Bab 186 Pernikahan Di Atas Kertas
Novel berjudul Pernikahan Di Atas Kertas adalah sebuah novel yang bergenre romantis banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas.
Novel ini dapat membuat guncangan emosi yang kuat bagi
pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat pembaca semakin ingin tau
kelanjutan dari cerita nya.
Teman – teman pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada kali
ini saya akan memperkenalkan dan memberikan novel Pernikahan Di Atas Kertas,
Kami yakin anda pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak bersama novel
berikut ini
Novel Pernikahan Di Atas Kertas Bab 186
![]() |
Setelah mengetahui jika tiara keluar bersama farel, wanita
itu segera menghubungi tiara.
Panggilan tersambung wanita itu langsung nyerocos panjang
lebar tanpa henti.
📞:"Ra, kamu di mana?
aku ganggu gak waktu kamu sama Pak farel? kalau tidak kamu bisa balik ke kantor
sekarang?"
📞:" Tidak, emangnya
kenapa? apa ada masalah di kantor?" Tanya Tiara di seberang sana.
📞:"Aku mau minta
bantuan sama kamu kerjain proposal tender kita, kamu kan tau biasanya aku di
bantu sama kamu kalau tidak ya aqila, tapi sekarang aqila gak ada yang bisa aku
andal kan sekarang ya hanya kamu. Please ya Ra balik sekarang, dua hari kedepan
harus beres." Mohon dewi dengan suara sedih membuat tiara mendengar tidak
tega.
📞:"Baiklah bawel aku
balik sekarang, sampai jumpah di kantor aku tutup telpon nya dulu." Ucap
tiara mematikan sambungan.
Jika di pikir berada di sini hanya akan membuat nya sedih
dan tiara memutuskan untuk pergi dari pada melihat wajah farel.
Kata-kata farel masih terekam jelas di benak nya.
Tiara bangkit dari bangku taman dan bergegas mencari taksi
kembali ke perusahaan adijaya. Wanita itu tidak peduli jika keputusan nya ini
akan membuat farel marah, hatinya kini jauh lebih sakit dari apapun.
Tidak lama kemudian tiara tiba di perusahaan adijaya dan
langsung masuk ke dalam.
"Hay Wi, nunggu lama ya kamu?" Tanya tiara saat
tiba di ruangan dewi, wanita itu tidak sadar kedatangan nya.
"Eh Loh Ra, cepat amat tiba nya, gak repotin kamu kan?
Pak farel gak masalah kan?" Tanya dewi takut nanti kena amukan farel.
"Tidak, mana proposal nya?"
"Nih, sabar aku pindahin ke meja sana aja yah biar gak
repot kerja nya." Kata dewi.
Wanita itu meminta tolong pada tiara untuk memindahkan
beberapa dokumen di mejanya dan dia yang akan membawa laptop.
Setelah memindahkan semua berkas yang di butuhkan kedua
wanita itu langsung mulai.
Percakapan yang keluar dari mulut masing-masing hanya
tentang pekerjaan tidak ada hal lain.
Kedua wanita tersebut begitu fokus.
Tapi berbeda dengan farel di tempat lain sudah seperti orang
gila mencari keberadaan tiara tidak di temukan.
Bahkan pria itu sudah mencari di seluruh ruangan yang berada
di kantor.
"Apa kalian ada melihat perempuan yang tadi datang
bersama saya?" Tanya farel pada orang yang berada di sekitar nya.
"Tidak, Pa, kami tidak melihat." Jawab orang
tersebut di angguk teman lain yang berada di sana juga.
"Coba kalian ingat-ingat lagi, siapa tau kalian
lupa." Ucap farel meminta karyawan adiknya untuk mengingat.
"Benar Pak kami tidak melihat, coba Bapak tanya pada
security di luar pasti mereka lihat." Saran orang tersebut benar-benar
tidak melihat.
"Yah sudah kalau begitu kalian bisa lanjut kerja."
Ucap farel lalu beranjak pergi dari tempat nya.
****
Waktu sudah menunjukkan pukul 4 sore, dewi dan tiara sudah
siap-siap untuk pulang ke rumah masing-masing.
"Makasih ya Ra, kamu sudah mau bantu aku sejauh ini,
sumpah kalau kamu gak ada semua gak akan selesai secepat ini." Ucap dewi
senang kerjaan nya sudah beres, besok dan lusa dia bisa libur sejenak.
Dan semua itu berkat bantuan tiara mengerjakan sebagian
kerjaan nya.
"Ya sama-sama, lagian kerjaan ku juga gak ada hari ini
jadi aman." Balas tiara tidak masalah, dan seharusnya dia yang berterima
kasih pada dewi.
