Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Bab 161 Pernikahan Di Atas Kertas

Novel berjudul Pernikahan Di Atas Kertas adalah sebuah novel yang bergenre romantis banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas.

Novel ini dapat membuat guncangan emosi yang kuat bagi pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat pembaca semakin ingin tau kelanjutan dari cerita nya.

Teman – teman pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada kali ini saya akan memperkenalkan dan memberikan novel Pernikahan Di Atas Kertas, Kami yakin anda pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak bersama novel berikut ini

Novel Pernikahan Di Atas Kertas Bab 161


Setelah berbincang dan menyiapkan semua yang di perlukan sekarang tiara dan dewi sudah berada di mansion aqila.

Kedua wanita tersebut begitu semangat.

Sebelum memulai kerjaan, ketiga wanita duduk santai di taman belakang menikmati indahnya pemandangan.

"Gimana Wi, hubungan kamu sama kak bian sekarang udah baikan?" Penasaran aqila ingin tau.

"Hmmm, gimana ya?" Pikir dewi meletakkan jari telunjuk di samping jidat seperti orang yang sedang berpikir keras mencari jawaban.

"Apaan sih Wi, bikin gregat deh. Aku tanya serius loh ini." Gemas aqila dengan dewi yang tidak pernah berubah.

"Hahaha, gitu aja ngambek dasar bumil." Tawa dewi pecah melihat wajah sahabat satunya ini sedang kesal.

"Gak lucu tau, aku serius kamu malah becanda."

"Hehehe, maaf. Ya udah aku serius nih. Hubungan aku sama bian kakak mu udah baikan. Terimakasih atas bantuan mu qila sayang ku." Ujar dewi lalu menghambur peluk pada sahabat terbaik yang selalu mengerti dirinya.

"Benarkah, aku senang dengar nya. Kalau kamu gimana Ra?" Senang aqila berpindah pada tiara perkembangan nya sama farel.

Tiara hanya diam menggeleng kepala dan aqila mendapat jawaban tidak sesuai dengan lintasan otaknya menjadi lesuh.

Aqila sedikit kesal bagaimana bisa sang kakak begitu bodoh tidak menyadari cinta tiara selama 4 tahun begitu tulus.

"Apa yang ada di otak mu kak? kenapa tidak menyadari? aku harap jika kakak mengetahui semua ini masih belum terlambat." Batin aqila hanya bisa berdoa.

Dewi yang tidak tau maksud arah pembicaraan kedua wanita di depan nya mengerutkan kening bingung.

"Yaelah zaman sekarang masih saja bicara nya kode-kode. Lagian di sini hanya kita bertiga gak ada orang lain, apa salahnya berbagi. Gak usah sok misterius deh." Ujar dewi.

Aqila memandang tiara menggeleng kepala, ia menjadi paham wanita tersebut tidak ingin ada yang mengetahui selain dirinya.

"Siapa misterius? aku tanya tiara udah ketemu pujaan hati atau belum, gak ada yang lain. Punya otak sekali-kali di ajak pikir positif, gak baik pikir negatif, Wi." Kata aqila.

"Sorry ya, otakku ini selalu berpikir positif, mungkin kamu." Bantah dewi tidak terima dengan perkataan aqila.

"Masa sih?" Tanya aqila dengan nada mengejek sahabat satunya ini.

Tiara melihat keakraban kedua wanita di depan nya ini tersenyum. Ini pertama buat dirinya melihat langsung begitu dekat dewi dan aqila.

Mereka menghabiskan waktu bersama bertukar cerita dengan kesibukan yang saat ini sedang di jalanin.

Arka kembali ke ruang kerja saat melihat kedatangan kedua sahabat sang istri. Lagian tidak ada tempat jika kedua sahabatnya ini sudah bertamu.

Sebaiknya mundur dari awal, dari pada menjadi nyamuk di akhir dengan keasyikan para wanita rumpi yang akan banyak topik pembicaraan.

Kedatangan kedua wanita tersebut sudah di ketahui Arka, karena sebelum itu Farel sudah mengabari membutuhkan bantuan aqila dalam proyek yang sedang mereka tangani dan hal tersebut hanya bisa di tangani aqila.

Dan hal tersebut tidak masalah, asal tidak membuat sang istri kecapean, karena ia tidak akan membiarkan itu terjadi.

Seketika ponsel arka berdering, namun panggilan tersebut tidak tertera nama karena tidak tersimpan di kontak ponsel.

"Nomor siapa ini?" Pikir arka menatap layar ponsel tanpa menyentuh.

