Bab 175 Pernikahan Di Atas Kertas
Novel berjudul Pernikahan Di Atas Kertas adalah sebuah novel yang bergenre romantis banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas.
Novel ini dapat membuat guncangan emosi yang kuat bagi
pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat pembaca semakin ingin tau
kelanjutan dari cerita nya.
Teman – teman pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada kali
ini saya akan memperkenalkan dan memberikan novel Pernikahan Di Atas Kertas,
Kami yakin anda pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak bersama novel
berikut ini
Novel Pernikahan Di Atas Kertas Bab 175
![]() |
2 Minggu kemudian.
Keadaan aqila masih sama tidak ada perkembangan. Arka setia
menjaga aqila dan bayi twins nya di serahkan pada babysitter dan kedua orang
tuanya.
"Sayang, apa kamu tidak bosan tidur terus? please
bangun twins butuh kamu, kasihan bayi kita." Arka menggenggam jemari aqila
berharap istri nya bangun.
Pria itu tak bosan berbicara pada aqila, meski tak ada
sahutan balasan dia yakin wanita yang berbaring di ranjang rumah sakit
mendengar semua ucapannya.
Dokter pernah berpesan untuk sesekali mengajak pasien
berbicara, mungkin dengan cara seperti itu akan sedikit membantu pasien untuk
cepat sadar.
Arka pun mengikuti saran dokter, dia menceritakan aktivitas
twins yang di urus kedua orang tuanya, mertuanya dan juga babysitter.
Cekrek...
Tiara dan farel tidak absen menjenguk aqila.
"Bagaimana kondisi qila? apa ada pergerakan?"
Tanya farel menatap arka ketika tiba di samping ranjang rumah sakit dan
meletakan buah-buahan di meja.
"Belum, masih sama." Jawab arka tanpa menoleh,
tatapan nya setia pada wajah sang istri.
"Kamu harus kuat Ar, kita semua yakin qila pasti akan
sadar, sekarang yang perlu kita lakukan adalah berdoa." Ujar farel.
"Iya Kak terimakasih. Oh ya saya titip qila
sebentar." Ucap Arka bangkit dari kursi tanpa banyak kata meninggalkan
ruangan.
"Mas, aku kasihan sama Pak Arka dan juga twins yang
pasti sangat membutuhkan sosok aqila." Ujar tiara memandang kepergian
Arka.
Seminggu yang lalu, farel meminta tiara untuk mengubah nama
panggilan nya, dan tiara pun menyetujui dan memanggil farel dengan panggilan
mas.
Meski farel belum mengakui perasaan nya, tiara tidak masalah
kedekatan mereka saat ini sudah membuat dia bahagia.
"Iya, aku pun begitu. Aku tidak tega melihat twins
tidak mendapat kasih sayang dari kedua orang tuanya. Arka sibuk mengurus qila
hingga tidak memiliki waktu untuk twins."
"Kamu benar Mas. Kasihan bayi twins sekecil itu harus
merasakan semua ini, aku harap semua ini cepat berakhir." Kata tiara
"Amin. Dek, cepat bangun kakak tidak bisa melihat kamu
terus seperti ini, kakak rindu qila yang ceria, kakak janji kalau kamu sadar
apapun keinginan kamu akan kakak turuti. Menikah? kakak akan menikah sekarang
asal kamu bangun dek." Harap farel berharap ucapan nya dapat membangun
sang adik, namun semua nihil.
Tiara sedih melihat farel seperti sekarang ini, dua minggu
kemarin pria di depannya selalu murung banyak melamun.
"Begitu banyak orang yang menyayangimu qila, please
segera sadar demi bayi twins dan keluarga mu." Batin tiara memandang aqila
berbaring lemas di ranjang rumah sakit.
Beberapa menit kemudian Arka datang.
"Terimakasih sudah menjaga qila." Ucap arka, tanpa
ekspresi.
"Iya, emangnya lo dari mana?" Penasaran farel
menoleh pada arka.
"Kantin." Singkat arka.
"Ngapain ke kantin?"
"Makan." Lagi dan lagi jawaban arka singkat
seperti tidak memiliki gairah hidup.
Farel tidak kaget lagi dengan perubahan arka sekarang,
semenjak aqila di nyatakan koma saat itu, pria berstatus suami adiknya berubah
dingin, jika di ajak bicara jawabannya singkat tidak lebih ataupun kurang.
Perubahan arka pun membuat anggota keluarga lainnya sedih.
"Ya sudah kalau begitu gue dan tiara pamit, kita harus
segera balik ke kantor." Ucap farel tidak bisa berlama-lama karena ada
klien yang harus di temui hari ini di cafe 1 jam lagi.
"Iya." Angguk Arka.
Farel dan tiara pun meninggalkan ruangan tersebut.
Dalam perjalanan menuju parkiran, kedua berbincang perubahan
arka saat ini semakin dingin dari sebelumnya.
