Bab 144 Pernikahan Di Atas Kertas
Novel berjudul Pernikahan Di Atas Kertas adalah sebuah novel yang bergenre romantis banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas.
Novel ini dapat membuat guncangan emosi yang kuat bagi
pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat pembaca semakin ingin tau
kelanjutan dari cerita nya.
Teman – teman pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada kali
ini saya akan memperkenalkan dan memberikan novel Pernikahan Di Atas Kertas,
Kami yakin anda pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak bersama novel
berikut ini
Novel Pernikahan Di Atas Kertas Bab 144
![]() |
Tiara terdiam dengan lamunannya, semua membuat ia semakin
bimbang, pasalnya semakin dekat cinta semakin besar dan keraguan perbedaan
kasta pun makin meningkat. Mengingat banyak film yang ia tonton tentang
perbedaan kasta membuat nya yakin dunia nyata sama hal dengan dunia maya.
Jika di pikir mana ada orang kaya ingin memiliki pasangan
seperti dirinya yang miskin, bahkan tidak memiliki apapun yang bisa di bangga
kan.
Dan pasti sudah jelas orang tua dari pihak keluarga orang
kaya akan menolak mentah, mungkin akan menghina seperti drama film.
Sungguh nasib orang miskin yang malang, itulah yang di
pikirkan tiara saat ini.
Melihat diamnya tiara, farel langsung menyadari.
"Apa yang kamu pikirkan? apa kamu tidak bisa melakukan
ini?" Farel menatap tiara yang menggeleng kepala menanda kan tidak sama
sekali.
"Tidak Pak." Ucap cepat tiara.
"Bagus lah jika seperti itu, jika kamu keberatan saya
tidak akan memaksa itu hak mu." Kata Farel.
"Tidak, saya tidak keberatan."
"Ya sudah sekarang mari kita berakting."
Dan tiara hanya mengangguk dengan ajakan farel.
"Dek, kamu kenapa, kok mukanya di tengkuk seperti itu
apa ada masalah? padahal kakak dan tiara datang bawa kabar menarik buat
kamu." Kata farel melirik tiara lalu kembali menatap sang adik.
"Aku gapapa kak. Emangnya kabar menarik apa yang ingin
di sampaikan?" Penasaran aqila dengan antusias.
"Tiara kamu saja yang katakan." Kata farel meminta
wanita tersebut untuk mulai akting nya.
"Iya Pak." Sahut nya.
"Jadi begini Bu Qila sa_"
Belum selesai menyampaikan perkataan nya, aqila langsung
memotong.
"Tidak usah formal gitu, panggil saja qila biar sama
dengan kak farel, lagian kita seumuran jadi gak usah sungkan." Lembut
aqila menatap tiara yang seketika menjadi canggung dengan perkataan nya.
"Tapi, Bu qila adik atasan saya, jika saya memanggil
dengan sebutan nama rasanya kurang sopan gitu." Jujur tiara tida enak, ia
merasa tidak pantas memanggil nama.
"Kata siapa kurang sopan, aku hanya adiknya bukan
atasan mu, jadi menurut ku tidak masalah jika kamu memanggil ku dengan nama,
lagian aku risih di panggil dengan kata Ibu, emangnya aku sudah tua."
Protes aqila.
Ucapan aqila membuat tiara terharu, tidak menyangka wanita
di hadapan nya begitu lembut dan baik hati.
Tiara sudah mengetahui kebaikan aqila, tapi tidak sejauh
ini, ia merasa beruntung bisa kenal dengan wanita sebaik aqila tidak memandang
rendah dirinya.
"Baiklah jika Bu qila mau seperti itu. Eh maksud saya
qila." Ucap tiara masih sedikit canggung.
Farel melihat kedua wanita berbincang kecil menjadi
tersenyum, ia bangga memiliki adik seperti aqila yang memiliki sifat rendah
hati.
Arka pun sama mendengar semua percakapan mereka bangga
terhadap sang istri.
"Nah kalau seperti ini aku merasa lebih enak, dari pada
tadi dengan embel-embel tidak jelas." Kata aqila terkekeh dengan
ucapannya.
Aqila merasa tiara orangnya asyik di ajak ngobrol, lagian ia
juga sudah mengetahui wanita di hadapan nya menyukai sang kakak, tapi entah itu
masih berlaku sampai sekarang atau tidak, ia tidak mengetahui sebab 5 bulan
berlalu semua bisa terjadi, contohnya seperti Kabin dan dewi sahabatnya.
