Bab 139 Pernikahan Di Atas Kertas
Novel berjudul Pernikahan Di Atas Kertas adalah sebuah novel yang bergenre romantis banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas.
Novel ini dapat membuat guncangan emosi yang kuat bagi
pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat pembaca semakin ingin tau
kelanjutan dari cerita nya.
Teman – teman pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada kali
ini saya akan memperkenalkan dan memberikan novel Pernikahan Di Atas Kertas,
Kami yakin anda pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak bersama novel
berikut ini
Novel Pernikahan Di Atas Kertas Bab 139
![]() |
Aqila dan Bian terus berbincang kecil, sedangkan arka hanya
menyimak dengan tangan fokus pada keyboard laptop.
Arka tidak bisa ikut nimbrung dalam obrolan kecil adik kakak
di hadapan nya ini. Kerjaan nya sudah sangat menumpuk hingga ia hanya bisa
menjadi pendengar setia.
"Qila, apa kamu melihat wajah penjahat orang yang
mengikuti kamu saat itu?" Tanya Bian. Selama ini ia ingin bertanya namun
selalu saja tertunda dengan berbagai kejadian dadakan yang harus segera ia
kerjakan.
"Tidak, Kak. Wajah mereka di tutupi." Jawab Aqila,
lalu kembali diam mengingat kejadian 5 bulan yang lalu.
"Kamu kenapa Qila?" Tanya Bian melihat wajah sang
adik seperti memikirkan sesuatu.
"Kak, apa Kakek Wijaya pernah berurusan dengan seorang
mafia?" Pandang Aqila serius menatap lekat Bian. Mendadak tangan Arka
terhenti mendengar kata mafia.
Tangan yang tadi fokus pada keyboard seketika berhenti
menjadi kaku, ia khawatir keselamatan aqila terancam, belum juga mengetahui
sebenarnya, ia sudah dapat menduga terlebih dahulu.
Bahkan Bian yang mendengar pertanyaan aneh aqila menjadi
bingung sendiri. Sebab ia tidak pernah dengar apapun masa lalu kakek nya.
"Kenapa kamu bertanya seperti itu? apa ada kaitan nya
dengan orang yang mengikuti kamu?" Tebak Bian.
"Kayak nya seperti itu kak, aku sedikit mendengarkan
percakapan mereka saat aku berhasil lolos dan keluar dari mobil sebelum terjun
ke jurang."
"Apa yang kamu dengar?" Penasaran Bian menggengam
tangan aqila yang terlihat dari raut wajah seperti sedang mengingat ulang.
Arka diam menyimak, tanpa sepengetahuan kedua kakak beradik
ini, ia mengirim pesan pada seseorang untuk menyelidiki masa lalu dari keluar
adijaya, terutama pada almarhum kakek Wijaya.
Arka tidak ingin karena masa lalu keluarga adijaya yang kini
telah tiada, membuat keselamatan istri nya terancam.
"Aku gak tau jelas detail permasalahannya, tapi aku
bisa menangkap dari obrolan mereka, jika Kakek pernah merenggut nyawa seorang
wanita yang sangat di sayangi bos penjahat. Dan kini mereka ingin membalas
dengan nyawa." Jelas Aqila kembali terdiam, ia takut jika penjahat
tersebut kembali.
"Apa kamu yakin seperti itu? setau kakak, kakek tidak
mungkin tega merenggut nyawa seseorang, apalagi orang tersebut wanita."
Ragu Bian sambil menggeleng kepala.
"Aku juga sama seperti kakak, tapi aku sempat berpikir
ulang mereka tidak mungkin berbohong, saat itu tidak ada yang mengetahui
keberadaan ku di sana." Jelas aqila, entah kenapa ia begitu yakin dengan
apa yang di dengar saat itu.
"Kalau kamu berpikir seperti itu, kakak akan coba tanya
daddy setelah dari sini." Balas Bian.
"Iya kak, itu lebih baik dari pada tidak sama sekali."
Setuju aqila.
Sekarang ruangan ini kembali hening, tidak ada perbincangan
semua terdiam dengan pikiran masing-masing.
Bian berpikir apa mungkin kakek nya sekejam itu? jika semua
yang di katakan aqila benar, apa motif kakek hingga tega merenggut nyawa seorang
wanita.
Jika nyawa di bayar dengan nyawa sekarang semua semakin
jelas mereka menginginkan aqila sebagai balasan dari dendam masa lalu.
Arka bangkit dari duduk menghampiri kakak beradik di hadapan
nya.
"Sayang kamu istirahat lah, aku ingin bicara sama Kak
Bian sebentar." Kata Arka menatap sang istri.
