Bab 178 Pernikahan Di Atas Kertas
Novel berjudul Pernikahan Di Atas Kertas adalah sebuah novel yang bergenre romantis banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas.
Novel ini dapat membuat guncangan emosi yang kuat bagi
pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat pembaca semakin ingin tau
kelanjutan dari cerita nya.
Teman – teman pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada kali
ini saya akan memperkenalkan dan memberikan novel Pernikahan Di Atas Kertas,
Kami yakin anda pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak bersama novel
berikut ini
Novel Pernikahan Di Atas Kertas Bab 178
![]() |
Dewi sudah berada di lobi, namun tiara masih belum juga
datang, wanita itu mencoba menghubungi tiara tapi tak di jawab.
Saat ingin beranjak mencari wanita yang sejak tadi di
tunggu, akhirnya wanita cantik yang memiliki rambut pendek sebahu datang meski
belum berada di dekatnya, tapi batang hidung nya sudah dapat di lihat.
"Akhirnya datang juga, kita langsung berangkat yu di
rumah sakit qila hanya di temani babysitter arin." Ujar dewi dan tiara
bingung dari mana sahabat nya ini tau, tapi seketika kebingungan nya langsung
terjawab mengingat dewi adalah kekasih bian, bahkan hubungan keduanya sudah di
ketahui orang tua masing-masing.
"Ayo." Sahut tiara, kedua wanita tersebut langsung
berjalan meninggal tempat berdirinya.
Dewi sudah memesan taksi melalui aplikasi jadi tidak sulit
dan pusing menunggu atau mencari taksi.
Saat tiba di luar, taksi pesanan wanita itu tiba.
"Dengan Ibu Dewi?" Sopan supir tersebut pada dewi.
"Iya, taksi yang saya pesan melalui aplikasi ya?"
Tanya dewi.
"Iya Bu."
Kedua wanita tersebut langsung masuk ke dalam mobil.
"Ra, kamu ada hubungan ya dengan Pak farel?"
Penasaran dewi pasalnya satu bulan kemarin tiara dan farel begitu dekat seperti
perangko.
Bahkan bukan cuman dirinya saja yang menilai seperti ini,
tapi juga staff kantor pun sama. Kedekatan tiara dan farel sudah seperti kedua
orang yang sedang kasmaran, apa-apa selalu berdua, tidak bisa di pisahkan.
Wanita itu sudah penasaran, tapi baru sekarang memberanikan
diri untuk bertanya, rasa penasaran nya yang terus semakin besar membuat dia
tidak tahan.
Melihat ekspresi tiara aneh mendengar pertanyaan nya membuat
wanita itu bingung.
"Maaf aku gak bermaksud lain, kalau gak mau jawab juga
gapapa anggap pertanyaan ku ini gak pernah ada." Dewi merasa tak enak
mungkin pertanyaan ini berlebihan.
"Tidak, aku dan Pak Farel gak ada hubungan apapun, kita
berdua murni atasan dan bawahan." Jelas tiara jujur.
"Oh gitu, tapi kenapa ya banyak karyawan kantor pada
gosipin kamu ada hubungan dengan pak Farel?"
"Paling mereka salah paham atau apa gitu jadi gak usah
di pikirin lupain aja." Kata tiara.
"Benar ya, mereka kan sering gitu juga sama qila pada
waktu belum tau identitas qila anak dari pemilik perusahaan adijaya."
"Iya."
Kedua orang tersebut terdiam tidak ada perbincangan lagi di
dalam mobil. Tiara membuka kecil kaca jendela mobil dan menghirup angin sepoi
yang masuk.
Terdiam seperti patung, tiara benar-benar tak bersemangat
untuk berbicara. Lintasan kejadian di rumah sakit masih teringat jelas,
tamparan, hinaan dan juga cacian meski farel sudah membela semua itu tidak
membuat nya muda melupakan.
Bahkan pikiran nya sudah bercabang di banyak tempat mengira
farel masih memiliki perasaan pada wanita itu meski sudah membelanya. Sebab
sikap pria itu hingga sekarang terlihat biasa tidak seperti seorang pria
menunjukan perasaan cinta atau lainnya.
Tiara sendiri jadi ragu jika farel dapat membalas perasaan
nya, satu bulan menjalani aktivitas seperti biasa meski sudah mengetahui
perasaan nya sikap pria itu tetap sama seperti sebelumnya.
Dan sekarang wanita itu menoleh pada layar ponsel, entah apa
yang di pikirkan dan di harapkan hanya dia sendiri yang tau.
