Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Bab 157 Pernikahan Di Atas Kertas

Novel berjudul Pernikahan Di Atas Kertas adalah sebuah novel yang bergenre romantis banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas.

Novel ini dapat membuat guncangan emosi yang kuat bagi pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat pembaca semakin ingin tau kelanjutan dari cerita nya.

Teman – teman pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada kali ini saya akan memperkenalkan dan memberikan novel Pernikahan Di Atas Kertas, Kami yakin anda pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak bersama novel berikut ini

Novel Pernikahan Di Atas Kertas Bab 157


Mendengar cerita dewi, tidak ada rasa kecewa sedikit pun yang di rasakan aqila. Ia dapat merasakan perasaan dewi saat itu, bagaimana juga ia perempuan yang akan melakukan hal yang sama.

Kini aqila merasa bersalah karena ulah nya hubungan sang kakak dan juga dewi sahabat nya jadi rusak.

Diam nya tertunduk malu, aqila tidak berani menatap tegak dewi.

Melihat diamnya aqila setelah mendengar ceritanya, dewi mengira jika wanita di depan nya ini kecewa dan bahkan sekarang ogah menatap wajah nya.

"Maaf, aku tau kamu pasti sangat kecewa padaku. Belum menjadi istri bian, aku sudah melarang nya untuk tidak menolong mu, tapi percayalah semua yang ku perbuat bukan karena aku ingin melihat kamu terluka. Aku hanya takut jika bian kenapa-napa." Jelas dewi dengan wajah sendu.

"Kamu tidak perlu minta maaf Wi, ini bukan salah mu, tapi ini salah ku. Karena aku hubungan kamu sama Kabin bermasalah. Sungguh aku merasa menjadi wanita egois." Aqila menggeleng kepala sambil menggenggam erat kedua tangan dewi.

"Tidak Qila, kamu tidak salah. Ini salah ku. Kamu bisa marah sepuasnya, tapi aku mohon jangan membenci ku." Pinta dewi yang kini tidak sanggup menahan bendungan di pelupuk mata.

Tanpa izin sekarang sudah membasahi kedua pipi cantik nya, dewi sudah menyadari kesalahannya, tidak seharusnya bersikap kekanakan.

"Aku tidak mungkin membenci mu, Wi. Kamu sahabat ku. Lagian ini bukan salah mu, jika aku berada di posisi mu, aku pun sama akan melakukan hal itu. Berhenti menyalahkan diri sendiri, oke." Ucap aqila menarik dewi ke dalam dekapan nya."Kita berdua sama-sama salah, jadi henti kan saling melempar kesalahan." Sambung aqila.

"Makasih Qila. Kamu memang sahabat ku yang paling baik dan selalu mengerti posisi ku." Ucap dewi setelah melepaskan sandaran dari aqila.

"Iya, aku pun sama. Mulai sekarang berjanjilah masalah apapun yang terjadi mari kita saling berbagi. Aku akan selalu ada mendengar semua nya. Bagaimana juga sebentar kita akan menjadi keluarga." Ucap aqila apa adanya membuat dewi malu mendengar nya.

Sudah hampir 2 jam aqila dan dewi berbincang bertukar cerita satu sama lain, sesekali kedua tertawa dengan cerita hidup mereka.

Aqila bahagia akhirnya bisa menghabiskan waktu berdua bersama dewi. Duduk diam tak melakukan apapun sangat membosankan, tapi sekarang ia sedikit terhibur dengan adanya dewi.

Mendadak aqila merasa lapar karena selama perbincangan, mereka hanya di temanin minum dan cemilan kecil.

"Wi, kita makan yuk. Aku lapar nih." Aduh aqila mengelus perut buncit yang teriak segera minta di isi.

"Iya, aku juga lapar nih. Tapi, kamu sendiri ya di mansion? Pak Arka mana? kenapa aku tidak melihat keberadaan nya sejak tadi?" Penasaran dewi mengarahkan kedua bola mata pada setiap sudut ruang tidak melihat sosok apapun.

"Tidak, Arka ada di ruang kerja. Setelah mendapat telpon dari kamu, aku memutuskan untuk menunggu di sini." Jawab aqila.

****

Setelah menyelesaikan pekerjaan, Bian langsung meninggalkan perusahaan.

Saat bersamaan dengan bian keluar dari ruang kerja, farel pun keluar.

"Mau kemana lo, kenapa buru-buru?" Tanya farel tepat berdiri di depan nya.

"Qila." Singkat Bian.

