Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Bab 150 Pernikahan Di Atas Kertas

Novel berjudul Pernikahan Di Atas Kertas adalah sebuah novel yang bergenre romantis banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas.

Novel ini dapat membuat guncangan emosi yang kuat bagi pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat pembaca semakin ingin tau kelanjutan dari cerita nya.

Teman – teman pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada kali ini saya akan memperkenalkan dan memberikan novel Pernikahan Di Atas Kertas, Kami yakin anda pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak bersama novel berikut ini

Novel Pernikahan Di Atas Kertas Bab 150


Setelah panggilan terputus, tiara menarik nafas lega, akhirnya masalah uang sekolah sang adik dapat terselesaikan.

Tiara tidak ingin mencampuri masalah dewi dan juga bian, ia harus bisa menjaga batasan.

Bukan berarti karena wanita tersebut sudah membantu nya, ia menjadi lancang ingin tau masalah apa yang kedua alami. Bagaimana juga ia sadar diri setiap masalah orang lain yang ingin ia bantu atasi ujungnya selalu berantakan.

Maka dari itu sekarang tiara selalu menjaga jarak dari namanya masalah orang terdekat, karena ia tidak ingin orang terdekatnya mendapat kesialan lebih parah dari sebelumnya.

Karena kehadiran nya dalam membantu bukan teratasi, tapi menjadi kacau.

"Alhamdulillah uang nya sudah masuk, sekarang tinggal tarik di bank dan di berikan pada adik." Ucap tiara tersenyum kecil menatap layar ponsel nya.

Sedangkan di sisi lain, dewi sudah menjatuhkan diri di atas kasur mengingat perkataan tiara tadi membuat nya kepikiran.

"Huft, doa yang terbaik dan amin. Apa semua itu bisa terkabul kan." Gumam dewi ragu dengan kekuatan doa.

Dewi lagi dan lagi tidak yakin semua akan baik-baik saja. Mengingat sudah dua minggu tidak ada perubahan dari bian yang terus mendiamkan nya. Ia bingung harus melakukan apa agar semua menjadi lebih baik.

Bian tipikal cowok yang dingin dan sedikit keras kepala. Dan hal tersebut sulit untuk dirinya membujuk, apalagi sesuatu yang membuat pria tersebut seperti ini adalah dirinya sendiri.

"Apa aku sungguh egois jadi perempuan? tapi semua yang ku lakukan semata karena aku tidak ingin kehilangan bian. Aku mencintai dan menyayangi nya melebihi nyawa ku sendiri. Apa perasaan ini hanya aku saja yang rasakan?" Ucap dewi pada diri sendiri.

****

Memainkan papan keyboard dengan lincah, aqila sama sekali tidak memperdulikan arka yang berada di samping nya.

Arka pun sama halnya dengan aqila. Ia saat ini sedang berkutat pada layar ponsel.

kedua masing-masing sibuk dengan pikirannya.

"Kali ini tidak ada celah untuk kalian mencelakai qila. Jika kemarin berhasil, sekarang tidak. Roda akan berputar dan berhenti saat waktu yang tepat." Batin arka tersenyum kecil menatap layar ponsel.

Seketika melirik pada sang istri masih setia seperti awal dengan laptop di pangkuan.

"Apa yang qila lakukan, kenapa sejak tadi terus fokus pada laptop. Sebenarnya hal penting apa hingga tidak menoleh sedikit pun padaku." Batin arka melihat sang istri tidak memperdulikan pandangan nya.

"Sayang, kamu sedang apa? seperti nya aku perhatikan sibuk sekali."

"Ini By, aku sedang mencari tau dalang dari kecelakaan kemarin. Di pedesaan aku sempat mencari tau sedikit tentang mereka dan sekarang informasi nya hampir terkumpul." Sahut aqila tanpa menoleh.

"Emangnya sekarang kamu sudah tau mereka siapa?" Memandang aqila dengan sedikit rasa khawatir jika sang istri bertindak diluar rencana yang sudah di susun rapi oleh nya dan kedua kakak iparnya.

"Ya, aku sudah tau siapa mereka. Sekarang aku hanya ingin mencari bukti agar mereka sadar tuduhan mereka hanyalah tuduhan salah tak benar adanya."

"Maksud kamu gimana? apa kamu sudah tau mereka seorang mafia yang ingin balas dendam karena masa lalu kakek adijaya?" Arka penasaran, hingga keceplosan mengatakan sesuatu yang belum sempat ia ceritakan pada aqila.