Jika saja dewi tidak menghubungi nya entah apa yang akan di
perbuat saat ini, mungkin masih berada di tempat yang sama dengan farel dan
akan merasa sesak di dada tidak ada obatnya.
Sekarang diri nya sudah lebih baik dengan membantu dewi
sedikit mengurangi pikirannya.
Tiara mengambil tas yang di letakkan di samping sofa duduk
nya, lalu menenteng di samping bahu kiri nya.
"Yah sudah kalau gitu aku balik luan ya Wi, semua benar
sudah selesaikan?" Tanya tiara memastikan takut ada yang dilupakan dewi.
"Eth... tunggu kenapa buru-buru gitu sih, kita bareng
aja lagian semua udah beres aku juga mau balik nih." Dewi menghentikan
tiara dan mengajak pulang bareng.
"Oke kalau gitu, apa perlu aku bantu beres-beres?"
Menawarkan diri melihat ruangan dewi berantakan.
"Boleh kalau kamu gak keberatan, aku dengan senang hati
menerima bantuan kamu." Senyum dewi malah berterimakasih banyak pada tiara
selalu membantu nya.
"Iya, gak masalah aku senang bisa tolong, selama ini
kamu juga sudah baik dan selalu ada menolong ku saat aku membutuhkan bantuan,
maaf hanya ini yang bisa aku bantu." Ucap tiara tidak bisa menolong lebih
selain ini.
"Kamu bicara apaan sih Ra selagi aku bisa tolong ya
kenapa tidak tolong. Kamu gak perlu seperti ini aku jadi gak enak kalau
gini." Jujur dewi merasa tak enak hati.
Skip di rumah.
Setiba di rumah tiara langsung membersihkan diri dan
berbaring mengistirahatkan diri dan otak.
Dirinya tak merasa lelah tenaga yang di kuras habis membantu
dewi tadi, tapi saat ini lelah yang tak bisa di hilang kan wanita itu adalah
lelah otak tidak henti memikirkan perkataan menyakitkan farel.
Tiara sendiri bingung kenapa perkataan farel itu seperti
lagu tidak henti berputar di benak nya.
Bahkan wanita itu sudah muak dan cape terus seperti ini,
dirinya ingin berpura-pura jika semua tidak pernah terjadi dan hanya pernah
terjadi dalam mimpi bukan nyata.
Tapi itu tidak bisa di lakukan, karena itu sama saja lari
dari kenyataan tak bisa menerima semua yang terjadi.
Tiara menatap langit-langit atap plafon, pikirannya terus
mengingat semua kejadian hari ini, permintaan mommy farel yang jelas tidak akan
terwujud sampai kapan pun.
Wanita itu bangkit dan duduk melipat kedua kaki sambil
memeluk bantal guling nya.
"Aku tidak bisa melakukan itu, jika tidak ada cinta di
hati farel untuk apa aku harus menikah? aku tidak ingin menelan pil pahit yang
perlahan akan membunuh ku. Lebih baik aku hidup seperti ini tanpa ada hubungan
yang tidak akan memaksa ku untuk menelan pil pahit itu." Ucap tiara
mengangguk setuju dengan apa yang di ucapkan pada diri sendiri.
"Ayah, Bunda. Sekarang Tiara percaya cinta selalu
memandang kasta kaya dan miskin, tiara sedih kenapa baru sadar sekarang, kenapa
tidak dari dulu. Ayah bunda tolong tiara hilang kan perasaan ini sekarang juga,
tiara tidak sanggup menampung besar rasa cinta ini pada pria kaya yang sampai
kapan tidak bisa di miliki tiara. Tiara tidak memaksa pria itu untuk jatuh
cinta pada tiara, sekarang tiara sadar dan sangat sadar. Jadi please bantu
tiara ayah, bunda." Lirih tiara sedih lalu menutup wajah dengan bantal
guling di tangannya.
Wanita itu tidak ingin tangisannya ini di dengar Tini di
luar sana. Dia tidak ingin membuat sang adik kepikiran.
Ini masalah nya untuk apa merepotkan dan menganggu tini
nanti hanya akan membuat nya ikut sedih dengan masalah hati yang sedang galau
sekarang.
Jika berani jatuh cinta sedalam ini maka harus siap untuk
sakit hati lebih dalam dari jatuh cinta. Setiap keputusan yang di ambil pasti
sudah memikirkan konsekuensi dari keputusan tersebut………(Bersambung Bab 187)
Posting Komentar untuk "Bab 186 Pernikahan Di Atas Kertas "