Bab 180 Pernikahan Di Atas Kertas
Novel berjudul Pernikahan Di Atas Kertas adalah sebuah novel yang bergenre romantis banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas.
Novel ini dapat membuat guncangan emosi yang kuat bagi
pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat pembaca semakin ingin tau
kelanjutan dari cerita nya.
Teman – teman pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada kali
ini saya akan memperkenalkan dan memberikan novel Pernikahan Di Atas Kertas,
Kami yakin anda pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak bersama novel
berikut ini
Novel Pernikahan Di Atas Kertas Bab 180
![]() |
Arka masih menenangkan arin yang entah kenapa mendadak rewel
tak henti menangis begitu pun dengan aron di gendongan sang mama.
Pria itu pusing, ini pertama kali dia mengurus bayi, jika
bayi bisa berkata apa yang di inginkan pasti akan jauh lebih enak tidak seperti
ini oee tidak jelas, itulah yang di pikirkan arka bingung harus melakukan apa
untuk mendiamkan.
"Ma, kenapa mendadak twins kompak seperti ini?"
Tanya arka benar-benar kehabisan akal menghibur kedua anaknya.
"Mama juga tidak tau Ka, semasa kakak bayi tidak
seperti twins sekarang, apa ini faktor jauh dari ibu kandung?" Tebak Mama
diana sebab saat melahirkan arka, dia tak pernah meninggalkan sedetik pun.
"Mungkin terjadi sesuatu dengan ibu twins, biasanya
ikatan batin ibu dan anak paling kuat." Timpal babysitter aron yang
mendengar percakapan anak dan ibu.
Ini bukan pertama kali wanita itu menjadi babysitter, tapi
sebelum nya dia sudah bekerja di banyak tempat. Jadi sudah sedikit pengalaman
yang di miliki.
"Maksud suster apa? jangan sembarang bicara jika masih
ingin hidup, istri saya baik-baik saja tidak akan terjadi hal buruk
padanya!" Tegas arka tidak terima perkataan wanita di samping nya.
"Ka jangan seperti itu, ada benarnya perkataan suster,
Mama pernah dengar hal seperti ini dari teman sosialita jadi sebaiknya kakak
coba pastikan keadaan qila bukan marah seperti ini, lihatlah arin mendengar
suara kamu jadi makin kencang nangis nya." Ujar Mama menjelaskan perkataan
wanita di depannya benar tidak bermaksud jahat untuk menyumpahi atau lainnya.
"Terserah Mama, aku tidak percaya hal semacam itu, tapi
untuk menyakinkan hal semacam itu hanya omong kosong aku akan buktikan."
Ujar arka memindahkan arin ke dalam gendongan babysitter.
Pria itu mengambil ponsel di dalam saku celana dan memainkan
jemari di layar.
"Hallo, Suster bagaimana keadaan ibu aqila
sekarang?" Tanya arka terus terang tanpa basa-basi. Panggilan tersebut
sengaja dia speaker agar kedua wanita di dekatnya dapat mendengar.
"Hallo, suster dengar kah anda suara saya? keadaan ibu
aqila bagaimana?" Arka di buat sedikit kesal pertanyaannya tidak di
tanggap orang di seberang sana.
Pria itu sedikit menaikan nada suara geram di abaikan
seperti ini, entah kenapa perasaannya tidak karuan begini.
"Maaf Pak, saya mohon maaf semua ini kesalahan saya
tidak becus jika saja saya tidak ke toilet semua ini tidak akan terjadi, sekali
lagi saya mohon maaf, saya mengaku saya teledor." Ucap wanita di seberang
sana takut bercampur satu semua perasaan yang ada.
"Apa yang terjadi kenapa anda minta maaf? yang saya
tanyakan keadaan ibu aqila bukan mendengar permintaan maaf anda. Cepat katakan
jika tidak ingin hal buruk terjadi pada anda." Ancam arka geram di tanya
apa di jawab apa.
Mama diana mendengar nada suara sang putra tidak bersahabat
hingga membuat kedua cucunya semakin kencang menangis, membuka suara menegur
arka pelan kan, suaranya jika tidak ingin mendengar lebih dari ini.
"Ka pelan kan suara mu, lihat anak-anak mu takut
mendengar suara tinggi mu. Sebenarnya apa yang terjadi hingga kakak marah
seperti sekarang ini? apa benar terjadi sesuatu pada qila?" Tanya Mama
sedikit khawatir melihat tampang arka berubah dari sebelum menghubungi orang di
seberang sana.
"Aku tidak tau Ma." Jawab arka sekilas menoleh
sang ibu.
"Sus, cepat katakan jangan diam seperti ini?"
Desak Arka, tapi kali ini nada bicara nya sudah bisa di kontrol, pria itu tidak
ingin kedua anaknya takut.
