Bab 147 Pernikahan Di Atas Kertas
Novel berjudul Pernikahan Di Atas Kertas adalah sebuah novel yang bergenre romantis banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas.
Novel ini dapat membuat guncangan emosi yang kuat bagi
pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat pembaca semakin ingin tau
kelanjutan dari cerita nya.
Teman – teman pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada kali
ini saya akan memperkenalkan dan memberikan novel Pernikahan Di Atas Kertas,
Kami yakin anda pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak bersama novel
berikut ini
Novel Pernikahan Di Atas Kertas Bab 147
![]() |
Bian terkekeh dengan godaan adik ipar nya pada Farel sang
kakak.
Entah kenapa Farel grogi seperti ini, perasaan tadi Arka
hanya menerka, lagi pula perkataan nya belum keluar sepenuhnya dari bibir. Tapi
diri nya sudah mencegah agar tidak berkata banyak seperti pikiran nya.
Tidak ingin membuat dirinya menjadi tersudut kan, ia
melarikan diri ke kamar adik kesayangannya.
"Lagi ngomong apa nih, kayaknya serius banget sampai
gak nyadar kakak datang." Ujar Farel melihat kedua wanita tersebut asyik
berbincang-bincang.
"Kakak, ayo duduk sini." Panggil aqila menepuk
kasur nya.
Farel berjalan menghampiri kedua wanita tersebut.
Menjatuhkan bokong pada kasur menatap sang adik yang cantik
tak ada duanya.
"Kakak, gimana kalau aku jodohkan tiara dengan sahabat
ku?" Tanya aqila sengaja mencoba memancing sang kakak.
Aqila ingin melihat reaksi Farel, apakah pria tersebut akan
menunjukkan ekspresi sesuai dugaan nya atau sebaliknya.
Menatap sang kakak yang mengerut kening bingung dengan
pertanyaan nya. Aqila kembali membuka suara.
"Kakak kenapa? apa ada masalah?"
"Tidak, kenapa kamu harus menjodohkan tiara, dia bukan
anak kecil lagi qila sayang, biarkan dia mencari sendiri. Gak baik mengurusi
kehidupan orang lain." Nasehat farel, entah kenapa ia tidak suka dengan
perkataan aqila ingin menjodohkan tiara dengan pria lain.
"Tiara bukan orang lain kak. Tiara sudah aku anggap
keluarga. Dan satu yang perlu kakak tau, wanita di hadapan kakak ini tidak
masalah untuk aku jodoh kan, kenapa sekarang kakak yang protes? atau
jangan-jangan kakak cemburu ya?" Tanya aqila dengan nada menggoda.
Melihat wajah farel seketika salah tingkah, ingin rasanya ia
tertawa sungguh ekspresi mengemas kan, di tampilkan farel.
"Tidak seperti itu Qila, kakak gak mau kamu mencampuri
urusan tiara, bagaimana jika hati dan mulut berkata lain?"
"Maksud kakak berkata lain seperti apa?" Bingung
aqila tidak mengerti.
Tiara pun sama hal nya dengan aqila bingung. Apa pria
tersebut mengira dirinya munafik? itulah yang di pikirkan nya.
Protes? sudah ingin dilakukan Tiara, tapi niatnya di
urungkan. Ia tidak ingin mengatai pria tersebut dengan perkataan nya.
Mendapat tatapan tiara dari ekor mata yang sengaja ia
arahkan pada wanita tersebut. Farel menoleh dan bertanya."Kenapa? apa ada
masalah dengan perkataan ku?"
"Tidak."
"Hmmm, baguslah jika seperti itu."
"Iya."
Tiara hanya menjawab singkat perkataan Farel
"Kak, kenapa bicaranya ketus gitu sama tiara? bagaimana
juga saat ini ara sahabat ku. Jadi kakak harus berbicara sopan. Di sini tidak
ada atasan dan bawahan, di sini semua sama. Ara mulai hari ini jika kamu
bertemu kak Farel di luar jam kerja, kamu tidak di wajibkan untuk memanggil
Pak, kamu bebas memanggil apapun nama yang kamu suka, panggil sayang pun
boleh." Celetuk aqila asal menggoda kedua orang di hadapan nya.
Entah kenapa melihat kedua orang tersebut salting, ia merasa
terhibur.
"Gemas deh lihat wajah mereka, sayang kamu senang gak?
pasti iya dong, masa mommy senang anak tidak." Batin aqila berbicara pada
calon bayi sambil tersenyum kecil.
Arka dan Bian yang baru masuk melihat ketiga orang saling diam
langsung datang menghampiri.