"Iya By." Sahut Aqila.
Arka dan Bian beranjak meninggalkan aqila sendiri.
Sekarang keduanya telah berada di luar pintu kamar inap
aqila.
"Ada apa Ar? kayaknya ada hal yang serius, hingga tidak
ingin di ketahui qila." Ucap Bian menatap serius pada Arka.
"Iya, Kak. Saya tidak ingin qila dengar dan akan
membuat nya kepikiran, karena itu akan berpengaruh pada kandungan nya."
Jelas Arka.
"Jadi apa yang ingin kamu bicarakan?" Tanya Bian.
Ia senang melihat kekhawatiran Arka pada aqila begitu besar.
"Saya sudah meminta orang kepercayaan saya untuk
menyelidiki ini, dan hasil nya baru saya dapatkan barusan. Dari hasil
penyelidikan mereka, jika Kakek adijaya pernah menabrak seorang wanita hingga
meninggal di tempat, dan saat itu keluarga korban menuntut kakek adijaya, namun
tuntutan keluarga korban tidak berlaku lama, karena kakek adijaya tidak
bersalah, tapi wanita tersebut lah yang menyebrang tidak melihat kiri kanan
hingga tertabrak saat mobil kakek melintas." Jelas Arka, lalu memberi
artikel berita pada Bian, 30 tahun yang lalu tepatnya kejadian tersebut
terjadi.
Bian menerima sodoran ponsel yang di berikan Arka padanya,
dan membaca secara detail dari setiap abjad kata tertera pada layar ponsel.
Bian terbelalak kaget dengan semua ini, bagaimana bisa ia
tidak tau semua yang terjadi pada masa lalu keluarganya.
"Jadi ini alasan mereka ingin balas dendam? apa kamu
sudah mendapatkan informasi siapa keluarga korban tersebut?" Tanya Bian
yakin jika mereka dapat mengetahui keluarga korban tersebut, secara otomatis
mereka akan mendapatkan dalang dari orang yang mengincar nyawa aqila.
"Tidak, orang tersebut sangat cerdik. Hingga menutup
rapat media tentang jati dirinya, orang suruhan saya sudah berusaha
bernegosiasi, tapi semua itu tetap percuma. Kayaknya pengaruh orang tersebut
cukup besar hingga membuat semua media tertunduk takut padanya." Jawab
Arka.
"Jika orang tersebut bisa menutup rapat media dengan
kekuasaannya, kenapa kita tidak melakukan hal yang sama? kadang melakukan
sesuatu hal yang egois tidaklah salah jika semua itu demi kebaikan dan orang
tersayang kita. Tapi jika egois demi melihat seseorang menderita itu barulah
salah." Balas Bian dengan kata bijak nya.
Arka mengangguk setuju dengan perkataan Bian. Sesuatu yang
di katakan iparnya bukanlah suatu hal yang salah atau menjerumuskan nya ke
suatu dosa, melainkan mengajar nya untuk mengambil keputusan jika berada di
dalam keadaan genting.
"Kakak benar, tapi semua harus pakai strategi, salah
bertindak selangkah, nyawa qila taruhannya." Arka memperingati Bian agar
segala sesuatu di pikirkan dengan baik, kadang orang terdekat bisa menjadi
musuh, jika keadaan mendesak.
"Kamu benar, nanti kita akan bicarakan ini bersama
farel bagaimana juga ia harus mengetahui ini."
"Apa qila perlu tau masalah ini?" Tanya Arka
meminta pendapat menatap Bian.
"Sepertinya perlu, agar qila tidak ceroboh. Kamu pasti
masih mengingat jelas kejadian kemarin. Kehamilannya membuat ia lebih sensitif
dan keras kepala, jadi lebih baik kita menceritakan atau ia akan bertindak di
luar dugaan yang lebih dari kemarin." Jelas Bian mengingat ulang
kecelakaan aqila disebabkan keras kepala dari bawaan bayi dalam kandungan nya
hingga melakukan hal nekat.
Arka terdiam yang di katakan Bian benar, tapi ia takut jika
sang istri mengetahui ini akan membuatnya kepikiran.
"Tapi, bagaimana jika mengetahui ini qila jadi
kepikiran? saya tidak ingin qila khawatir dengan masalah ini."
"Percaya lah semua itu tidak akan terjadi." Bian
menyakinkan Arka, meski hatinya juga sama seperti pria di hadapan nya yang
berstatus suami adiknya………(Bersambung Bab 140 )
Posting Komentar untuk "Bab 139 Pernikahan Di Atas Kertas "