Bab 166 Pernikahan Di Atas Kertas
Novel berjudul Pernikahan Di Atas Kertas adalah sebuah novel yang bergenre romantis banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas.
Novel ini dapat membuat guncangan emosi yang kuat bagi
pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat pembaca semakin ingin tau
kelanjutan dari cerita nya.
Teman – teman pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada kali
ini saya akan memperkenalkan dan memberikan novel Pernikahan Di Atas Kertas,
Kami yakin anda pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak bersama novel
berikut ini
Novel Pernikahan Di Atas Kertas Bab 166
![]() |
Tiara memandang farel yang tanpa sengaja menunjukkan
ketidaksukaan pada pria tersebut mengukir senyum di bibir nya.
Entah kenapa melihat sikap farel seperti ini terlihat lucu.
"Kenapa kamu senyum seperti itu? apa ada yang
lucu?" Bingung farel melihat perubahan wajah tiara.
"Tidak. Aku sedang berpikir kenapa kamu terlihat lucu
jika sedang kesal pada seseorang." Jujur tiara dengan apa yang ada di
benaknya.
"Lucu dari mana, gak usah asal kalau bicara. Sekarang
gimana keadaan kamu?" Tanya farel mengalihkan topik pembicaraan.
"Hehehe, Aku gapapa hanya luka kecil nanti juga sembuh
dengan sendiri." Jawab ngelantur tiara tidak terlalu memikirkan luka nya.
"Tiara dari mana luka kecil? ini lumayan parah, akan
aku putus kan, kamu harus di rawat di rumah sakit karena aku tidak ingin ambil
resiko jika ada luka dalam." Putus farel tidak ingin di bantah.
"Tidak usah Rel. Nanti aku istirahat di rumah juga
sembuh, kalau di sini aku gak punya uang untuk bayar, mending uang nya aku
tabung dari pada bayar rumah sakit." Kata tiara apa adanya tanpa malu.
Penuturan tiara membuat farel terdiam menatap kagum pada
wanita di depannya, dari banyak orang yang di temui baru kali ini ia mendengar
perkataan apa adanya seperti tiara.
Farel sedikit penasaran ingin tau kehidupan tiara, entah
bisikan dari mana yang jelas ia merasa kehidupan wanita ini tidak seperti apa
yang di lihat sekarang.
Banyak rahasia, seperti itulah yang di pikirkan farel.
"Gak usah pikir soal biaya sekarang lebih penting
kesehatan kamu."
"Aku baik-baik saja, terimakasih sudah khawatir padaku,
tapi aku gak mau repotin kamu." Bijak tiara.
"Kata siapa kamu repotin aku?" Tanya farel menatap
lekat pada tiara.
"Tidak ada sih, tapi tetap saja aku merasa tidak
enak." Jawab tiara.
"Kalau gak enak, di enakin aja Ra kayak sama siapa
saja. Kamu sahabat qila berarti kamu juga adikku." Ucap farel.
Ungkapan farel hanya menganggap dirinya sekedar adik tidak
lebih menghancurkan hati tiara.
Tiara menundukkan kepala, rasanya saat ini ingin menangis
mencurahkan isi hati betapa bodoh mengharapkan seseorang yang tidak akan pernah
bisa di dapat kan.
Hati nya terasa sakit, setiap detak jantung berdetak ikut
merasakan pedih yang di rasakan.
Tanpa bisa di bendung air mata tiara berhasil lolos, dan
farel jadi khawatir dengan perubahan tiara sekarang.
"Ra, kamu kenapa? apa ada yang sakit? katakan aku akan
memanggil dokter untuk mu." Terlihat jelas dari raut wajah farel cemas
dengan keadaan tiara, tapi sangat di sayangkan, perhatian yang di berikan hanya
sekedar menganggap adik tidak lebih.
"Tidak usah Rel. Aku hanya ingin pulang sekarang."
Sahut tiara.
"Tapi Ra, kamu belum sembuh total, bagaimana jika ada
efek samping dari kecelakaan kamu?" Tanya farel berusaha mencegah tiara
agar berubah pikiran.
"Tidak usah khawatir, semua akan baik-baik saja."
Menyakinkan farel, fisik menunjukkan baik, tapi dalam begitu rapuh dan hancur
berkeping-keping.
Farel tidak bisa memaksa tiara untuk tetap berada di sini,
bagaimana juga wanita tersebut bukan siapa-siapa nya.
"Ya sudah aku gak bisa memaksa mu, tapi aku akan
mengantar mu pulang tidak ada penolakan lagi!"
"Oke, aku tidak masalah." Setuju tiara dari pada
harus tetap berada di rumah sakit.