"Ngapain? bukannya tadi barusan kesana?" Penasaran farel menaikan alis.

"Kepo." Satu kata keluar dari mulut bian, lalu berjalan meninggalkan nya.

"Adik kurang ajar, di tanya malah bilang kepo." Farel sedikit kesal dengan jawaban singkat bian.

Memandang kepergian bian berjalan santai, Farel membolak-balikan mata, dan mengikuti sang adik.

Dan kedua pria tersebut melajukan mobil masing-masing, dengan bian memimpin di depan dan Farel membuntuti dari belakang.

Farel penasaran hal apa yang membuat bian ingin kembali ke mansion Arka.

30 menit kemudian.

Kedua mobil mewah kini telah terparkir rapi.

Ting... Tong...

Terdengar nyaring bunyi bel, dan para art segera membuka pintu.

"Mari masuk Tuan." Tunduk hormat art mempersilakan kedua kakak dari majikannya untuk masuk.

"Terima kasih. Nyonya Aqila mana?" Tanya bian tanpa menoleh.

"Di meja makan."

"Hmmm." Hanya dehemen balasan dari bian, lalu berjalan meninggalkan art dan farel masih setia membuntuti sang adik.

Tiba di meja makan, betapa terkejut nya bian mendapatkan dewi berada di sini.

"Uhukk... uhukk... jadi ini alasan buru-buru, ternyata ada pujaan hati." Ejek farel sambil menarik kursi untuk duduk ikut menyantap makan siang yang sudah di sajikan.

"Kalau kakak iri, kenapa gak ajak tiara? kan sekarang lagi jam makan siang." Timpa aqila memandang farel.

"Kenapa harus tiara?" Tanya farel.

"Karena aku suka jika kakak bersama tiara. Lagian sekarang kakak lajang, begitupun dengan tiara." Ucap aqila santai tanpa beban.

"Apaan sih Qila, sana lanjut makan, kasihan ponakan kakak lapar tuh." Menuangkan sayur ke piring aqila, agar pembicaraan tidak makin lebar.

Aqila melihat ekspresi farel hanya bisa menggeleng kepala, tidak peka? tidak memiliki perasaan yang sama? atau lainnya, sangat membuat aqila pusing setiap memancing farel dengan nama tiara, reaksi dan respon selalu sama.

Namun bukan aqila jika tidak melakukan apapun.

"Kak, ingat janji kakak kemarin!" Tegas aqila memperingati sang kakak agar tidak lupa.

"Janji yang mana?" Tanya farel entah benar lupa atau tidak, aqila menjadi kesal mendengar nada pria di samping nya ini.

"Ayo lah Kak jangan seperti ini! Kakak masih muda belum menikah, kenapa sudah pikun seperti orang tua." Ejek aqila kesal.

"Kakak seriusan gak ingat adikku sayang, silakan katakan saja." Pinta farel meminta aqila untuk menyampaikan ulang hal apa yang di janjikan nya.

"Cari perlengkapan bayi aku, tapi ingat harus ada tiara, dan juga dewi." Tatap bergantian aqila pada farel dan bian setelah menyampaikan.

Di ruang kerja mendengar suara bising dari lantai bawa menganggu konsentrasi dalam bekerja. Arka memutuskan untuk turun mengecek suara berisik siapa?

Satu persatu anak tangga di lewati menggeledah setiap arah tidak mendapatkan apapun yang mengganggu.

"Bi, sini." Panggil Arka.

"Iya Tuan." Sahut art menghampiri majikannya.

"Apa ada tamu yang datang?"

"Iya Tuan, ada teman nyonya dan juga kedua kakak nyonya aqila."

"Oh, sekarang mereka berada di mana? kenapa saya tidak melihat keberadaan mereka?" Tanya Arka menatap lekat art.

"Nyonya dan yang lain berada di meja makan, Tuan.

Merasa puas setelah mendapat informasi yang di inginkan, Arka pergi ke meja makan menghampiri sang istri. Baru beberapa jam meninggalkan nya, meski masih seatap, arka sudah rindu, bagaimana jika jarak nya jauh?

"Kak, nanti ke kantor sama dewi. Aku harap setelah dari sini hubungan kakak dan dewi bisa menjadi dekat, segera naik pelaminan." Semangat aqila dengan bibir mengukir senyum indah.

"Iya... iya... makan gih." Kata Bian menatap aqila, lalu berganti pada dewi………(Bersambung  Bab 158 )

 

 

DAFTAR ISI BAB NOVEL

Posting Komentar untuk "Bab 157 Pernikahan Di Atas Kertas "