"Ada apa ini, kenapa pada diam?" Penasaran Arka
langsung duduk di samping aqila sang istri.
"Ini, By. Aku rencana mau jodoh kan, tiara sama
temanku, tapi kak farel nya sensi, aku tanya suka, jawab nya tidak. Udah gitu
pada salting kan, lucu." Jelas aqila.
"Kenapa di jodoh kan, emangnya tiara gak laku sampai
harus di jodoh kan?" Tanya.
"Apaan sih, By. Emangnya tiara barang gitu harus di
kata laku." Aqila sedikit kesal dengan perkataan sang suami.
Aqila merasa tidak enak terhadap tiara, ia yakin perkataan
Arka saat ini pasti menyinggung perasaan tiara.
Mengingat perkataan nya sudah seperti tiara adalah wanita
yang tidak pantas di perjuangan para pria. Aqila dapat merasa kan.
"Maaf ya Ara, mulut Arka kayak orang gak pendidikan, biasa
udah lama gak sekolah." Sindir aqila tidak ingin tiara sakit hati.
Aqila bingung kenapa akhir ini, mulut suaminya selalu
berkata tanpa filter.
Jika saja pria tersebut bukan suaminya, ingin sekali ia
mencuci mulut pedas Arka dengan rinso biar kinclong.
Tiara terdiam, ia tidak menganggap penting perkataan arka.
"Iya, santai aja Qila. Aku gak masukin hati kok. Semua
orang bebas berpendapat jadi untuk apa di masukan hati."
"Makasih, saya berdoa semoga pria yang kamu cintai
dapat sadar cinta tulus selama 4 tahun ini. Kalau gak sadar juga, lupain aja
masih ada pria di luar sana, bahkan lebih baik dari dia." Ujar aqila
sengaja menekan kata dia sambil melirik farel.
Arka tidak lagi membuka suara setelah mendapat teguran dari
sang istri, ia tidak ingin membuat aqila marah. Mengingat keadaan sekarang
tidak baik untuk bumil yang kapan saja bisa marah dan bertingkah gegabah. Dan
hal tersebut harus di cegah dari sekarang.
"Emangnya pria tersebut tau tentang perasaan
tiara?" Penasaran farel menoleh pada tiara.
"Tidak, Pria tersebut terlalu bodoh gak pernah peka,
padahal 4 tahun bersama tidak pernah menyadari, apa itu masih bisa di bilang
pintar? tidak kan?"
Tanpa farel sadari pria di kata aqila bodoh adalah diri nya,
aqila sedikit kesal terhadap kakaknya kenapa tidak pernah sadar tentang
perasaan tiara, apa waktu 4 tahun belum cukup? apa harus 10 tahu? gila itu
namanya.
Menunggu tanpa ada kepastian, itu hanya lah orang bodoh yang
menanti seseorang yang tidak mungkin datang, bisa saja orang tersebut akan
pergi menemukan seseorang yang lebih dari nya.
Aqila berandai-andai, jika posisi tiara ada padanya saat itu
juga ia pasti akan memilih mundur, menunggu dan setia ada batasnya. Jika orang
tersebut tidak memiliki pergerakan dari penantian nya, maka tancapkan gas
meninggalkan posisi mu saat ini.
"Bukan lagi bodoh, Qila. Tapi sangat bodoh." Sahut
farel ikut kesal dengan perkataan aqila.
Tiara cantik, kenapa harus bodoh menunggu pria yang tidak
peka terhadap cinta nya.
Jika saja ia mengenal pria tersebut, ingin rasanya saat ini
farel memukul dengan tangan nya sendiri agar pria tersebut sadar dan tidak
menyiakan wanita sebaik dann secantik tiara.
Aqila mendengar ejekan farel untuk dirinya sendiri terkekeh,
begitu pun dengan tiara.
Entah kenapa tiara merasa lucu dengan perkataan farel yang
tanpa disadari sudah mengatai dirinya bodoh.
Tiara berpikir bagaimana jika atasannya ini mengetahui
kebenarannya, apa pria tersebut akan tetap berkata dirinya bodoh? sudah pasti
tidak mungkin, mana ada orang mengatai diri sendiri bodoh, jika ada semuanya
tanpa di sadari. Itulah yang di pikirkan tiara saat ini.
"Kamu sungguh lucu Pak. Aku berharap ada keajaiban
setelah ini." Batin tiara………(Bersambung Bab 148 )

Posting Komentar untuk "Bab 147 Pernikahan Di Atas Kertas "