Bab 152 Pernikahan Di Atas Kertas
Novel berjudul Pernikahan Di Atas Kertas adalah sebuah novel yang bergenre romantis banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas.
Novel ini dapat membuat guncangan emosi yang kuat bagi
pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat pembaca semakin ingin tau
kelanjutan dari cerita nya.
Teman – teman pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada kali
ini saya akan memperkenalkan dan memberikan novel Pernikahan Di Atas Kertas,
Kami yakin anda pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak bersama novel
berikut ini
Novel Pernikahan Di Atas Kertas Bab 152
![]() |
Saat ini aqila dan Arka sedang berada di ruang keluarga
menunggu kedatangan Farel dan bian.
"Sayang, kenapa perut kamu makin besar, setau ku
tentang ibu hamil di luar sana, perut mereka tidak sebesar yang kamu alami
sekarang. Apa kita perlu ke rumah sakit untuk periksa kondisi kamu, aku
khawatir jika terjadi sesuatu sama kandungan kamu." Ujar Arka menatap
lekat pada perut buncit aqila.
Sejak duduk tadi, Arka terus memperhatikan perut sang istri,
bahkan ia menjadi ragu jika sang mengandung satu bayi.
Entah kenapa firasat nya mengatakan jika bukan satu bayi
melainkan dua yang berada di dalam perut sang istri saat ini.
"Apaan sih By. Gak usah berlebihan deh. Aku baik-baik
saja, Perut aku makin gede itu karena anak kita sehat di dalam sini." Ucap
aqila seraya mengelus perut buncit nya.
"Tapi, sayang ak_"
"Sudah lah By. Jangan di bahas lagi aku tidak ingin
perbincangan kita makin melebar. Sekarang yang terpenting aku dan kandungan ku
baik-baik saja, bukan kah itu lebih utama?" Ucap cepat aqila memotong
perkataan Arka.
"Iya sayang, kamu benar." Sahut Arka mengalah, ia
tidak ingin membuat sang istri tercinta marah.
"By, aku lapar. Aku mau makan spaghetti, tapi harus kamu
yang masak, no beli!" Tegas aqila tidak ingin di bantah.
Mendengar permintaan sang istri diri nya harus memasak, ia
langsung menelan kasar saliva. Memasak saja tidak pernah, bagaimana sekarang di
minta membuat spaghetti.
Sungguh permintaan yang konyol, cara menghidupkan kompor gas
saja tidak tau, apalagi lainnya.
Arka menatap sang istri seraya menggeleng kepala berharap
wanita tersebut mengerti dengan keadaan nya saat ini. Namun apa respon yang di
berikan tidak sesuai ekspetasi.
Aqila melotot kan, mata dengan arti tatapan tidak mau tau,
harus masak bagaimana caranya.
Mendapat tatapan tajam sang istri, seketika nyali arka
menciut, mau tidak mau memasak dan panduan nya saat ini adalah YouTube.
"Tapi, apa harus sekarang masaknya?" Tanya arka
menatap wajah sang istri.
"Tidak, tahun depan! Sudah tau sekarang pakai tanya
lagi, sana cepat masak, ingat gak boleh minta bantuan sama bibi. Atau aku gak
akan kasih jatah selama 1 bulan." Ancam Aqila dengan senyum penuh
kemenangan.
"Kok gitu sih ancaman nya, kenapa gak sebaliknya."
Ucap arka memberi nego yang sangat menguntungkan.
"Mana ada ancaman seperti itu." Protes aqila tidak
setuju.
"Ada sayang, bukti nya sekarang kita berdua."
"Dasar mesum, udah sana bangun masak." Usir aqila
kesal dengan pria di hadapan nya ini.
"Kamu gak mau temani suami mu yang tampan ini
memasak?"
"Tidak, aku di sini saja By. Aku malas bergerak."
Tolak aqila tidak ingin berpindah dari duduknya.
Mendengar penolakan sang istri keras kepala semenjak hamil,
membuat kesabaran nya lebih besar dan ekstra dalam menangani apapun keinginan
bumil tersebut.
Aqila sekarang hanya menginginkan makanan masakan arka bukan
orang lain, mungkin saat ini ia sedang ngidam.
"Ya sudah jika mau kamu seperti itu." Pasrah arka
bangkit dari duduknya.
Namun sebelum bangkit aqila memberi satu kecupan semangat di
pipi pria tersebut. Dan hal tersebut seketika membentuk senyuman penuh bahagia.