"Mas, aku berharap sikap Pak Arka bisa kembali seperti
semula. Aku kasihan dengan perubahan nya sekarang sudah hampir sama dengan Pak
Bian dingin tidak ada hangat nya." Ucap tiara.
"Hmmm, Bian dingin hanya di luar tidak berlaku di dalam
keluarga. Tapi sikap Arka yang sekarang ini luar dalam dingin, dan yang bisa
berubah nya hanya dengan kesadaran aqila." Sahut Farel yakin.
"Aku pun sama berpikir seperti itu."
Dalam perjalanan ada seseorang memanggil farel.
"Farel."
Kedua orang tersebut langsung berhenti dan menoleh pada asal
suara.
Betapa terkejut farel melihat keberadaan orang tersebut, tak
pernah terlintas di benak nya bertemu kembali.
Saat langkah ingin beranjak pergi, orang tersebut kembali
bersuara.
"Farel tunggu."
Tiara merasa tidak asing dengan wanita tersebut, entah
kenapa dia merasa pernah ketemu.
"Ya, wanita itu yang saat itu ke kantor mengaku kekasih
farel." Monolog tiara mengingat wanita sombong di hadapan nya berjalan
menghampiri mereka tepatnya farel sih.
"Farel, aku senang bisa bertemu kamu di sini, dan
perempuan ini siapa? sepertinya aku tidak asing dengan wajahnya, apa kita
pernah ketemu sebelumnya?" Pandang wanita tersebut mencoba kembali mengingat.
"Ah, iya aku kenal kamu wanita itu yang ada di kantor
kan? ngapain kamu bersama farel? dasar murahan apa kamu lupa perkataan ku saat
itu? farel kekasih ku, apa kamu tidak memiliki malu, atau kamu tidak laku di
luar sana hingga mendekati pacar orang?" Hina nya mengingat tiara adalah
wanita saat itu yang menantang keras dirinya.
"Tutup mulut! siapa yang kau kata kekasih? aku bukan
kekasih mu, bahkan jika waktu bisa di putar ulang aku lebih memilih tidak
pacaran dengan wanita seperti kamu. Tapi tak apalah semua sudah terjadi aku
tetap harus bersyukur menyadari sebelum terlambat, di bukakan mata untuk
melihat wanita seperti apa kamu sebenarnya." Ucap farel.
"Farel semua tidak seperti apa kamu lihat, sudah berapa
kali aku jelaskan jika aku dijebak saat itu." Ucap vivin menyakinkan
farel.
"Aku tidak peduli lagian itu sudah berlalu dan aku
tidak ingin mengingat nya. Dan satu lagi tiara bukan wanita murahan, tiara
lebih baik dari kamu." Tegas farel tidak ingin mendengar vivin menghina
tiara seperti tadi.
"Apa baiknya wanita murahan ini dari aku fafa? lihatlah
penampilan nya sudah sama dengan wanita di pinggir jalan, bahkan dandanannya
begitu kampungan, fafa kamu pasti di pelet wanita ini." Lagi dan lagi
vivin tak henti menyalahkan tiara, bahkan menuduh nya.
"Stop vivin! Aku farel bukan fafa, jadi hentikan omong
kosong mu sekarang. Tiara memang bukan orang kaya seperti kamu, tapi tiara jauh
lebih baik dari kamu yang kaya harta tapi miskin atas tindakan. Aku jadi
berpikir seperti nya kamu perlu pendidikan agar kaya kamu seimbang jadi tidak
hanya kaya harta tapi juga kaya tindakan agar tidak seenak jidat dalam bersikap
kepada orang lain." Balas farel menatap tajam vivin tidak henti menghina
tiara.
"Fafa, ak_"
"Stop memanggil ku dengan sebutan fafa!" Tegas
farel tidak suka panggilan dari vivin.
Tiara bahagia farel membelanya, melihat wajah penuh
kemenangan, vivin tidak terima dan langsung melayangkan satu tamparan telak di
pipi nya.
Plak...
"Vivin!" Kaget farel dengan tindakan yang di
perbuat nya pada tiara.
"Dia pantas mendapat ini fafa. Wanita ini sudah mencuci
otak kamu, sebelum nya kamu tidak pernah bersikap kasar padaku, tapi setelah
mengenal dia, sikap kamu berubah. Kamu bukan seperti fafa yang aku kenal
dulu." Ungkap vivin kesal pada tiara.
"Fafa yang kamu kenal sudah mati. Aku jelaskan padamu,
sikap ku berubah bukan karena tiara atau orang lain, tapi karena kamu. Jadi
stop menyalahkan tiara, salahkan diri sendiri." Jawab farel menggandeng
tangan tiara meninggalkan perempuan gila tersebut………(Bersambung Bab 176)

Posting Komentar untuk "Bab 175 Pernikahan Di Atas Kertas "