Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Bab 154 Pernikahan Di Atas Kertas

Novel berjudul Pernikahan Di Atas Kertas adalah sebuah novel yang bergenre romantis banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas.

Novel ini dapat membuat guncangan emosi yang kuat bagi pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat pembaca semakin ingin tau kelanjutan dari cerita nya.

Teman – teman pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada kali ini saya akan memperkenalkan dan memberikan novel Pernikahan Di Atas Kertas, Kami yakin anda pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak bersama novel berikut ini

Novel Pernikahan Di Atas Kertas Bab 154


Farel menoleh pada Bian yang terlihat santai, ia melupakan satu hal jika sang adik pria nya ini sangat pandai dalam perihal memasak.

"Kakak, hubby, kenapa masih diam, mulai lah memasak jika terus diam-diaman seperti ini kapan jadinya." Protes aqila sedikit kesal melihat ketiga pria tersebut.

"Iya adik kakak yang bawel, sekarang kakak akan mulai masak dengan penuh cinta, dalam waktu 15 menit sudah jadi." Ucap Bian yakin penuh percaya diri.

Berbeda dengan kedua pria di samping nya mendengar perkataan Bian menjanjikan sesuatu yang tidak masuk akal langsung menelan kasar saliva.

Apa pria tersebut berpikir memasak spaghetti dengan waktu 15 menit, sama halnya mengecek dokumen kantor? sungguh pemikiran yang dangkal jika seperti itu. Arka sangat kesal dengan kakak ipar satunya ini, asal menjanjikan sesuatu yang mustahil, meski di beri waktu satu jam atau lebih belum tentu ia dapat menyelesaikan.

"Baiklah Kak, aku senang dengar nya." Antusias aqila senang.

Aqila terus memantau gerak-gerik ketiga pria tersebut. Tidak sekali ia melepaskan pandangan nya dari mereka.

Sesekali ia tertawa melihat tingkah sang suami dan juga Farel dalam memasak, tidak dengan Bian terlihat kompeten, bahkan bertambah tampan jika sedang memasak.

Melihat sang suami mengiris bawang sudah hampir sama memotong daging membuat ia tidak bisa menahan tawa. Bahkan Arka memarahi bawang, karena berani membuat nya menangis seperti ini.

Berbeda dengan tingkah kocak Farel, ia merebus air hingga kering, saat Bian ingin memasukkan spaghetti tidak mendapat setetes air di dalam panci, hanya bisa menahan diri untuk banyak bersabar menghadapi kedua pria di samping kiri-kanan nya begitu bodoh.

Bian bingung kenapa kedua pria ini sangat bodoh, hal sekecil ini saja tidak tau. Dan ia bersyukur tidak seperti mereka.

"Hahahhaha...." Aqila tidak bisa menahan tawa nya lagi.

"Hubby, apa yang kamu lakukan, kenapa marah-marah seperti itu? dan Kak Farel kenapa membuat Kak bian shock?"

"Sayang, bawang ini sudah berani membuat ku menangis, seumur hidup aku hanya menangis karena mu, bukan yang lain." Aduh arka tidak terima meneteskan air mata hanya karena sebuah bawang.

"Dasar alay, kalau gitu sejak bayi tidak pernah nangis gitu?" Ledek Farel muak dengan perkataan arka sok manis.

"Bukan gitu juga ipar o'on." Tekan arka satu kata o'on.

"Dasar adik ipar durhaka, berani sekali mengatai saya o'on?"

"Berani lah, kau pikir saya anak kecil harus takut." Sahut Arka tidak ada takut-takut sama Farel.

"Sudah, hentikan perbincangan tak berfaedah kalian ini, sekarang lakukan dengan benar jika tidak ingin qila marah pada kalian." Bian melerai kedua pria yang terus berdebat tidak jelas.

30 menit kemudian, masakan ketiga pria tersebut selesai juga, meski harus melalui banyak tahap yang menyulitkan bagi kedua pria bukan bagi bian. Karena memasak bukanlah masalah.

"Huftt, akhirnya kelar juga. Sayang ini terakhir kali aku memasak. Aku tidak ingin memasak seperti ini, lebih baik aku puasa sebulan dari pada harus bertempur dengan alat dan bahan tidak berguna seperti ini." Terus terang Arka tidak sanggup harus melakukan ini lagi.

"Iya, Qila, kakak juga. Kamu boleh minta apapun sama kakak, asal tidak dengan yang satu ini kakak benar-benar menyerah." Ucap farel.