****
Di dalam mobil hanya ada keheningan tidak ada perbincangan
satu sama lain. Kedua sibuk pada pikiran masing-masing. Tiara memandang arah
luar jendela melihat kendaraan lalu lalang dan farel memandang satu arah yaitu
depan.
Farel merasa canggung dengan keadaan seperti ini tidak
seperti biasa.
"Ra, besok kamu istirahat dulu di rumah gak usah kerja.
Aku gak mau di kata atasan gak berperasaan memperkejakan staff yang sedang
sakit." Farel memecahkan keheningan agar tidak seperti kuburan.
"Tidak perlu Rel. Ini hanya kecelakaan kecil jadi gak
usah berlebihan seperti itu. Lagian aku bosan jika di rumah, gak ada yang bisa
aku lakukan, jika di kantor banyak yang bisa aku lakuin." Jujur tiara
menoleh pada Farel.
"Apa kamu yakin? tidak perlu berlagak kuat jika semua
itu adalah kebohongan." Kata Farel.
"Kamu benar rel. Aku sedang tidak baik sekarang, hati
ku sakit mengetahui perasaan mu padaku. Tapi apa yang bisa aku perbuat selain
menutupi ini. Tidak mungkin aku terus terang, karena itu akan menciptakan
dinding antara kita dan aku tidak ingin hal itu terjadi. Biarkan perasaan ini
aku simpan sendiri." Batin tiara menangis.
"Terserah kamu saja."
Kedua kembali terdiam tidak ada pembicaraan hingga tiba di
halaman rumah tiara.
Farel berlari memutari mobil dan membuka pintu untuk tiara
seperti sedang melayani seorang ratu.
"Terimakasih Rel." Tulus tiara memberi senyum
manis yang di miliki, dan entah kenapa jantung Farel berdetak tak karuan dari
biasa.
Ada sedikit perasaan bahagia yang tidak bisa di ungkapan
lewat kata-kata dengan melihat senyum manis tiara.
Satu hal yang pasti debaran ini seperti awal yang di rasakan
pada mantan kekasihnya. Tapi apa sekarang ia sudah jatuh cinta? semua itu masih
saja di ragukan dengan perasaan nya.
Farel memapah tiara seperti orang susah berjalan, padahal
wanita itu sudah berkata baik-baik saja, tapi tetap keras kepala.
"Terimakasih, silakan duduk. Aku akan buatkan, minum
untukmu." Namun belum juga melangkah, pria itu sudah mencegah dengan suara
maskulin nya.
"Tidak perlu aku kesini bukan untuk bertamu atau
merepotkan mu. Jadi tidak perlu ada perjamuan resmi seperti itu." Protes
Farel menolak.
"Tapi setidaknya kamu perlu minum Rel, sejak tadi di
rumah sakit kamu tidak meminum apapun, aku tidak ingin kamu dehidrasi hanya
karena mengurusi ku." Kata tiara kekeh.
"Ya sudah jika seperti itu kamu duduk, biar aku ambil
sendiri tunjukkan di mana letak dapur berada." Ujar farel.
"Hmmm, kamu lurus nanti belok kiri di situ lah letak
dapur." Rumah tiara kecil seadanya pas untuk dua orang tinggal jadi tidak
akan membuat orang pusing atau tersesat mencari letak dapur atau pun lainnya.
Dan sesuai dugaan jika pria itu tidak akan pusing mencari
letak dapur dan sekarang sudah kembali membawa dua gelas berisi air putih di
tangan. Satu untuknya dan satu lagi untuk tiara.
"Minumlah, kamu pasti haus kan?" Meletakkan gelas
berisi air di meja depan tiara.
"Kenapa repot-repot seperti ini, aku bisa mengambil
jika menginginkan." Kata tiara merasa tidak enak, bukannya tuan rumah
menyajikan minum untuk tamu ini malah sebaliknya, sungguh memalukan dan adat
baru dari mana ini.
"Tidak apa-apa. Oh iya kamu tinggal di sini bersama
siapa? kenapa aku tidak melihat siapapun di sini?" Penasaran Farel.
"Aku tinggal berdua bersama adikku, dan sekarang dia
masih berada di sekolah." Jawab tiara.
"Kemana orang tuamu, kenapa hanya berdua?"
Melihat raut wajah tiara berubah, ia yakin perkataan yang di
lontarkan salah dan tidak seharusnya bertanya secara detail seperti ini.
Dan sekarang satu hal yang dia lihat dari dalam kehidupan
tiara………(Bersambung Bab 167 )

Posting Komentar untuk "Bab 166 Pernikahan Di Atas Kertas "