Bab 184 Pernikahan Di Atas Kertas
Novel berjudul Pernikahan Di Atas Kertas adalah sebuah novel yang bergenre romantis banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas.
Novel ini dapat membuat guncangan emosi yang kuat bagi
pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat pembaca semakin ingin tau
kelanjutan dari cerita nya.
Teman – teman pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada kali
ini saya akan memperkenalkan dan memberikan novel Pernikahan Di Atas Kertas,
Kami yakin anda pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak bersama novel
berikut ini
Novel Pernikahan Di Atas Kertas Bab 184
![]() |
Di dalam mobil, kedua orang tersebut terdiam tak ada
pembicaraan antara mereke hanya keheningan menyelimuti keduanya.
Lagi dan lagi situasi seperti ini harus terulang kembali,
namun kali ini sedikit berbeda, hal yang membuat nya canggung adalah perkataan
sang ibu dari pria yang di cintai meminta dirinya dan farel meresmikan hubungan
ke jenjang lebih serius.
Perkataan mommy farel masih terngiang-ngiang di benaknya,
Kata-kata yang di ucapkan seakan memburu dirinya.
Jalan yang mereka lintasi tidak di perhatikan wanita yang
saat ini sibuk dengan pikirannya sendiri.
Tiara tidak menyadari mobil yang di kendarai farel tidak
menuju kantor sekarang. Dan pria itu yang mengemudi mobil tidak mendapat
pertanyaan apapun dari wanita di samping duduknya kenapa arah mobil saat ini
berbeda dengan tujuan mereka terus melajukan mobil.
Beberapa menit kemudian mobil yang di kendarai farel
berhenti tepat di sebuah perusahaan AD2 Permata.
Tiara yang baru menyadari mobil yang di tumpangi berhenti di
sebuah perusahaan berbeda dari tempat nya bekerja menoleh pada farel menaikan
alis meminta penjelasan.
"Sekarang kita berada di perusahaan qila, bian tidak
bisa mengurus jadi untuk beberapa hari kedepan kita bantu hingga bian
kembali." Jelas farel, lalu membuka seatbelt dan keluar dari mobil di
ikuti tiara.
"Kemana Pak Bian?" Penasaran Tiara menyusul
memposisikan langkah nya dengan pria itu.
"Bian, arka dan daddy hari ini akan turun tangan dengan
tim mencari keberadaan aqila, kemarin keberadaan aqila sempat di ketahui, tapi
dengan cepat di tutup kembali." Jelas farel.
"Lalu sekarang bagaimana Pak?"
"Bagaimana apa nya?" Tanya balik farel mendadak
berhenti menoleh pada wanita di samping nya yang super kepo.
"Keberadaan aqila? jika mereka kembali menutup akses
tersebut, apa masih ada kesempatan untuk menemukan nya?" Tatap tiara
bingung dengan farel, CEO tapi dodol.
Wanita itu berpikir jika kepintaran farel sedikit berkurang
dengan banyaknya masalah, hal seperti ini saja tidak mengerti hingga bertanya.
"Kenapa kamu menatap saya seperti itu?" Tanya
farel pada tiara.
"Saya hanya bingung, Bapak CEO, tapi kenapa akhir ini
otak bapak.... " Tiara langsung menghentikan ucapannya.
Tatapan farel sekarang begitu tajam, hingga wanita itu
memilih berhenti di tengah jalan.
Pria itu setia mendengarkan perkataan tiara, namun tatapan
nya mengarah lekat pada wanita yang tadi terus berbicara mendadak diam.
"Pak, mari masuk bukannya kata bapak ingin membantu
perusahaan aqila kenapa belum masuk, tidak mungkin membantu dengan cara terus
berdiri seperti ini, kan?" Tanya tiara mengalihkan topik meski sedikit
ketakutan pada dirinya tetap berusaha memberanikan diri untuk berbicara.
"Hmmm," Hanya deheman balasan dari farel.
Kedua jalan beriringan masuk ke dalam.
Dari sebelah sana berdiri nya seorang pria memandang datang
nya kakak dari pemilik perusahaan dengan wanita yang di kenal langsung menyapa.
"Siang Pak. Siang Ra." Sapa sopan pria tersebut
datang menghampiri mereka.
"Siang juga, Bapak mengenal saya?" Tanya tiara
tidak mengingat pria di depan nya.
"Jadi kamu sudah melupakan ku Ra, aku Radit teman SMP
kamu." Ucap pria bernama radit sedikit sedih tiara melupakannya.
"Radit?" Ucap ulang tiara mencoba mengingat.
"Iya radit, apa kamu sudah ingat aku Ra?" Antusias
radit semangat 45 berharap tiara mengingat nya.
