Bab 141 Pernikahan Di Atas Kertas
Novel berjudul Pernikahan Di Atas Kertas adalah sebuah novel yang bergenre romantis banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas.
Novel ini dapat membuat guncangan emosi yang kuat bagi
pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat pembaca semakin ingin tau
kelanjutan dari cerita nya.
Teman – teman pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada kali
ini saya akan memperkenalkan dan memberikan novel Pernikahan Di Atas Kertas,
Kami yakin anda pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak bersama novel
berikut ini
Novel Pernikahan Di Atas Kertas Bab 141
![]() |
Kini keduanya telah mendapatkan buah tangan yang akan di
berikan pada aqila.
Farel mengemudi mobil dengan kecepatan sedang. Dan Tiara
menikmati jalan karena saat ini kaca mobil sedikit terbuka hingga angin sepoi
sejuknya perjalanan memasuki dalam mobil.
Tiara bahagia bisa berdekatan dengan pria yang sudah mengisi
hatinya selama 4 tahun.
Mengingat awal pertemuan, hatinya sudah berdebar kencang
melihat farel saat itu. Dan saat ini jarak kedua semakin dekat. Sikap Farel
kini semakin lembut dan baik pada ia, bahkan kepada wanita lainnya.
Sekarang farel mencoba berdamai dengan masa lalu demi mommy
nya, ia tidak ingin membuat kedua orang tuanya sedih dan kecewa.
Namun semua itu bukan berarti ia sudah siap membuka hati, ia
hanya mencoba untuk tidak selalu menyamakan semua wanita sama, karena sejauh
pemantauan nya setiap wanita memiliki sifat yang berbeda, seperti aqila, mommy,
dan juga tiara. Ketiga wanita tersebut memiliki kepribadian berbeda.
"Pak, saya boleh bertanya gak?" Tiara menoleh pada
Farel yang saat ini setia menyetir mobil.
"Boleh, silakan." Sahut farel tidak keberatan.
"Apa yang membuat Bapak dingin kepada semua orang,
terutama pada perempuan?" Penasaran tiara memandang farel berharap
pertanyaan nya di jawab, melihat wajah farel seperti tidak masalah dengan semua
ini. Ia yakin pria yang sedang menyetir tidak tersinggung.
Mendapat pertanyaan seperti ini dari tiara, ia menoleh
sekilas pada wanita yang duduk di kursi samping mengemudi, lalu kembali fokus
menyetir dan mulut mulai membuka suara untuk berkata.
"Apa saya sangat dingin saat itu?" Tanya balik
farel, ia merasa selama ini bersikap biasa, namun kali ini ia mendapat
penilaian orang tentang sikap nya yang menyatakan dingin.
"Maaf Pak. Saya tidak bermaksud untuk mengatai atau
mengejek Bapak." Ucap tiara cepat tidak ingin atasannya salah paham dengan
pertanyaannya.
"Iya, tidak apa-apa. Saya mengerti maksud kamu jadi
tidak usah cemas seperti ini." Farel menyakinkan wanita di samping nya
agar tidak khawatir.
"Terima kasih Pak."
"Iya, jadi untuk pertanyaan kamu akan saya jawab. Dulu
saya memiliki kekasih yang amat saya cintai, bahkan kita berdua saat itu hampir
menikah, tapi Tuhan berkehendak lain sebelum hari hal pernikahan ia membukakan
suatu kebenaran yang seharusnya sudah saya ketahui sejak awal. Tapi bagaimana
juga saya tetap bersyukur, meski terlambat karena keluarga saya harus menanggung
malu pembatalan pernikahan yang sudah di siapkan jauh hari. Di akhir dengan
kekecewaan." Cerita Farel entah kenapa sekarang ia bisa terbuka kepada
tiara.
Farel tidak pernah menceritakan masa lalu yang di anggap
mimpi buruk kepada Tiara. Bahkan ia bertekad akan mengubur dalam semua
kenangannya, tapi sekarang semua berbalik.
Menceritakan tanpa ada beban dan rasa sakit, kali ini ia
begitu berbeda, Farel yang sekarang tidak seperti biasa jika mengingat
penghianatan mantan akan sedih bercampur aduk marah, namun kali ini ia sama
sekali tidak terlihat keduanya. Bahkan ia yang sekarang santai malah merasa
plong.
Tiara mendengar masa lalu Farel kini menjadi paham apa yang
membuat pria ini sedingin es batu, ternyata semua karena masa lalu hingga ia
berubah.
