Bab 160 Pernikahan Di Atas Kertas
Novel berjudul Pernikahan Di Atas Kertas adalah sebuah novel yang bergenre romantis banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas.
Novel ini dapat membuat guncangan emosi yang kuat bagi
pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat pembaca semakin ingin tau
kelanjutan dari cerita nya.
Teman – teman pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada kali
ini saya akan memperkenalkan dan memberikan novel Pernikahan Di Atas Kertas,
Kami yakin anda pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak bersama novel
berikut ini
Novel Pernikahan Di Atas Kertas Bab 160
![]() |
Menduduki bangku, tiara tidak fokus dengan kerjaan yang
menanti untuk di sentuh. Bayang-bayang momen Farel menangkap dirinya terus
memutari benaknya.
Sesekali ia tersenyum sendiri, momen tersebut sangat
berkesan dan yang pertama setelah lama di impikan.
"Ya Tuhan, rasanya aku ingin menghentikan waktu
sejenak. Terima kasih untuk kejadian tak terduga hari ini, jika ada kesempatan
berikan kejadian ini berulang lagi." Harap tiara memanjatkan doa.
Tiara sudah seperti orang gila saat ini, cengengesan dan
bicara menatap balik pintu, ia masih setia memutar balikan ponsel atas bawah,
seakan dengan cara ini ia menyampaikan perasaan hatinya sedang bahagia.
Berbeda dengan Farel di ruang kerja saat ini sedang fokus
melakukan kencan romantis bersama dokumen tercinta.
Menekan tombol telpon yang terhubung ke tiara."Segera
ke ruangan saya." Perintah farel lalu langsung mematikan sambungan telpon.
Matanya kembali fokus pada dokumen di bawah meja setelah
menyampaikan keinginan nya.
Beberapa menit kemudian, terdengar ketukan pintu dari luar.
Tok... tok... tok....
"Masuk." Perintah Farel dari dalam.
Mendengar perintah dari atasan mengizinkan dirinya masuk,
tiara langsung masuk.
"Selamat siang, Pak." Sapa sopan tiara sedikit
tersenyum.
"Siang, Wi. Tujuan saya memanggil mu ke sini, ingin
bertanya bagaimana perkembangan kerja sama kita dengan perusahaan luar negeri.
Saya dengar mereka sedikit menuntut kita merubah detail yang sudah di setujui
di awal perjanjian, apa semua itu benar?" Farel memastikan sesuai dengan
apa yang di dengar dari karyawan lainnya.
"Benar, Pak. Tapi hal yang membuat saya bingung kenapa
secara mendadak saat kita sudah mulai melakukan observasi. Padahal sudah
tertera jelas di kontrak, hal tersebut tidak bisa di biarkan." Jelas
tiara.
"Seperti nya mereka ingin mencoba bermain dengan kita,
ikuti saja alur mereka." Senyum farel merasa tertantang dengan pembangkang
yang melanggar kontrak kerja sama.
Sudah lama tidak berurusan dengan rekan kerja yang ambisius
melakukan apapun agar menang dan sekarang di pertemukan ini rasanya
menyenangkan.
Melihat senyum tidak jelas entah memiliki makna tersembunyi
apa, membuat wanita tersebut mengerutkan kening bingung. Senyuman Farel sungguh
menakutkan, sepertinya senyuman ini menanda kan semua tidak akan baik saja.
Sungguh miris nasib rekan bisnisnya saat ini, karena salah
mencari musuh. Tiara sudah banyak mengetahui kabar banyak perusahaan hancur
secara mendadak bahkan tidak bisa dipulihkan. Semua itu karena campur tangan
Farel yang tidak senggang menghancurkan musuh.
"Ya Tuhan, lindungi siapapun mereka yang berniat jahat
pada perusahaan ini. Berikan mereka kesadaran sebelum semuanya terlambat."
Harap tiara berdoa yang terbaik pada mereka.
"Kamu kenapa tiara?" Tanya Farel memandang tiara
yang terdiam seperti sedang memikirkan sesuatu, entah apa itu ia sendiri tidak
tau.
"Tidak apa-apa. Apa masih ada yang ingin Bapak kata
kan?" Tiara tidak mungkin berkata jujur yang ada nanti dirinya bisa
mampus.
"Tidak hanya itu saja, ya sudah sekarang kamu bisa
kembali ke ruangan" Kata Farel. "Oh iya satu lagi hampir saja saya
melupakan." Sambung nya dan tiara hanya menaikan alis bertanya hal apa
lagi.
"Nanti kamu serah kan proposal yang sedang bermasalah
pada qila, dan satu lagi jangan di ubah sedikit pun yang ada."
"Kenapa harus ke qila, Pak? sebaiknya jangan melibatkan
aqila dengan sekarang kondisinya sedang hamil besar, saya takut jika terjadi
yang tidak terduga." Khawatir tiara.
"Terima kasih, kamu sudah memikirkan qila adikku, tapi
untuk masalah ini Kamu jangan cemas semua akan baik-baik saja."
Menyakinkan tiara, wanita yang berada di depannya.
