Bab 162 Pernikahan Di Atas Kertas
Novel berjudul Pernikahan Di Atas Kertas adalah sebuah novel yang bergenre romantis banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas.
Novel ini dapat membuat guncangan emosi yang kuat bagi
pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat pembaca semakin ingin tau
kelanjutan dari cerita nya.
Teman – teman pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada kali
ini saya akan memperkenalkan dan memberikan novel Pernikahan Di Atas Kertas,
Kami yakin anda pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak bersama novel
berikut ini
Novel Pernikahan Di Atas Kertas Bab 162
![]() |
Aqila mendengar setiap kata terucap keluar dari bibir siska
terdengar jelas di ponsel sang suami hanya menanggapi dengan senyum kecil.
Sekarang batu kerikil perusak rumah tangga nya kembali
datang mengusik, setelah sekian lama menghilang.
Dewi dan tiara melihat ekspresi aqila seperti tidak
mendengar apapun dari seberang telpon, tidak mengerti apa sebenarnya yang
dipikirkan aqila hingga seperti ini. Bukannya merasa kesal malah menampilkan
senyum indah.
"Oh, iya satu lagi. Aku dengar wanita ja***g mu sedang
hamil, selamat buat kamu sayang. Aku berdoa agar bayi kalian lahir dengan
keadaan tak bernyawa." Ucap Siska berdoa buruk untuk aqila.
"Kau!" Geram Arka muak mendengar perkataan hina
wanita gila ini.
Aqila mengelus lengan sang suami agar sabar, biarkan kita
mendengar semua unek-unek wanita gila di seberang telpon.
"Jangan marah dong sayang, aku becanda lagian bukannya
kamu seharusnya bahagia jika bayi wanita ja***g tiada kita bisa bersama
kembali, mengulangi momen indah waktu kita pacaran." Goda Siska terdengar
bahagia.
Sepertinya sudah cukup mendengar perkataan tak berfaedah
dari mulut wanita gila.
"Hallo, kakak ku tercinta apa kabar?" Sapa aqila
lembut.
Ponsel Arka sempat terdiam sejenak karena tak ada balasan.
"Hallo juga wanita ja***g perebut calon suamiku."
Sahut Siska menghina aqila.
"Benarkah, seperti itu. Aku wanita ja***g perebut suami
kakak, lalu julukan yang cocok untuk kakak apa?" Tanya aqila diam sejenak
memikirkan lalu kembali membuka suara."apa semua perkataan tadi cerminan
dari kakak sendiri?"
"Kau!" Pekik Siska membenci balasan hinaan aqila
untuknya.
"Sabar kakak ku sayang, jangan berteriak seperti ini.
Aku takut mendadak kau terkena serangan jantung, kasihan Mama dan Papa akan
repot mengurus anak yang kerjaannya selalu buat ulah, tepatnya buat malu
keluarga." Ejek aqila merasa sedikit puas membalas wanita gila ini.
Aqila yang dulu kini telah tiada, sekarang hanya ada aqila
pemberani tanpa takut melawan apapun yang menganggu kehidupan nya.
Hal tersebut mungkin bawaan bayi, hingga ia menjadi wanita
tangguh.
Tiara dan dewi saling pandang melempar senyum kagum dengan
bawaan aqila tenang dalam menghadapi situasi yang sengaja di buat panas.
Namun semua usaha nya ternyata sia-sia, karena ikan tidak di
makan umpan.
Arka pun sama kagum dengan kedewasaan aqila dalam bersikap,
perasaan cinta nya kini semakin besar tanpa bisa di ukur lagi.
"Tutup mulut mu ja***g!" Bentak siska.
"Kakak telinga ku sakit, bisakah kau turunkan nada
bicaramu? aku tidak tuli hingga kau harus berteriak seperti ini, bukannya sudah
ku peringatkan tadi. Apa kau sudah melupakannya, astaga kenapa daya ingat mu
makin hari, makin berkurang. Saran ku sekarang kakak ke rumah sakit periksa
kesehatan kakak." Sindir aqila merasa perkataan nya belum seberapa.
"Qila, kau akan menyesal berkata seperti ini padaku.
Ingat perkataan ku hari ini, cepat atau lambat kau akan kena batu dari semua
yang katakan hari ini." Ancam Siska serius terdengar dari nada bicara
tidak sedang becanda.
"Dengan senang hati aku akan menunggu, Kak." Jawab
aqila menantang Siska, tanpa gentar.
"Ya." Setelah mengatakan satu kata, panggilan
langsung terputus.
Aqila langsung mengembalikan ponsel pada Arka dan berlalu
pergi meninggalkan pria tersebut.