"Maafkan saya Pak, karena saya Ibu aqila hilang. Saya
hanya sebentar meninggalkan ibu aqila ke toilet dan saat ingin keluar pintu nya
tidak bisa di buka, tapi saat berhasil di buka ibu aqila sudah tidak ada di
ruangan." Jelas nya apa adanya yang terjadi.
Degh...
Tubuh arka mendadak lemas, tangan nya gemetar, memengang
benda kecil rasanya begitu besar dan berat.
Perkataan wanita di seberang sana masih terngiang-ngiang di
benak nya, semua terasa mimpi baru sesaat diri nya menjaga aqila istri nya,
tapi sekarang sudah tidak ada.
Siapa yang membawa pergi aqila? itulah yang di pikirkan Arka
sekarang.
Melihat pucat nya wajah arka. Mama diana mendekat dan
bertanya apa sebenarnya terjadi firasat nya sudah tidak enak sekarang.
"Ka apa yang terjadi? qila tidak apa-apa kan?"
"Qila, Ma. Qila, hilang." Jawab arka lemas
langsung terjatuh duduk di bawah lantai.
Pria itu menyesal kenapa harus meninggalkan aqila tadi, jika
saja dia masih berada di sana semua tidak akan seperti ini dan aqila masih
berbaring di ranjang rumah sakit.
"Bagaimana bisa? siapa yang menculik qila? di mana
suster bukannya dia bersama qila, kok bisa hal ini terjadi?" Kaget Mama
diana bingung apa sebenarnya terjadi.
"Aku gak tau Ma, tapi sekarang aku ingin ke rumah sakit.
Mama jaga twins tolong kabarin keluarga adijaya masalah ini." Bangkit arka
buru-buru meninggalkan ruangan.
"Bibi." Teriak Mama diana memanggil art nya.
"Iya Nyonya."
"Bibi tolong jaga arin sebentar, saya ada urusan."
Menyerahkan cucu perempuan nya di gendongan bibi art nya.
Setelah itu Mama Diana pergi menemui suaminya.
"Papa." Panggil nya pada sang suami.
"Iya." Sahut tanpa menoleh, fokusnya masih tertuju
pada televisi.
Geram mendapat jawaban acuh menganggap dirinya tak ada, mama
diana mematikan siaran televisi secara sepihak dan saat itu pandangan pria di
samping nya langsung tertuju pada dirinya.
"Kenapa mama matikan? siarannya lagi bagus, jika ingin
bicara silakan Papa akan dengar kan, tapi Televisi nya jangan di matikan
seperti ini Mama sayang."
"Papa bisa gak sekarang stop memikirkan siaran
televisi, ada yang lebih penting yang harus kita pikirkan. Menantu kita aqila
hilang." Ucap Mama diana menatap kesal dan bingung suaminya saat ini masih
bisa memikirkan siaran yang tidak ada pentingnya dari menantu kesayangan
mereka.
Dan seketika wajah pria itu mendadak serius dan kaget
mendengar kabar dari istrinya.
"Mama serius gak sedang becanda kan? bagaimana bisa
qila hilang bukannya ada orang yang jagain, kok bisa hilang?" Tanya Papa.
"Mama tidak tau detailnya, Arka gak jelasin apapun asal
nyelonong pergi gitu aja. Sekarang Papa kabarin keluarga adijaya, mama harus ke
atas urus twins sejak tadi tidak berhenti menangis." Ucap Mama diana lalu
meninggalkan suaminya.
Kembali ke kamar twins sudah diam.
"Bi, Sus, twins sudah tidur?" Tanya Mama diana
tidak mendengar suara tangisan kedua cucunya.
"Iya Nyonya."
"Alhamdulillah, bagaimana bisa mereka tenang, bukan
tadi rewel?" Penasaran nya memandang bergantian kedua cucunya tidur
berdekatan dengan sebuah benda berbentuk kaleng di dekat mereka.
"Dan benda apa itu." Tunjuk nya.
"Maaf Nyonya saya lancang menyentuh barang nyonya aqila
tanpa izin, beberapa bulan yang lalu saya pernah melihat nyonya qila merekam
sesuatu di benda ini dan menyimpan di kamar twins jadi tadi saya sempat
berpikir untuk mencoba mencari yang mungkin bisa menenangkan twins dan dugaan
saya benar twins langsung anteng mendengar suara nyonya aqila." Jelas art
tersebut panjang lebar.
Mama diana mendengar penjelasan art mengangguk paham,
wajahnya seketika sedih begitu kuat firasat aqila hingga membuat banyak
persiapan untuk bayi nya………(Bersambung Bab 181)
Posting Komentar untuk "Bab 180 Pernikahan Di Atas Kertas "