Masa lalu sangat memberi dampak pada Farel ternyata, bahkan
hidup nya begitu tragis di hari pernikahan ia harus mengetahui kebenaran yang
sangat menyakitkan, ia tidak tau jika berada di posisi Farel, apa dirinya kuat
atau tidak, yang jelas mungkin saat ini ia tidak akan sekuat Farel.
"Ternyata ini alasannya, sungguh malang nasib mu Pak,
tapi saya heran apa yang membuat wanita tersebut mengkhianatinya. Padahal semua
sudah jelas Pak Farel pria tampan, kaya, baik dan bahkan pria idaman perempuan
di luar sana. Apa wanita tersebut salah minum obat hingga mengambil langkah
ini, saya yakin sekarang wanita tersebut pasti sangat menyesal dengan semua
tindakan ini." Batin tiara memandang farel yang bercerita sambil menyetir,
tidak sekali farel menoleh menatap nya sekilas.
Namun hal tersebut masih bisa ia maklumin.
"Bapak sabar, saya yakin cepat atau lambat Bapak akan
menemukan perempuan terbaik dan dapat menyembuhkan luka hati, asal Bapak
membuka hati, jika Bapak terus-terusan menutup rapat kapan hati bisa di
obati." Kata tiara memberi nasehat.
"Semua tidak semudah seperti apa yang kamu katakan,
sejak awal saya sudah mencoba tapi semua sulit untuk saya lakukan, hingga saya
memutuskan untuk menganggap semua wanita hanya teman tidak lebih, saya tidak
ingin memiliki perasaan apapun pada wanita mana pun. Dan hati saya hanya terisi
dua wanita yang amat saya cinta."
Mendengar penuturan Farel sangat mencintai kedua wanita,
mendadak hati merasa sakit.
Tiara diam, ia tidak berani bertanya jika mengetahui itu
hanya membuat hatinya bertambah sakit, mending tidak tau seperti ini jauh lebih
baik dari pada mengetahui tapi menyakitkan.
Konsekuensi dari cinta dalam diam seperti ini yang di alami
tiara, mencintai tapi tidak berani mengungkapkan, banyak faktor yang membuat ia
sadar akan perbedaan bagai langit dan bumi dirinya dan juga Farel.
Memandang diamnya tiara tak lagi bertanya seperti awal,
seketika ia melirik melihat wanita di samping nya.
"Kamu kenapa? saya perhatikan setelah mendengar cerita
saya kamu menjadi diam? apa cerita saya menyinggung kamu?"
"Tidak Pak."
"Kalau tidak, kenapa kamu diam?"
"Tidak juga, pertanyaan yang saya tanyakan sudah Bapak
jawab, jadi saya rasa semua sudah selesai, kecuali ada yang Bapak ingin
ceritakan lagi."
"Emang apa yang ingin kamu dengar lagi?"
Tiara menoleh farel yang senantiasa memberi ia kesempatan
untuk bertanya, jika di ingat dulu setiap dirinya bertanya selalu saja di
marahi, di kata A, B, dan juga C. Kadang ia bingung dengan kata-kata yang di
lontar kan farel padanya saat itu.
Namun sekarang tidak ia pedulikan lagi karena sekarang
situasi nya berbeda. Farel yang sekarang sudah hangat kepada semua wanita.
"Tidak, seperti sudah cukup. Emangnya Bapak tidak
keberatan saya mengetahui banyak masa lalu Bapak?"
Farel menggeleng kepala."Untuk apa saya keberatan lagi
pula semua hanya lah masa lalu, bukannya masa lalu seharusnya di jadikan
pelajaran agar kita berjalan maju?"
"Bapak benar masa lalu adalah patokan hidup agar kita
bisa belajar lebih baik dan tidak mengulangi hal yang sama, tapi ada satu hal
yang harus bapak ingat. Masa lalu yang datang menimpa kita, semua bukan karena
Tuhan membenci umat-Nya, tapi sebaliknya karena Tuhan ingin mengetahui betapa
besar kita bisa menghadapi masalah yang ia berikan." Bijak tiara
menyakinkan farel dengan tatapan yang sulit di artikan farel saat sekilas
menoleh padanya.
Farel kagum dengan ucapan bijak tiara, namun satu hal yang membuat ia kepikiran sekarang melihat tatapan tiara tadi meski sekilas ia dapat merasakan tatapan berbeda seperti tatapan sesuatu yang belum dapat ia pastikan dengan jelas………(Bersambung Bab 142 )
Posting Komentar untuk "Bab 141 Pernikahan Di Atas Kertas "