Mendengar ocehan kedua pria di hadapan nya berkata tidak sanggup lagi, ia langsung menatap Bian.

Bian membalas dengan gelengan kepala dan tersenyum manis pada sang adik kesayangan nya.

"Kapan saja Qila minta kakak masak, kakak akan siap kapan saja." Lembut bian membelai rambut sang adik.

"Terimakasih Kabin ku sayang. Aku beruntung memiliki kakak tampan dan baik hati, bukan seperti Hubby dan Kak Farel sungguh tak bisa di andalkan." Aqila mencibir kesal pada kedua pria payah menurut nya tak berguna.

"Qila, kakak bisa di andalkan, tapi untuk masalah ini kakak angkat tangan." Ujar Farel.

"Aku juga sayang, masalah memasak mungkin bukan ahli ku, tapi masalah lain aku jago nya." Sombong Arka menaik turunkan alis.

"Dih, jago masalah ranjang mungkin, iya. Tapi yang lain bodoh." Ejek Farel geram di situasi seperti ini masih saja sombong.

"Iri? bilang bro. Nanti akan saya carikan pendamping yang dapat membuat mu merasa hangat nya tidur malam."

"Ogah. Mending jomblo seumur hidup dari pada memiliki pasangan, tapi tidak bisa melindungi."

"Sudah hentikan, aku ingin makan jika kalian terus berdebat kapan bisa makan nya?" Tatap bergantian aqila pada kedua pria di depannya ini.

"Maaf." Kompak Arka dan Farel.

"Hmmm." Aqila hanya membalas dengan deheman.

Kemudian ia langsung menyantap makanan dengan lahap. Saat satu sendok suapan masuk sempurna kedalam mulut nya, ia langsung terdiam.

Ketiga pria yang terus menatap serius gerak gerik aqila, menjadi tegang dengan komentar apa yang akan di katakan wanita tersebut mengenai masakan mereka.

Melihat diamnya Aqila tanpa ekspresi, sudah membuat mereka berpikir tidak-tidak. Mereka yakin pasti spaghetti masakan mereka bermasalah.

"Tidak enak ya sayang?" Tanya Arka gugup.

"Spaghetti ini kita buang saja ganti yang baru dan lebih enak. Gimana?" Timpa Farel memberi penawaran pada sang adik.

Tidak dengan Bian masih diam menatap ekspresi sang adik, ia tidak ikut berkata seperti kedua pria tersebut.

"Hmmm, spaghetti ini sangat... lezat." Ucap aqila sengaja membuat mereka was-was.

"Benar kah begitu?" Tanya Arka memastikan.

"Kamu sedang tidak prank kita kan?" Farel pun sama dengan Arka kurang yakin dengan perkataan aqila.

"Benar, jika tidak percaya silakan coba sendiri. Aku berkata jujur tidak sedang bohong atau pun prank seperti apa yang kakak katakan." Balas aqila bingung kenapa kedua kakak nya tidak percaya dengan masakan mereka sendiri.

"Tidak, terimakasih." Tolak Arka ragu untuk mencoba, begitu pun dengan Farel menggeleng kepala.

"Ya sudah kalau tidak mau. Kabin silakan coba." Kata aqila menoleh Bian yang duduk di sebelah kursi nya.

"Iya." Sahut Bian seraya menyendok spaghetti lalu memasukan ke dalam mulut.

Dan ternyata perkataan sang adik benar. Spaghetti ini sangat enak. Bahkan sudah hampir sama dengan masakan restoran, meski dandanan nya sangat buruk, tapi rasanya mantap tenan.

"Bagaimana apa perkataan qila benar?" Tanya Farel menatap lekat pada Bian.

"Jika ingin tau coba sendiri, kenapa pakai tanya."

"Sudah lah Kabin, jangan peduli kan mereka, jika tidak ingin mencoba biarkan saja." Lerai aqila sengaja memancing kedua pria agar berani mencoba masakan sendiri.

"Sayang, kok kamu tega sama suami sendiri." Ucap Arka manja dengan wajah cemberut.

"Benar kata Arka, kok kamu tega sama kita. Kakak ingin mencoba tapi ragu rasanya pasti sangat hancur." Jujur Farel dengan apa yang ada di dalam hatinya.

"Ya sudah kalau seperti itu, hilangkan rasa penasaran kakak dan hubby dan tidak usah banyak bertanya lagi." Jawab santai aqila………(Bersambung  Bab 155 )

 

 

DAFTAR ISI BAB NOVEL

Posting Komentar untuk "Bab 154 Pernikahan Di Atas Kertas "