Bab 177 Pernikahan Di Atas Kertas
Novel berjudul Pernikahan Di Atas Kertas adalah sebuah novel yang bergenre romantis banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas.
Novel ini dapat membuat guncangan emosi yang kuat bagi
pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat pembaca semakin ingin tau
kelanjutan dari cerita nya.
Teman – teman pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada kali
ini saya akan memperkenalkan dan memberikan novel Pernikahan Di Atas Kertas,
Kami yakin anda pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak bersama novel
berikut ini
Novel Pernikahan Di Atas Kertas Bab 177
![]() |
Tiara duduk termenung semenjak tiba di kantor, pikiran
berkecamuk bertanya-tanya mengenai hal tadi di rumah sakit.
Kerjaan yang tadi dia katakan hanya kebohongan agar segera
terbebas dari farel. Berada di dekat pria yang mengisi penuh hati nya akan
semakin membuat goresan luka membesar, dan wanita itu tidak ingin hal tersebut
terjadi. Goresan kecil saja sudah mampu membuat begitu tersiksa, bagaimana jika
besar mampu kah dirinya untuk bertahan? sepertinya tidak.
Tiara memilih menghindar dan mencoba untuk tidak banyak
berharap sejauh ini sikap farel memang baik, tapi semua itu bukanlah jaminan
dari balasan ungkapan perasaannya setelah mengetahui cinta nya.
Wanita itu merasa seperti pakaian yang berada di jemuran,
sudah kering tapi belum di angkat.
Memainkan pulpen bolak-balik, mata tiara menatap kosong arah
jendela, pikiran nya bersih sebersih kertas putih tanpa tetesan noda secuil
pun.
Tanpa di sadari sejak tadi ada wanita di depannya memandang
dengan pandangan tak menentu. Diam termenung nya tiara menjadi pertanyaan
sendiri untuk nya yang berdiri tegak.
Wanita itu masih belum menyadari, hingga wanita tersebut
menyentuh bahu nya.
"Ra, kamu kenapa sampai gak sadar aku di sini?"
Tanya wanita tersebut berdiri di samping tiara.
"Eh, Dewi kamu sejak kapan di sini? kenapa aku gak
tau?" Tanya balik tiara menoleh dewi wanita yang sejak tadi di ruangan
nya.
Fokus dengan pikiran hingga tidak melihat kedatangan
sahabatnya.
"Dari tadi Ra, kamu pikirin apa sih? emangnya berat
banget ya sampai gak nyadar gitu?" Pandang dewi berjalan berpindah posisi
duduk di depan tiara.
"Tidak, hanya sedikit masalah kerjaan jadi gak nyadar
kamu di sini. Oh ya ada apa kamu ke sini Wi?" Tiara memposisikan duduk nya
lebih baik dari sebelumnya.
"Oh kalau gitu jangan terlalu di bebani masalah
kerjaan. Aku ke sini hanya mau ngajak kamu ke rumah sakit setelah pulang kerja,
gimana kamu mau gak?" Dewi menatap tiara penuh harap agar wanita itu
mengiyakan ajakan nya.
Tiara mengangguk setuju lagian jika berada di rumah pikiran
nya tidak akan bisa tenang, berada di kantor saja sudah berhasil menyita jam
kerja nya terus memikirkan farel.
Dan jalan terbaik agar pikirannya terbebas dari farel
hanyalah pergi menjenguk qila di rumah sakit, karena dengan seperti ini dapat
membuat otak nya tidak memikirkan apapun, wanita itu tidak ingin menyendiri
seperti tadi karena itu hanya akan membuat nya terus kepikiran dan bisa jadi
akan membuat kepalanya pecah.
Satu orang, dan satu nama saja sudah mampu membuat nya tidak
bisa mengontrol kendali pikiran, bagaimana jika lebih? Hal itu langsung membuat
tiara menggeleng kepala cepat.
Tindakan wanita itu pun jelas di tangkap dewi melihat
kelakuan aneh dari sahabat satunya ini, dia yakin saat ini pasti tiara sedang
memikirkan sesuatu.
"Kamu kenapa lagi Ra?"
"Tidak, aku hanya sedang berpikir bagaimana keadaan
twins semasa qila koma dan juga dalang dari penyerangan saat itu." Bohong
tiara meski pernah terlintas di benaknya tentang ini tapi baru sekarang
terlintas kembali.
Sampai saat ini tiara belum mengetahui dalang dari perusuh 1
bulan yang lalu. Wanita itu ragu menanyakan hal ini pada farel karena dia sadar
diri bukan siapa-siapa jadi tidak boleh melebihi batas.
Berharap farel akan sedikit berbagi cerita mengenai
penyerangan, namun semua nihil tak sedetik pun pria itu menyinggung kejadian
saat itu.