Dewi yang asyik memainkan ponsel sejak tadi tidak menyadari
murung nya wanita di samping nya. Dirinya bahkan tersenyum sendiri memandang
ponsel.
"Ra, kamu lihat ini deh, bian lucu kalau kayak
gini." Tunjuk dewi menyodorkan ponsel dan seketika dia sadar jika
sahabatnya ini sedang melamun.
Pembicaraan nya tidak di respon, wanita di samping nya itu
seperti sedang banyak pikiran, tubuh mungkin bisa berada di sini, tapi tidak
dengan pikiran.
Menatap penuh tanda tanya, dirinya menyadarkan wanita itu
hingga tersadar dan langsung menoleh pada dewi.
"Ada apa Wi?" Tanya tiara bingung mendapat tatapan
aneh dari dewi wanita di samping nya.
"Kamu kenapa Ra, sepertinya banyak pikiran? Cerita gak
usah di pendam seperti ini gak baik nanti bisa sakit." Ujar dewi
menyakinkan tiara menatap lekat sahabatnya ini agar jujur.
"Tidak, aku hanya sedang mikirin kerjaan kantor yang
belum selesai, meski aku dan farel dekat, aku harus profesional dalam
kerjaan." Bohong tiara terpaksa.
Wanita itu tidak ingin menceritakan masalah percintaan nya
pada orang lain meski itu sahabat yang sudah di anggap keluarga. Bagi nya
percintaan nya cukup dia dan qila yang tau
Tiara bukan tidak percaya, tapi wanita itu tidak ingin
banyak orang yang tau perasaan nya, dengan aqila sudah tau sekarang sebenarnya
sudah cukup membuat ia tidak tenang.
"Astaga tiara sayang, tiara cantik, tiara imut, tiara
sahabatnya dewi yang paling cetar sedunia, sudah aku bilang tadi ngapain di
bebani bawah slow aja Ra. Lihat lah sekarang kamu jadi seperti ini banyak
pikiran sudah hampir sama dengan ibu-ibu yang memikirkan anak-anak." Ucap
dewi panjang lebar kesal dengan tiara ngeyel di ajak bicara selalu bantah.
"Maaf Wi, aku bohong. Tapi aku bersyukur punya kamu
sebagai sahabat ku begitu sayang dan perhatian." Batin tiara terharu
mendengar amukan dewi.
"Iya Ibu bian yang paling cetar aku akan ikuti dan gak
akan melawan lagi, puas? apa yang ingin kamu katakan tadi?" Tanya tiara
cepat mengalihkan topik pembicaraan.
"Bagus lah, aku hanya ingin tunjukkan ketampanan yayang
tersayang ku, bagaimana tampan kan? pasti dong masa tidak, wanita di luar sana
saja pada antri dan tergila-gila pada bian. Jadi gak usah bohong jawab aja
jujur." Bangga dewi pamer dan tiara hanya tersenyum geli melihat
sahabatnya ini narsis bahkan begitu besar mencintai bian.
Tiara tidak menyangka pria dingin seperti bian bisa jatuh
cinta sama dewi wanita cerewet sudah seperti emak-emak kosan. Bahkan dingin nya
farel kalah dengan dingin bian.
Kadang wanita itu bingung cara apa yang digunakan dewi
hingga berhasil meluluhkan hati seorang pria yang memiliki jutaan pesona
ketampanan dan rahasia.
"Wi semenjak kamu menjalin hubungan dengan pak bian,
kamu jadi alay dan bucin. Apa semua ini ajaran pak bian? sepertinya tidak
mungkin, aku perhatikan pak bian tidak menunjukkan sikap seperti itu."
Ujar tiara sedikit terhibur dengan kata-kata alay dewi.
"Nah gitu dong senyum, ngapain kerjaan di jadikan beban.
Kalau kamu seperti ini cantik nya kelihatan." Dewi lega akhirnya cara nya
berhasil.
"Iya iya, makasih dewi sayang." Tiara tersenyum
lebar agar sahabatnya ini puas dengan ukiran senyum di bibirnya.
Tiara bahagia di situasi hati seperti ini sahabatnya mampu
membuat kejadian yang terus terlintas di benak nya hilang, meski itu hanya
sesaat tetapi sudah sedikit membantu.
"Terima kasih Ya Tuhan sudah mengirimkan aku sahabat
yang baik seperti dewi dan selalu mampu membuat ku tertawa kembali melupakan
masalah ku." Monolog tiara bersyukur………(Bersambung Bab 179)
Posting Komentar untuk "Bab 178 Pernikahan Di Atas Kertas "