Semakin di biarkan, dering ponsel semakin gencar menghubungi nya.

Kepala arka pusing mendengar dering ponsel sangat berisik, hingga akhirnya memutuskan untuk mengangkat.

"Hallo, kenapa anda terus menghubungi saya?" Tanya arka dengan nada tidak suka di hubungi, seperti penagih utang yang belum membayar cicilan kredit.

"Hay, Arka sayang. Apa kau melupakan aku." Sapa manis dengan nada menggoda.

"Kau siapa? jangan sok kenal, saya tidak mengenal anda!"

"Benarkah, apa setelah ini kau akan tetap tidak mengenal ku, jika aku mengenal kan diri?" Memastikan nya seperti sedang bermain tebak-tebakan.

"Tidak usah basa-basi, katakan saja siapa kau sebenarnya atau akan saya matikan panggilan ini." Ancam Arka tidak suka menunda.

"Baiklah, sepertinya sayang ku ini sekarang sudah banyak berubah. Kalau seperti ini aku jadi kangen masa-masa kita bersama dulu, bagaimana jika kita mengulangi hal yang kamu sukai, apa aku harus menemani kamu." Goda wanita di seberang sana dengan manja, dan hal tersebut langsung Arka tebak siapa lagi jika bukan siska wanita ja***g gila itu.

Kata-kata manja penuh penekan seperti ini hanya sering di ucapkan siska, tapi sekarang yang menjadi pertanyaan nya bagaimana wanita gila ini memiliki nomornya.

Seingat nya ia sudah menganti nomor dan yang mengetahui ini hanya keluarga dan juga asisten nya bernama yudha.

Tidak mendapat jawaban dari arka, wanita di seberang sana kembali membuka suara." Hay sayang, apa kau sudah mengingat ku? jika belum katakan saja. Aku akan mengenalkan diriku."

"Apa kau tidak memiliki malu, jangan mengemis cinta pada pria yang sudah beristri, atau karena kau tidak laku?" Ejek arka jijik dengan nada manja menggoda dari wanita gila.

"Bahagia nya aku, ternyata ingatan mu begitu kuat. Sekarang aku tidak perlu mengenalkan diriku lagi."

"Katakan apa tujuan kau menghubungi ku? jika tidak ada yang penting saya akan matikan." Tegas arka tidak ingin berbincang dengan wanita sinting lebih lama.

"Sayang kenapa sekarang kau jadi tidak sabaran seperti ini? apa semua ini didikan qila istri yang kau bangga kan, tidak lebih seperti ja***g." Maki Siska.

Perkataan siska terekam kuat di pendengaran arka, hingga pria tersebut marah tidak suka jika ada orang mengatai istri tercinta.

"Tutup mulut mu, kau lah wanita ja***g. Saya berpikir kau tidak pantas mendapat pria mana pun dengan sikap dan kelakuan menjijikkan mu itu. Saran saya mending sekarang cepat pergi berobat atau kau akan menjadi gila." Balas arka.

Sedangkan ketiga wanita yang sedang asyik menikmati waktu bersama mendengar bunyi dari lantai atas seketika menghentikan perbincangan mereka.

Mereka saling melempar pandang. Aqila khawatir jika terjadi sesuatu pada sang suami.

Akhirnya mereka memutuskan untuk mengecek bersama di atas.

Cekrek...

Aqila masuk dan di ikuti kedua sahabatnya dari belakang, melihat arka berdiri tegak dengan tangan memengang ponsel di samping telinga, aqila dapat menebak saat ini pria itu sedang berbicara dengan seseorang, tapi hal apa yang membuat ia marah seperti ini.

Mendekati sang suami yang masih belum menyadari kedatangan nya, karena saat ini posisinya membelakangi mereka.

Kini aqila paham kenapa arka bisa seperti ini, ternyata semua ini ulah kakaknya siska.

Aqila menggengam tangan arka dan pria tersebut kaget mendapatkan aqila berada di samping nya.

Saat arka ingin mengeluarkan suara, aqila memberi kode untuk tetap diam dan bersikap seperti biasa sebelum kedatangan nya.

Aqila pun meminta arka untuk loudspeaker dan di ikuti pria itu.

Kini tidak hanya arka dan aqila yang mendengar ejekan dan hinaan siska, tapi dewi dan tiara juga………(Bersambung  Bab 162 )


 

DAFTAR ISI BAB NOVEL

Posting Komentar untuk "Bab 161 Pernikahan Di Atas Kertas "