"Tidak, hanya ini kan yang ingin kamu sampaikan?"
Tanya tiara.
"Hmmm, iya hanya ini emangnya kamu mau apa lagi?"
Tanya balik dewi bingung sendiri.
"Tidak, lanjut kerja gih nanti pulang kerja kita ketemu
di lobi." Ucap tiara menghentikan perbincangan.
"Oke, semangat jangan terlalu di bebani ingat kesehatan
lebih penting dari harta apapun di dunia." Pesan dewi sebelum meninggal
ruangan tiara.
Sepeninggalan dewi, wanita itu mencoba untuk fokus
mengerjakan kerjaannya. Menyibukkan diri sepertinya dapat membantu mengurangi
kejadian tadi.
"Semangat tiara semangat, lupakan farel sejenak dan
fokus pada kerjaan. Sekarang bukan waktu nya untuk uring-uringan." Ucap
tiara menyemangati diri sendiri.
*****
Farel kini berada di ruang kerja bian. Kedua pria itu
berbincang serius dengan bian berdiri tegak memandang pemandangan luar. Dan
farel duduk di sofa yang biasa di gunakan para tamu.
"Bagaimana Yan, apa wanita ular itu sudah di tangkap?
Jangan biarkan dia lolos setelah apa yang dia lakukan pada qila, beraninya
ingin mencelakai qila setelah mengetahui identitasnya." Ujar farel
memandang pria di depan membelakangi nya.
Setelah kejadian penembakan yang menimpa aqila, keluarga
adijaya masih terus mencari siska karena wanita gila tersebut berhasil lolos
setelah mereka mengetahui dalang penyerangan saat itu.
Satu bulan pencarian, pagi tadi bian mendapat telpon dari
orang suruhan nya mengenai keberadaan si ular berbisa. Dan saat itu pun bian
langsung mengabari farel.
Farel geram pada wanita ular itu berhasil membuat sang adik
lumpuh dan bahkan twins kena imbas.
Wanita itu tidak hanya berhasil menghancurkan aqila dan
arka, tapi juga kedua pihak keluarga dan yang paling menderita adalah kedua
bayi aqila.
"Suruhan kita sedang bergerak ke lokasi wanita ular,
setelah ini dia tidak akan bisa lari kemanapun. Dia harus menanggung semua
resiko yang telah di perbuat." Tegas bian tanpa menoleh.
"Benar itu Yan. Ular itu harus menanggung konsekuensi
dari rencana jahat yang dia lakukan pada princess adijaya. Sebelum menyerah kan
ular itu, aku ingin memberi hadiah yang akan selalu dia ingat sampai
kapanpun." Senyum licik farel sudah memikirkan hal apa yang akan di
lakukan jika ular itu di temukan.
Beribuh balasan akan dia lakukan dan bahkan akan jauh lebih
sadis yang pernah dia perbuat pada aqila, hitung-hitung balasan dari dua
ponakan nya juga.
"Terserah kamu saja aku tidak peduli. Asal tidak
membunuh nya." Ujar bian.
"Kenapa tidak boleh? apa kamu ingin memaafkan ular itu
segampang ini, setelah apa yang di perbuat hingga hampir menghilangkan nyawa
qila. Aku tidak akan biarkan itu terjadi Yan, ular itu harus merasakan
penderitaan yang di alami qila, bahkan jika bisa aku akan buat dia merasakan
hidup di neraka." Ucap Farel menggebu-gebu mengingat keadaan aqila sang
adik berbaring lemas tak berdaya di ranjang rumah sakit dan dua ponakan
menangis merindukan pelukan ibunya.
"Siapa yang memaafkannya?" Bian membalikkan tubuh
menghadap farel dan menatap pria di depannya yang salah mengartikan perkataan
nya.
"Kamu lah, bukannya tadi kamu mengatakan jangan
membunuh nya, berarti apalagi kalau bukan memaafkan, tidak mungkin kamu
menyukai wanita ular itu, kan?"
"Gak usah ngacau, ular seperti dia tidak pantas di
sukai pria manapun. Dan kamu rel kalau punya otak di cerna baik-baik maksud
perkataan ku. Kita tidak perlu membunuh nya dengan tangan kita atau orang lain,
biarkan ular itu mengakhiri hidupnya dengan bisanya sendiri saking tidak ingin
hidup melihat sinar matahari yang indah." Bian berjalan dan menjatuhkan
bokong di kursi kebesaran nya dengan senyum kecil penuh arti tersendiri.
"Ya, kamu benar untuk apa mengotori tangan
sendiri." Ucap Farel membenarkan setelah berpikir ulang dan kini berhasil
menangkap maksud perkataan bian tadi………(Bersambung Bab 178)
Posting Komentar untuk "Bab 177 Pernikahan Di Atas Kertas "