Meski mendengar keyakinan dari farel, tiara masih belum
cukup tenang. Dan hal tersebut dapat di lihat jelas farel. Pria itu kembali
buka suara." Percayalah, qila bukan wanita lemah seperti yang di lihat.
Sebelum kami bertemu bersamanya, qila sudah banyak melewati masalah hidup yang
mungkin bisa di kata paling berat dalam hidup."
Dan hal tersebut sontak membuat tiara terkejut. Ternyata
kehidupan aqila tidak seperti apa yang di bayangkan sebelum nya.
Terlihat bahagia sekarang, karena masa lalunya telah banyak
mencoba kehidupan nya. Namun untuk saat ini tiara masih belum mengetahui banyak
masa lalu aqila, tapi satu persatu sudah sedikit terbuka.
Tiara belajar satu hal dari apa yang di lihat sekarang,
kebahagiaan yang terlihat sempurna adalah sesuatu balasan dari perjalanan hidup
dulu yang pernah di alami dengan penuh penderitaan.
Tidak ada kebahagiaan sempurna seutuhnya, karena setiap
kehidupan manusia akan di beri cobaan sama halnya dengan air laut akan ada
pasang surut.
"Iya, Pak. Tapi apa boleh saya dampingi qila?"
Harap tiara dapat izin dari Farel yang masih menatap dirinya.
Sebenarnya saat ini tiara sangat deg-degan mendapat tatapan
tajam dari Farel, namun wanita tersebut berusaha menguasai dirinya agar
terlihat santai.
"Ya sudah, setelah kerjaan kamu selesai, kamu bisa
langsung ke mansion aqila, nanti ajak dewi sekalian biar kamu gak
sendiri." Kata farel mengizinkan dan tiara bahagia akhirnya bisa lebih
banyak waktu bersama aqila.
Jujur ia ingin jauh mengenal aqila, melihat perlakuan orang
sekeliling begitu menyayangi aqila, ia merasa sosok wanita tersebut pasti
memiliki hati seperti malaikat. Apalagi saat mengingat peristiwa aqila bertukar
nyawa menolong bian.
"Baik, Pak. Kalau begitu saya akan menyiapkan semua
dulu." Pamit tiara menutup perbincangan mereka sebelum meninggalkan
ruangan di mana ia dapat melihat jelas pria idaman dalam diam selama empat
tahun.
"Iya, silakan." Farel mempersilakan tiara untuk
kembali ke ruangan nya.
Setelah kepergian tiara dari ruangan, Farel diam sejenak
entah apa yang di pikirkan sekarang hanya dirinya yang tau.
Memikirkan sesuatu seketika terlintas perkataan tiara yang
tadi begitu khawatir terhadap sang adik.
Farel tidak menyangka wanita yang dulu ia anggap sangat
merepotkan, cerewet dan kepo segala urusan yang di hadapi, ternyata begitu
peduli dengan keluarga.
"Kamu wanita yang baik, saya berdoa agar kamu bisa
mendapatkan pria yang kamu inginkan. Jika pria itu menolak kamu berarti pria
tersebut memiliki penyakit." Ucap Farel memandang jauh kepergian tiara
yang sudah hilang dan mungkin sudah setengah perjalanan menuju ruangan nya.
****
Arka masih membujuk sang istri yang terus menolak melakukan
olahraga ranjang.
Berulang kali Arka mengemis, balasan dari aqila tetap sama
dengan alasan tidak mood dan bayi dalam kandungan tidak ingin bertemu sang
daddy.
"Ayolah sayang, kenapa sekarang kamu mendadak menolak?
biasanya sekali aku ajak kamu pasti mengiyakan tanpa menolak atau membantah
seperti ini." Bingung Arka merasa aneh dengan perubahan sang istri yang
begitu ajaib.
Perubahan mood aqila harus di beri seratus acungkan jempol.
Bagaimana tidak? sesuatu yang sangat di sukai seketika dapat membuat wanita itu
dalam hitungan detik tidak menyukai.
Meski sudah berulang kali di ingatkan pada Arka jika semua
yang terjadi wajar karena masa hamil aqila mempengaruhi perubahan mood yang
tidak sesuai.
"Hubby, aku lagi tak ingin, dan bayi kita saat ini
tidak ingin di jenguk, jadi stop memaksa atau aku tidak akan memberikan selama
satu bulan." Ancam aqila lelah mendengar rayuan bujukan Arka menginginkan.
"Ayolah sayang, kenapa ancaman mu selalu sama? apa
tidak ada ancaman yang lebih enak di dengar, seperti olahraga 24 jam, itu pasti
akan sangat menyehatkan tubuh dan pikiran." Saran Arka dengan senyum
mengembang memikirkan perkataan nya sendiri.
Saat ini pikirannya sudah travelling duluan, membayangkannya
saja sudah mampu membuat ia tersenyum, bagaimana jika benar terjadi? sudah
pasti Arka merasa hidup makmur………(Bersambung Bab 161 )

Posting Komentar untuk "Bab 160 Pernikahan Di Atas Kertas "