Bab 146 Pernikahan Di Atas Kertas
Novel berjudul Pernikahan Di Atas Kertas adalah sebuah novel yang bergenre romantis banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas.
Novel ini dapat membuat guncangan emosi yang kuat bagi
pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat pembaca semakin ingin tau
kelanjutan dari cerita nya.
Teman – teman pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada kali
ini saya akan memperkenalkan dan memberikan novel Pernikahan Di Atas Kertas,
Kami yakin anda pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak bersama novel
berikut ini
Novel Pernikahan Di Atas Kertas Bab 146
![]() |
Keduanya berjalan mendekati dua wanita yang belum menyadari
kedatangan mereka.
"Sayang, apa yang kalian bicarakan? apa ada sesuatu
yang lucu hingga seperti ini?" Penasaran arka saat tiba di samping sang
istri.
"Iya, berbagi lah kami juga ingin tertawa seperti
kalian." Kata Farel, senang kedatangan tiara ternyata membuat sang adik
tertawa lepas.
Entah kenapa memandang wajah tiara tertawa sekilas bibirnya
membentuk senyum.
"Kepo, ini urusan perempuan jadi gak perlu tau."
Sahut aqila.
"Iya deh kalau gitu." Pasrah arka, di ikuti Farel.
"By, gimana apa semua sudah selesai?" Tanya aqila.
"Sudah, sekarang kamu bisa pulang, tapi setelah aku
beres-beres dulu."
"Yes... akhirnya aku pulang." Semangat aqila
bersorak riang.
Memandang wajah bahagia aqila, arka dan Farel saling pandang
ikut senang.
Mereka tidak ingin terlihat khawatir di depan aqila, kondisi
saat ini tidak memungkinkan. Biarkan ini menjadi urusan mereka para pria. Jika
berterus terang pada Aqila, wanita tersebut akan shock dan cemas berlebihan,
secara tak langsung hal tersebut akan membuat bayi dalam kandung nya dalam
keadaan tidak baik.
Tiara melihat kedua pria tersebut merasa ada yang tidak
beres, tatapan mereka memancarkan ada yang di takutkan.
"Kenapa dengan Pak Farel dan Pak Arka? Apa terjadi
sesuatu yang membuat mereka takut seperti ini? tatapan mereka kepada qila
begitu berbeda dari sebelumnya, atau jangan-jangan ini ada kaitan dengan
mereka?" Batin tiara bermonolog berpikir keras.
"Kasihan Qila, wanita baik sepertinya harus menerima
semua ini, apalagi saat ini dalam keadaan hamil." Batin tiara memandang
wajah bahagia aqila yang tidak sabar keluar dari rumah sakit yang sudah di
anggap penjara.
Aqila tersadar dirinya terus di perhatikan oleh tiara.
"Kenapa Ti?" Tanya aqila membuka suara.
"Tidak. Saya bantu berkemas ya Pak, biar cepat
selesai." Tiara menawarkan diri untuk membantu.
"Boleh, lebih cepat lebih bagus." Setuju arka
tidak keberatan.
30 menit beberes barang bawaan selama berada di rumah sakit,
akhirnya semua telah selesai.
****
Bian sudah mendapat kabar dari Farel tentang siapa mereka
yang selalu ingin balas dendam pada keluarga adijaya.
Tidak ia sangka, orang tersebut juga pernah membuat
perusahaan nya di Amerika hampir gulung tikar, namun hal tersebut tidak pernah
ia beritahu pada keluarga.
Saat itu ia tidak ingin membuat keluarga nya kepikiran.
Bian akui mereka bukanlah orang sembarangan, masih bisa di
kata sebanding dengan keluarga adijaya.
Kini bian sudah memiliki rencana untuk penangkapan mereka,
kali ini ia yakin rencananya akan berhasil.
Merogoh masuk ke dalam saku, mengambil ponsel. Ia langsung
menghubungi Farel.
Setelah berbicara dengan Farel, ia bangkit dari kursi
kebesaran berlalu meninggalkan ruangan nya.
Tidak memakan waktu yang lama, akhirnya ia telah tiba di
parkiran depan mansion milik arka dan aqila.
Sebelum melangkah masuk ke dalam, ia memencet bel.
Ting... tong....
Ting... tong....
Dua kali memencet bel, kini pintu telah terbuka.
Aqila berada di kamar di temani tiara. Kedua berbincang
kecil sesekali bertukar cerita tentang masa lalu.
"Jadi, kamu sudah mencintai kak Farel dari awal masuk
kerja? wow, keren." Salut aqila tidak menyangka cinta tiara begitu
bertahan hingga sekarang, namun pria kaku itu pun sampai sekarang belum
menyadari.
