Bab 171 Pernikahan Di Atas Kertas
Novel berjudul Pernikahan Di Atas Kertas adalah sebuah novel yang bergenre romantis banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas.
Novel ini dapat membuat guncangan emosi yang kuat bagi
pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat pembaca semakin ingin tau
kelanjutan dari cerita nya.
Teman – teman pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada kali
ini saya akan memperkenalkan dan memberikan novel Pernikahan Di Atas Kertas,
Kami yakin anda pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak bersama novel
berikut ini
Novel Pernikahan Di Atas Kertas Bab 171
![]() |
Ketiga orang tersebut menikmati makanan dengan lahap, dan
tidak lama kemudian sekitar 25 menit arka datang. Sebelum menuju kafe, aqila
sudah mengirim pesan jika mereka akan makan di kafe sebelah Mall.
"By, ayo duduk. Aku sudah pesan kan, makanan untuk
mu." Ujar aqila menepuk bangku kosong samping nya.
"Iya sayang, makasih." Ucap Arka romantis.
"Gitu aja lebay nya selangit." Sindir farel muak
mendengar kata-kata geli terucap dari bibir arka.
"Terserah." Balas arka tanpa menoleh moodnya masih
kurang baik saat tadi berada di butik memarahi karyawan siput, hingga sekarang
masih belum normal meski sedikit berkurang.
"By, apa pakaian nya sudah selesai?" Tanya aqila
cepat mencari topik baru dari pada akan ada ada aduh mulut seperti biasa yang
di lakukan kedua pria tersebut.
"Sudah dong, kalau belum tidak mungkin sekarang aku
berada di sini." Jawab arka.
"Iya, ya. Makasih hubby ku. Ini makan yang banyak pasti
kamu kelelahan tunggu nya." Menyendok lauk ke piring sang suami.
"Kamu juga makan yang banyak, di dalam perut ada dua
nyawa yang perlu asupan dari kamu sayang." Perhatian arka ikut menyendok
lauk untuk istri tercinta.
Farel melihat pasangan suami istri alay menjadi geli
sendiri. Berbeda dengan tiara kagum dengan cinta kedua orang tersebut.
Betapa bahagia memiliki pasangan yang saling mencintai.
Tiara berpikir kapan dirinya bisa seperti ini bisa saling memiliki tanpa satu
belah pihak yang merasakan akan cinta.
Farel tak sengaja menoleh dan mendapatkan tiara menatap
pasangan suami istri di depan mereka.
"Jangan di pandang terus nanti jadi alay seperti mereka
mau?" Bisik Farel tepat di telinga tiara, hingga wanita itu tersadar dan
langsung menunduk malu.
"Dasar pria nyebelin romantis seperti itu di kata alay,
apa dia buta hingga tidak bisa membedakan?" Monolog tiara bingung apa yang
berada di jalan pikir farel.
"Kenapa diam?" Tanya Farel pada tiara setelah ia
memergoki wanita itu tidak juga menaikan kepala.
"Gak cape nunduk terus? apa perlu bantuan ku untuk
tegak kan?" Goda farel.
Dengan cepat tiara langsung mengangkat kepala takut ancaman
farel benar terjadi, menatap kesal.
"Pak, Qila. Aku permisi bentar mau ke toilet."
Izin tiara seraya bangkit meninggalkan meja.
"Iya, Ra. Hati-hati." Kata aqila.
"Iya." Sahut tiara.
Sepeninggalan tiara, ketiga orang tersebut melanjutkan
makannya.
"Oh iya kak, gimana hubungan nya sama tiara?jangan
terlalu tarik ulur nanti keburu putus di ambil orang, kakak sendiri yang
nyesal." Pesan aqila mengingat sang kakak belum juga mengakui perasaannya.
"Ngawur kamu, emangnya layang-layang? lagian kakak
masih ragu dengan perasaan kakak benar nyaman karena cinta atau nyaman
menganggap adik karena dia sahabat kamu." Jelas farel.
"Masa sih?" Ragu aqila dengan penjelasan nya.
"Serius ngapain juga kakak bohong." Yakin pria
itu.
Di tempat lain tepatnya di toilet, tiara memandang cermin
menenangkan diri.
"Tiara kamu jangan seperti ini, ingat kamu harus bisa
terlihat biasa jangan terlalu mencolok menunjukkan perasaan kamu nanti Farel
bisa berpikir macam-macam tentang mu." Ucap tiara pada diri sendiri.
Setelah merasa lebih tenang, wanita itu langsung bergegas
keluar dalam perjalanan ia mendengar namanya di panggil seseorang tapi, tak
melihat batang hidup manusia nya.
Tiara mengedarkan pandangan kiri kanan mencari asal suara
tersebut dan melihat seorang pria melambaikan tangan memandang nya sambil
berjalan mendekat.