Tidak ada yang menduga jika kedua akan menjadi sepasang
kekasih, bahkan selama ini ia melihat hubungan dewi dan bian biasa saja, tapi
jika semua sudah takdir sang kuasa, tidak akan menjadi ada, begitu sebaliknya.
Kita sebagai umat nya hanya bisa menjalani garis takdir yang
sudah di atur dan di tentukan oleh sang kuasa.
Aqila tak sengaja menoleh pada Arka yang tersenyum melihat
nya, seketika mukanya berubah.
Hal tersebut tidak lepas dari pengelihatan Farel dan kini dugaan
nya benar sepasang suami-istri tersebut sedang ada masalah, entah apa ia akan
menyelidiki.
"Iya, ini buah di makan ya biar bayi dalam kandungan
kamu sehat, apa perlu aku potong?" Kata tiara menawarkan diri.
"Makasih, tidak perlu repot saat ini aku belum ingin
makan apapun." Balas nya.
"Kenapa seperti itu, nanti bayi kamu bisa kenapa-napa
kalau gak makan? apa kamu ingin makan sesuatu nanti aku carikan."
"Tidak perlu, aku bersyukur kamu sudah khawatir dengan
bayi ku, tapi saat ini aku masih kencang. Jadi tidak perlu repot seperti ini.
Bukan kehadiran kalian kesini ingin menyampaikan kabar menarik, kabar apa
itu?"
"Oh iya aku lupa. Jadi begini aku dan Pak Farel tadi
berencana mau ngajak kamu ke Mall, tapi setelah keluar dari rumah sakit."
"Ngapain ke Mall?" Penasaran aqila menatap
bergantian pada farel dan juga tiara.
"Belanja keperluan calon bayi kamu, bukannya hal
tersebut harus di sediakan dari sekarang. Dan Tiara sudah pengalaman, jadi tau
mana yang cocok untuk bayi nanti nya." Jelas Farel, meski itu hanya
kebohongan agar sang adik lebih semangat, ia tau aqila sudah sangat merasa
bosan berada lama di rumah sakit.
"Benarkah? bagaimana bisa?" Bingung aqila, setau
nya tiara belum menikah, bagaimana memiliki pengalaman seperti ini.
"Iya, kalau kamu gak percaya silakan tanya pada orang
nya." Kata Farel menoleh pada tiara yang hanya membalas dengan senyuman.
"Benar Ra?" Tanya aqila menatap serius pada tiara.
Wanita di hadapan nya hanya mengangguk." Iya."
"Asyik dong kalau begitu yuk kak urus administrasi, aku
mau pulang, lagian aku udah sembuh." Ucap aqila semangat tidak sabar.
"Tidak, qila belum bisa pulang sekarang! Kondisi nya
belum sehat betul." Terdengar suara tegas dari dari ujung sofa yang
melarang keinginan aqila.
"Kamu apaan sih By, aku gak minta pendapat kamu? lagian
dari mana kamu bilang aku belum sembuh, apa kamu lupa kata dokter kemarin kalau
aku sudah sehat, tapi kamu nya saja yang keras kepala mempertahankan aku terus
di rawat seperti ini." Aqila menjelaskan pada Arka yang memandang lekat gerak
bibirnya berkata.
Arka diam mencerna penjelasan aqila, sebenarnya semua yang
di ucapkan wanita tersebut benar adanya.
Lagian jika ia dan aqila masih berada di sini kebebasannya
akan berkurang mengingat banyak keluarga yang terus berdatangan menjenguk
kondisi aqila.
Berpikir lama akhirnya Arka memutuskan untuk membawa sang
istri pulang.
"Baiklah kamu bisa pulang. Sekarang aku akan mengurus
administrasi nya, Kak tolong jagain qila." Bangkit Arka dari duduk.
Setelah kepergian arka, aqila dan tiara kembali berbincang
kecil. Dan farel memilih untuk duduk di sofa dengan jemari menaik turunkan
layar ponsel membaca email dari bian dan jelas email tersebut berisi informasi
tentang musuh yang sangat menginginkan nyawa aqila.
Farel baru bisa membaca email yang sudah sejak tadi di kirim
bian, kesibukan nya dengan kerjaan membuat ia tidak sempat memegang ponsel.
Seketika tangan nya mengepal kuat jemari.
"Kurang ajar jadi dia selama ini yang sangat
menginginkan nyawa adikku." Batin farel terpancar jelas amarah yang besar
dari wajahnya………(Bersambung Bab 145 )
Posting Komentar untuk "Bab 144 Pernikahan Di Atas Kertas "