekedar ucapan yang dia
sendiri tau dan yakin itu hanya becanda tak serius.
"Sumpah loh Wi, aku tadi udah percaya tapi tau nya kamu
akting. Kenapa gak coba ikut casting aja kamu ada bakat terpendam loh
ini."
"Gak mau, jadi artis gak semudah yang di bayangkan.
Kita nonton di televisi kelihatannya asyik, bahkan kadang kita terbawa suasana,
sedih, marah dan tertawanya, tapi kita gak tau betapa besar perjuangan mereka
dalam melakukan itu." Jelas dewi panjang lebar seperti sudah berpengalaman
saja.
"Kok kamu bisa berpendapat seperti itu? emangnya kamu
sudah jadi artis sebelumnya?" Tanya tiara yang menyimak penjelasan dewi
panjang lebar seperti sedang berpidato.
"Belum sih, tapi sepupu aku artis jadi aku tau kerjaan
nya." Jawab dewi dan tiara mengangguk paham.
"Oh seperti itu."
"Iya. Sekarang katakan tujuan kamu ke ruangan ku ada
keperluan apa?" Tanya dewi sekarang yang jadi penasaran, apa yang membuat
wanita cantik itu ke ruangan nya.
"Aku..."………(Bersambung Bab 189)
Posting Komentar untuk "Bab 188 Pernikahan Di Atas Kertas "