"Hay, nona kita ketemu lagi." Sapa pria tersebut
menatap tiara terdiam seperti sedang berpikir.
"Hah, iya kita ketemu lagi Pak." Sahut tiara
berhasil mengingat pria di depannya.
"Nona sendiri? di mana suaminya?" Tanya nya tidak
melihat keberadaan pria yang menemani tiara di rumah sakit tempo hari.
"Suami?" Kaget tiara tidak mengerti maksud pria
tersebut. Namun setelah mengingat kejadian di rumah sakit hanya ada satu pria
bersama nya.
Kini tiara paham siapa yang di kata pria ini dengan
suaminya.
"Iya suami kamu yang menemani kamu saat kecelakaan itu,
bagaimana keadaan nya sekarang, apa masih posesif?"
"Bapak salah paham pria yang bersama saya saat itu
bukan suami saya, tapi atasan saya." Jelas tiara tidak ingin hal ini
sampai terdengar di telinga farel nanti pria itu berpikir buruk tentang nya.
"Jadi dia bukan suami kamu? tapi kenapa dia begitu
posesif, apa kalian sepasang kekasih?" Tanya pria itu sudah hampir sama
dengan wartawan tidak henti bertanya.
Tiara bingung harus menjawab apa, lama berpikir mencari ide
akhirnya ia tau apa yang harus di lakukan.
"Astaga." Tiara menepuk jidat dengan wajah panik.
Dan pria itu jadi ikut panik takut terjadi sesuatu pada tiara.
"Nona kenapa?"
"Maaf, Pak saya harus segera kembali mereka pasti sudah
menunggu lama." Ucap tiara, niat nya ingin terbebas malah semakin terjebak
dengan pria kepo ini.
"Siapa? apa Nona bersama kekasih nona saat itu? sudah
lama saya tidak bertemu dengan pria seposesif itu, jika nona tidak keberatan
apa boleh saya ikut?" Tanya nya mengajukan diri.
"Tapi, saya tidak berdua. Kami berempat."
"Ya tidak masalah, saya hanya sebentar tidak
lama." Kata pria itu.
"Baiklah kalau seperti itu, mari." Ucap tiara.
"Kok tiara belum balik juga, bukannya tadi hanya ingin
ke toilet?" Tanya Aqila.
"Sabar sayang, bentar juga balik." Jawab Arka.
"Iya, By." Sahut aqila.
_________
"Maaf, lama." Ucap tiara saat tiba di tempat.
"Iya, gapapa." Sahut aqila lalu berpindah
memandang pria di samping sahabatnya."Ra pria ini siapa?" Tanya aqila
penasaran sebab kepergian tiara tadi sendiri dengan alasan ke toilet, kenapa
sekarang pas balik berdua dengan pria pula, lumayan tampan sih.
Farel keselak mendengar perkataan aqila.
"Ini minum Kak." Farel menerima dan langsung minum
menyegarkan tenggorokan.
"Kakak kenapa bisa seperti ini?" Tanya aqila.
Sedangkan pria yang di tanya seperti itu tidak menjawab
malah berdiri menatap tidak suka pada pria di samping tiara dan dia seperti
tidak asing dengan wajah pria ini.
Entah kenapa ia merasa seperti pernah bertemu, tapi masih
belum bisa ingat.
"Hay, Pak apa kabar? senang bisa bertemu lagi dengan
bapak disini." Sapa pria itu dan farel mencerna ucapannya langsung
mengingat jika pria ini adalah pria yang berada di rumah sakit, tepatnya pria
penyebab tiara masuk rumah karena keteledoran tidak hati-hati dalam mengendari.
"Seperti yang anda lihat saya baik. Oh iya Bapak kenapa
bisa berada di sini?" Tanya Farel sinis.
"Saya rindu sama nona tiara, jadi saya kesini."
Jawab asal pria itu melihat raut wajah kesal farel menahan amarah dan mungkin
sebentar lagi akan meledak.
Farel mengepal kuat jemari lalu menatap tiara meminta
penjelasan dari apa yang terjadi.
"Tidak, Bapak ini becanda. Aku dan dia tidak sengaja
bertemu di jalan tadi." Jelas cepat tiara paham arti tatapan Farel.
"Hahahha, ternyata bapak masih saja posesif cepat resmi
kan, keburu di tikung orang di jalan nanti mewek." Goda nya di sertai tawa
kecil.
Aqila pun sama tertawa, tapi dalam hati ia tidak ingin sang
kakak tau.
"Apa maksud pria ini, apa dia menyukai tiara? tidak,
semua ini tidak boleh terjadi." Monolog Farel tidak terima………(Bersambung
Bab 172 )
Posting Komentar untuk "Bab 171 Pernikahan Di Atas Kertas "