Melihat sikap acuh tidak peduli aqila pada dirinya, ia
langsung mengejar aqila dan di ikuti kedua wanita.
Dan sekarang aqila kembali ke taman belakang.
"Sayang, kenapa kamu mengacuhkan aku setelah berbicara
dengan wanita gila itu?" Tanya Arka bingung sikap apa yang di berikan
aqila sekarang.
Perasaan tadi tidak seperti ini, kenapa sekarang berubah
aneh.
"Bisakah kita bahas nanti, sekarang aku harus
mengerjakan tugas ku, kamu bisa lanjutkan kerjaan mu." Ujar aqila tidak
ingin membahas ini depan kedua sahabat nya.
Aqila tidak ingin masalah rumah tangga nya di ketahui orang
luar, meski mereka sahabat nya sendiri.
"Oke. Kita bahas setelah kerjaan kamu selesai. Aku
balik ke atas dulu." Pamit Arka meninggalkan aqila, tidak berselang lama
kepergian nya kedua wanita utusan farel datang.
"Qila, kamu gapapa kan?" Khawatir tiara melihat
perubahan aqila.
"Iya, gak usah khawatir. Mending sekarang kita langsung
mulai aja, kalau ada yang gak kalian paham bisa langsung tanya saja." Kata
aqila sebelum memulai.
Kedua wanita tersebut mengangguk paham, percuma tanya pun
jawabannya akan tetap sama.
Melihat sikap Arka tadi seperti apa sudah membuat mereka
yakin aqila tidak mudah menceritakan masalah yang di alami pada orang.
Ketiga wanita tersebut mulai fokus dengan masing-masing
tugas nya.
Jemari aqila lihai dalam mengotak-atik keyboard laptop.
Tidak ada kendala dalam kerjaan.
Aqila sedikit belajar hukum saat berada di Amerika, untuk
itu tidak sulit untuk nya mengubah dan menetapkan, pasal yang akan di dapat kan
klien batu yang terus bersih keras dengan keputusan tak berdasar tanpa diskusi
terlebih dahulu.
"Bagaimana kamu tau tentang ini?" Penasaran dewi
dengan keahlian aqila serba mendadak memiliki banyak kecerdasan yang tidak di
ketahui.
"Maksud lo tentang ini apaan?" Tanya balik aqila
tidak paham.
"Qila sayang, aku tanya tentang kerjaan kamu, bagaimana
mengetahui sebanyak ini? setau aku kamu kuliah tidak mengambil jurusan
hukum." Bingung dewi.
"Oh, masalah kerjaan." Mengerti aqila setelah
mendengar penjelasan dewi.
Tiara diam menyimak perbincangan kedua, sejujurnya ia pun
penasaran seperti dewi, tapi karena dewi sudah duluan bertanya jadi ia memilih
diam mendengar.
"Iya, ayolah cerita. Aku penasaran nih." Bujuk
dewi ingin tau.
"Iya, aku cerita. Saat itu aku iseng belajar sama kakak
senior ku di Amerika dan dia mengajar kan, ku banyak materi hingga aku dapat
mengerti sedikit seperti sekarang yang kamu lihat ini. Tapi pemahaman ku hanya
sekedar hukum dalam berbisnis tidak lain nya." Jelas aqila.
"Oh, emangnya kakak senior kamu cewek apa cowok?"
"Cowok."
"Serius lo?"
"Iya, emang kenapa? apa ada yang salah?" Bingung
aqila dengan ekspresi dewi aneh menurut nya.
"Tidak, gak nyangka aja, ada gitu orang baik
mengajarkan banyak hal." Jujur dewi.
"Ya seperti itulah."
Penjelasan dari aqila membuat tiara ingin belajar, siapa tau
suatu saat nanti ia membutuhkan.
"Qila." Pandang tiara.
"Iya." Sahut aqila menoleh pada tiara.
"Aku ingin belajar hukum, apa boleh?"
"Tentu boleh, kenapa tidak." Jawab aqila tidak
keberatan.
"Aku juga qila." Timpa dewi.
"Iya boleh."
Meladeni perkataan kedua sahabatnya ini, aqila tidak fokus mengerjakan
tugas nya.
Ada saja topik pembicaraan dari dewi, hingga ia tidak bisa
terhindar dan harus menjawab.
Tanpa terasa sudah 3 jam mereka menghabiskan waktu bersama
di taman belakang, dan kerjaan masih belum terselesaikan.
Semua karena dewi terus mengajak aqila berbicara.
Tidak salah jika dewi menjadi pendamping Bian, yang satu
irit bicara dan satu lagi boros bicara………(Bersambung Bab 163 )
Posting Komentar untuk "Bab 162 Pernikahan Di Atas Kertas "