"Ya, aku sudah ingat kamu radit ketua OSIS dulu
kan?"
"Iya benar."
"Maaf Dit aku hampir lupa habisnya kamu berbeda dari
yang dulu sekarang makin tampan." Puji tiara.
Tanpa sadar pria yang di anggap tidak ada di antara
percakapan kedua menjadi geram dengan pujian tiara mengatakan pria lain tampan.
Entah kenapa kecil perasaannya tidak terima melihat
kedekatan tiara dengan pria bernama radit itu.
"Sekarang masih jam kerja, jika sudah bosan bekerja di
kantor ini silakan pergi dari sini." Ucap Farel dingin menatap pria yang
menyapa mereka.
Setelah berkata pria itu pergi meninggalkan tiara dan radit
yang mengaku temannya.
Tiara memandang kepergian atasannya segera menyusul dari
belakang.
"Dit, maaf Pak farel lagi banyak masalah jadi bicara
nya asal gak usah di pikirin. Kalau gitu gue duluan ya maaf gak bisa ngobrol
banyak semoga lain waktu bisa ngobrol lebih banyak dari sekarang." Ucap
tiara meminta maaf sebelum pergi mengejar atasannya.
Saat wanita itu ingin beranjak meninggalkan nya, radit
menghentikan langkah nya.
"Ra tunggu."
"Ada apa Dit?" Tanya Tiara berbalik menoleh radit.
"Aku boleh minta nomor HP mu?"
"Boleh, mana ponsel mu biar aku isi." Tiara segera
menyimpan nomornya pada ponsel radit.
"Ini, kalau gitu gue duluan ya." Ucap tiara
sembari mengembalikan ponsel pada radit.
"Iya makasih, sampai jumpa lain waktu aku akan hubungi
kamu untuk pertemuan berikutnya." Ucap radit bahagia tidak sadar suara nya
tadi sudah membuatnya menjadi pusat perhatian karyawan lain.
Farel yang sudah jalan duluan dapat mendengar jelas teriakan
pria kampung menurutnya terlalu berlebihan.
Dia langsung masuk ke ruangan aqila.
Entah kenapa dirinya merasa sangat kesal hari ini.
Tiara yang baru masuk di ruangan tersebut merasa hawa dingin
bergidik ngeri takut melangkah mendekati pria yang berdiri membelakanginya.
"Bapak kenapa?" Tanya tiara berdiri di tempat
tidak berani melangkah maju.
"Apa seperti ini cara kamu berbicara dengan atasan mu.
Dimana sopan santun kamu? apa semua mendadak hilang setelah bertemu pria
kampungan itu!" Bentak farel marah, pria itu tidak bisa mengontrol rasa
kesalnya.
Amarah nya sudah berada di puncak dan siap meledak sekarang.
Dan wanita itu kaget mendengar bentakan farel yang
sebelumnya tidak pernah dia dengar. Tiara tidak tau sebenarnya apa yang terjadi
hingga membuat farel semarah ini.
"Maaf." Satu kata keluar dari bibir tiara. Wanita
itu tidak tau harus berkata apa selain maaf, meski dia tidak tau letak
kesalahannya tetap dia meminta maaf.
"Maaf? apa kau pikir mengucap kata maaf itu semua akan
membaik? tidak." Tegas farel berbalik menatap tajam tiara dan berjalan
mendekati wanita tersebut yang sudah ketakutan melihat wajah farel.
"Bapak mau apa?" Tiara melangkah mundur melihat
farel berjalan mendekati nya.
"Kenapa kau takut? apa kau pikir saya akan bersikap
kampungan seperti teman pria mu itu? jangan berpikir terlalu jauh derajat kami
berbeda dia bawahan dan saya atasan, tidak selevel." Farel menekan setiap
perkataan yang keluar dari mulut nya tepat di hadapan tiara.
Degh...
Hati tiara terasa sakit mendengar ucapan yang tak pernah dia
pikir jika pria di hadapan nya ini bisa berkata setajam ini.
Tiara tidak menyangka pria itu bisa berkata begitu
menyakitkan, untuk apa diri nya mengharapkan cinta yang sampai kapan pun tidak
bisa di miliki.
Bukannya barusan dia mendengar langsung ucapan farel
mengenai derajat dan level. Wanita itu sadar perbedaan nya dan farel begitu
tinggi dan sampai kapanpun tidak akan bisa sama, jadi untuk apa terus berada di
titik ini, sekarang sudah waktunya untuk mundur………(Bersambung Bab 185)
Posting Komentar untuk "Bab 184 Pernikahan Di Atas Kertas "