"Sayang, lagi dong. Di sini." Arka menunjukkan
pada bibirnya minta di sun.
"Aku bakal kasih lebih, tapi kalau makanan nya sudah
jadi dan tentunya harus enak. Kalau tidak, gak akan ada lebih."
Memperingati pria tersebut dengan pandangan lekat, tidak ada perkataan candaan.
"Iya iya." Entahlah apakah ia bisa memasak seperti
yang di katakan aqila atau tidak, saat ini ia sangat ragu dengan kemampuan nya
sendiri.
30 menit bergulat dengan alat dan bahan masakan, sampai
sekarang belum ada yang matang.
Art yang melihat majikan sudah berubah penampilan seperti
orang gembel ingin sekali menertawakan nya. Namun semua harus di tahan demi
pekerjaan, dimana lagi mereka mendapatkan gaji besar dengan kerjaan yang mudah
seperti ini.
Arka menoleh pada art kurang ajar yang menahan tawa melihat
kondisi nya saat ini sudah sangat kesal.
Kewalahan? menyerah? itulah dua kata yang terus berada di
benak Arka sekarang. Ia sudah tidak sanggup melanjutkan acara masak yang saat
ini tidak pernah berhasil, sekali jadi hasilnya gosong.
Sedangkan aqila yang sejak tadi sudah setia menunggu Arka
yang belum juga menghampiri nya menjadi kesal.
"Astaga, apa yang di lakukan hubby, kenapa sampai saat
ini belum datang juga, apa sesusah itu masak spaghetti?" Ucap aqila
bingung sudah 30 menit belum juga kembali.
Pikirnya saat ini apa pria tersebut sedang mengerami telur?
Saking tidak sabaran terlalu lama menunggu, akhirnya ia
bangkit dari duduknya, belum juga berapa langkah berjalan bunyi bel terdengar
nyaring di telinga nya.
"Siapa sih yang bertamu pagi-pagi?" Tanya aqila
pada diri sendiri.
Aqila tidak ingat jika sekarang ia dan Arka memiliki janji
dengan kedua pria tampan yang sangat menyayangi nya melebihi apapun itu.
Tidak ingin merepotkan art yang berada di dapur menemani
sang suami memasak, akhirnya ia memutuskan untuk membuka pintu sendiri.
Cekrek...
Melihat kedua pria kesayangan nya berada di hadapan nya, ia
langsung menghambur peluk pada Farel dan bergantian pada bian.
"Aku rindu sama kakak." Tatap aqila setelah
melepaskan pelukan dari Farel dan juga bian.
"Masa sih, perasaan baru kemarin ketemu, kok sekarang
sudah rindu?" Goda Farel menjahili sang adik.
"Serius kak, aku sangat rindu. Padahal kemarin baru
ketemu, tapi entah kenapa rindu ini sudah seperti gunung." Jawab aqila
jujur.
"Iya iya, tidak apa-apa. Kakak senang kamu sangat
merindukan kita, benar gak Bian?" Menoleh pada Bian yang sejak tadi
mengeledah setiap sudut ruang tidak mendapatkan keberadaan arka.
"Hmmm." Hanya dehemen balasan yang keluar bibir
Bian.
"Lo kenapa Bian? apa lo sedang mencari sesuatu?"
Penasaran Farel melihat gerak gerik Bian seperti sedang mencari seseorang.
"Hmmm, dimana arka? kenapa kamu sendiri?" Tanya
Bian menatap lekat sang adik di hadapan nya.
"Arka lagi di dapur Kak." Jawab santai aqila tanpa
menjelaskan alasan pria tersebut berada di dapur.
"Sedang apa berada di dapur? tidak mungkin memasak
kan?" Bian memicingkan mata pada wanita tersebut dan di balas anggukan
tebakan nya tepat.
Kedua pria tersebut saling pandang menggeleng kepala, entah
apa yang di pikirkan mereka masing-masing, yang jelas saat ini mereka yakin
pria yang berada di dalam akan menjadikan dapur seperti kapal pecah.
"Qila, apa kamu serius? bagaimana bisa Arka memasak di
dapur, sedangkan pria tersebut sehari-hari bermain dengan dokumen dan laptop.
Dan sekarang berpindah tempat pada alat masak? itu sungguh tidak masuk
akal." Farel ragu saat ini dapur akan baik-baik saja sekarang………(Bersambung
Bab 153 )

Posting Komentar untuk "Bab 152 Pernikahan Di Atas Kertas "