Aqila kesal dengan kelakuan sang kakak yang tidak peka
dengan perasaan wanita, apa perlu ia turun tangan menyadari? Akhirnya ia
memutuskan akan membantu sang kakak tentang perasaan tiara, tapi sebelum itu ia
akan membuat hati dari pria buta tersebut menyadari jika dirinya menyukai
tiara, tapi belum sadar, karena trauma akan cinta.
Tiara dan aqila bercerita selayak kakak adik. Banyak
ekspresi yang tunjukkan saat satu sama lain mengetahui kisah hidup
masing-masing.
"Hahaha... Jadi lo dulu sempat suka sama Pak
Farel?" Tawa tiara tidak percaya dengan apa yang di dengar.
"Iya, tapi lama kelamaan aku sadar, itu bukan perasaan
suka, tapi sayang sebagai kakak, karena cintaku hanya untuk suami."
"Iya iya tau. Cinta kamu hanya untuk suami
tercinta."
"Hmmm, sama halnya dengan kamu pada kak Farel."
Goda aqila seketika wajah tiara merah karena perkataan aqila benar adanya.
Sebesar apapun mengelak dari perasaan nya, tetap saja tidak
bisa. Cinta tiara pada farel sudah seperti lem.
"Kata siapa aku sama dengan kamu?" Tiara mengelak
malu tapi mau.
"Oo, Jadi cerita nya sekarang udah move on. Tapi aku
ragu deh, masa siang tadi kata cinta dan sekarang udah move on. Seperti rebus
mie aja instan gitu cara lupain nya." Aqila terkekeh dengan perkataan nya
yang menyamakan dengan rebus mie.
________
Arka dan kedua ipar nya berbicara di ruang kerja nya, ia
tidak ingin pembicaraan mereka di dengar tiara, atau pun wanita itu sendiri
yang sedang dalam incaran keluarga adijaya.
Mereka sudah berbicara ini pada daddy Rama, dan pria
tersebut tidak bisa ikut serta membahas rencana penangkapan musuh, saat ini ia
sedang menemani sang istri.
Tapi ia sudah berpesan pada mereka apapun rencana yang akan
di jalani, segera kabari dirinya.
"Jadi gimana? apa rencana kamu?" Tanya Farel pada
bian.
"Oke, aku akan menjelaskan nya." Jawab Bian,
memulai menjelaskan rencana yang sudah di susun.
Dan rencana tersebut akan di mulai satu bulan lagi, tidak
mungkin langsung memulai, karena hasil nya akan mengecewakan tanpa persiapan
matang.
Rencana kali ini bukanlah rencana kecil, ini adalah rencana
besar yang harus menggunakan ketelitian dan kekuatan yang ekstra.
Ketiga pria tersebut pun harus menambah wawasan dalam bela
diri dan juga belajar tembak, musuh kapan saja bisa menyerang dari belakang
tanpa kita ketahui.
Bian tidak ingin semua rencananya gagal.
"Hmm, baiklah jika rencana mu seperti itu saya
setuju." Kata Arka menyukai strategi bian dalam menyusun rencana sungguh
sempurna, bahkan sekarang ia akui kepintaran bian melebihi Farel.
"Saya setuju, tapi bagaimana bisa kau berpikir sejauh
ini? semua rencana mu ini sudah seperti orang yang sangat mengenal dekat
mereka." Kata Farel penasaran.
"Iya, kau betul. Saya sangat mengenal mereka, karena
mereka adalah musuh perusahaan di Amerika tahun kemarin." Jelas bian.
"Kenapa kami tidak tau?"
"Saya tidak ingin membebani kalian, lagi pula semua
masih bisa saya tangani sendiri."
"Hmmm, baguslah jika seperti itu."
"Iya."
Arka hanya menyimak perkataan kakak beradik ini.
"Lo kenapa?" Tanya Farel mendapatkan pria tersebut
terdiam.
"Tidak, saya hanya bingung sejak kapan lo bisa dekat
dengan cewek? atau jangan-jangan lo.... "
"Gak usah sembarang lo kalau ngomong, saya dan tiara
gak ada apa-apa. Kita murni rekan kerja atasan dan bawahan." Potong Farel
cepat memotong perkataan Arka yang sudah asal.
"Hahahah, kenapa lo seperti ini? kalau gak ada apa-apa
santai aja kak. Gak usah seperti ini, sudah kayak orang ketahuan selingkuh
saja." Arka tertawa melihat ekspresi Farel yang grogi………(Bersambung Bab 147 )

Posting Komentar untuk "Bab 146 Pernikahan Di Atas Kertas "