Mendengar perkataan arka yang sudah mengetahui semua ini sebelum ia menceritakan, sedikit membuat wanita tersebut kaget.

Pasalnya saat ini ia berpikir sang suami belum mengetahui, tapi sekarang apa? pria di depannya ini mengetahui lebih awal sebelum ia bercerita.

Aqila menyipitkan mata memberi tatapan intimidasi pada arka yang seketika berubah dengan tatapan tajam dari nya.

Belum juga melempar pertanyaan padanya, pria tersebut sudah mengetahui dan langsung memberi penjelasan.

Arka tidak bisa menyembunyikan semua lebih lama lagi, karena semua hanyalah sia-sia. Saat ini aqila sudah mengetahui, bahkan sebelum ia cerita.

"Sayang, kamu jangan salah paham dulu. Aku tidak berniat menyembunyikan ini darimu. Aku tidak ingin membuat kamu jadi kepikiran dan akan menganggu kesehatan bayi didalam kandungan mu. Percayalah semua yang aku lakukan demi kamu." Arka menyakinkan aqila agar wanita di depan nya tidak salah paham.

"Oke kali ini aku maafkan, tapi aku minta padamu untuk kedepan nya jangan seperti ini. Aku ingin apapun masalah yang terjadi di dalam rumah tangga kita selalu terbuka dan hadapi semua bersama." Balas aqila.

"Iya sayang, aku janji padamu kedepannya tidak akan seperti ini lagi. Tapi kamu juga harus janji jangan pernah bertindak gegabah, kamu hanya bisa melakukan sesuatu jika aku mengijinkan." Ujar Arka menatap aqila penuh kasih sayang.

"Iya, By. Aku janji." Aqila mengangguk dengan memberi senyum manis menatap balik Arka.

"Terus, sekarang apa yang ingin kamu perbuat setelah mengetahui semua ini?" Penasaran Arka ingin tau rencana sang istri.

"Aku ingin mencari bukti jika kakek adijaya tidak bersalah. Tapi sejauh ini aku masih belum menemukan apapun yang dapat menunjukkan kalau kakek tidak bersalah. Aku merasa sedikit kejanggalan dengan semua ini." Ujar aqila merasa sedikit tidak beres dengan kecelakaan yang terjadi di masa lalu.

"Maksud kamu bagaimana? apa semua ini faktor kesengajaan, atau yang lain?" Dengan tampang bodoh, pria tersebut menampilkan wajah polos.

Aqila tidak menjawab, melainkan memainkan jari indahnya pada papan keyboard.

Dengan lincah tanpa kendala sudah seperti seseorang yang mahir dalam bidang nya. Aqila serius pada layar laptop, beberapa menit kemudian ia memiringkan laptop yang berada di pangkuan pada Arka.

"Ini By. Kamu lihat dan baca artikel ini seperti sengaja dipotong seseorang dan juga ada gambar yang sengaja di blur." Jelas aqila.

"Bagaimana bisa kamu dapat mengetahui ini?" Arka penasaran pasalnya ia dan kedua ipar sudah mencari informasi seperti yang di cari aqila, tapi tidak menemukan.

"Itu tidak penting aku mengetahui dari mana, sekarang yang harus kita pikir kejanggalan apa ini. Apa.... " Aqila tidak dapat melanjutkan perkataan nya, ia ragu menyampaikan apa yang berada di pikirannya.

"Itu tidak mungkin qila, jangan berpikir seperti itu." Ucap Arka mengetahui apa yang di pikiran sang istri.

"Tapi, By. Bagaimana kalau semuanya benar. Dari semua kejanggalan yang ada mengarah ke sana."

Arka tau aqila cemas memikirkan semua ini begitu pun dengan dirinya, tapi ia tidak ingin membuat sang istri bertambah cemas karena dirinya pun sama memikirkan apa yang di pikirkan saat ini.

"Sayang, jangan berpikir terlalu jauh seperti itu, sekarang kita bersama mencari bukti, oke." Ucap lembut Arka mengusap kedua pipi aqila.

"Iya By. Kamu benar aku tidak boleh berpikir sejauh ini." Sahut aqila setuju dengan apa yang di katakan Arka………(Bersambung  Bab 151 )

 

 

DAFTAR ISI BAB NOVEL

Posting Komentar untuk "Bab 150 Pernikahan Di Atas Kertas "